Tolak ukur keberhasilan seseorang berbeda-beda. Begitu pula dengan orang yang menganggap kekuasaan adalah segalanya. Kekuasaan membuatnya merasa akan lebih dihormati dan juga memiliki pengaruh dalam menentukan kebijakan. Hal ini menjadikan beberapa orang menjadi terlalu berambisi untuk mendapatkannya.
Padahal di balik sikap terlalu berambisi tersebut, terselip dampak buruk yang mengintai. Simaklah poin-poin berikut ini.
Mereka akan lebih fokus pada diri sendiri, bahkan tidak peduli dengan orang terdekatnya. Memperkaya diri dan menyusun strategi dalam meraih kekuasaan tersebut. Apa pun akan dilakukannya, sekalipun menempuh jalan pintas yang melanggar norma.
Bersaing dengan orang lain pun tidak lagi secara sehat. Keinginan menjatuhkan saingannya menjadi hal yang bisa saja dilakukan, pun pada siapa saja yang menghalangi jalannya, termasuk orang terdekatnya. Menyingkirkan orang lain menjadi sah saja dilakukan bagi dirinya.
Hati akan tertutup ketika kekuasaan menguasai dirinya. Karena itu, dia akan buta mata sehingga tidak dapat membedakan tindakan yang baik maupun buruk. Hal ini menjadikannya minim empati dan melakukan segala caranya dengan logika tanpa melihat hati nurani, karena kekuasaan telah membutakan hatinya.
Karena fokus utamanya adalah kekuasaan dalam hidupnya, maka kesehariannya hanya memikirkan bagaimana segera mendapatkan kekuasaan tersebut. Hal ini membuatnya tidak tenang ketika kekuasaan belum berada di genggaman. Dirinya seperti dikejar-kejar oleh kekuasaan itu sendiri.
Terlalu berambisi pada kekuasaan membuatnya menjadi stres. Memikirkan ribuan cara agar kekuasaan menjadi miliknya. Apalagi ketika gagal memperolehnya, maka perasaan jatuh akan sangat membuatnya terpuruk. Sudah kehilangan apa yang diinginkannya, juga kehilangan hal-hal berharga yang dikesampingkannya selama ini, seperti rasa empati dan kebersamaan dengan orang terdekat.
Itulah bumerang yang akan diterima oleh sang terlalu berambisi. Jadi kendalikan dirimu ya agar ketika mengejar sesuatu sesuai porsinya dan tidak berlebihan.