Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Etika Bermedia Sosial dalam Islam, Sesuai Ajaran Nabi

ilustrasi bermain ponsel(pexels.com/Plann)
Intinya sih...
  • Menutup aib sesama Muslim dengan media sosial, sesuai dengan ajaran Rasulullah Saw
  • Menjaga kehormatan diri dan orang lain dalam bermedia sosial
  • Menebarkan salam, menjaga pandangan, dan menyebarkan kebenaran sebagai etika bermedia sosial yang diajarkan Rasulullah Saw

Di era digital saat ini, siapa yang tak kenal dengan media sosial? Banyaknya platform digital seperti, Facebook, Instagram, Tiktok dan lainnya dapat mempermudah kita dalam berinteraksi, berbagi informasi, dan membangun jejaring yang luas. Namun, di balik kemudahan dan manfaatnya, media sosial juga memiliki tantangan tersendiri terutama dalam menjaga akhlak dan etika dalam berkomunikasi.

Meskipun Rasulullah Saw hidup di zaman tanpa teknologi seperti saat ini, prinsip-prinsip etika yang beliau ajarkan tetap sesuai untuk diterapkan dalam penggunaan media sosial. Beliau selalu menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman, terutama dalam bersosial. Berikut 5 tips menggunakan media sosial yang sesuai dengan ajaran Rasulullah Saw, Yuk simak!

1. Anjuran menutup aib sesama muslim

ilustrasi menutup aurat(pexels.com/Monstera Production)

Anjuran menutup aib sesama Muslim adalah salah satu etika mulia yang diajarkan oleh Rasulullah Saw, termasuk dalam penggunaan media sosial. Nabi mengajarkan untuk menjaga kehormatan dan privasi orang lain. Sebagaimana hadis yang berbunyi:

Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah Saw bersabda,"Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aib orang tersebut di dunia dan akhirat." (H.R. Ibnu Majah No. 2534)

Di era digital, media sosial menjadi salah satu tempat di mana informasi, baik yang benar maupun yang salah cepat tersebar, kita harus berhati-hati dalam berbicara atau menyebarkan sesuatu tentang orang lain. Memviralkan kesalahan atau kekurangan seseorang tanpa alasan yang jelas hanya akan menciptakan fitnah, kebencian dan perpecahan dari berbagai pihak.

2. Larangan menampakkan aib sendiri

ilustrasi membuat konten (pexels.com/cottonbro studio)

Dalam ajaran Islam, menjaga kehormatan diri dan orang lain sangat ditekankan,termasuk dengan tidak mempublikasikan aib atau kesalahan diri sendiri di hadapan orang lain. Sebagaimana hadis Rasulullah Saw pernah bersabda:

Abu Hurairah berkata, saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, "Setiap umatku dimaafkan (dosanya) kecuali orang-orang menampak-nampakkannya dan sesungguhnya diantara menampak-nampakkan (dosa) adalah seorang hamba yang melakukan amalan di waktu malam sementara Allah telah menutupinya kemudian di waktu pagi dia berkata, 'Wahai fulan semalam aku telah melakukan ini dan itu, ' padahal pada malam harinya (dosanya) telah ditutupi oleh Rabb-nya. Ia pun bermalam dalam keadaan (dosanya) telah ditutupi oleh Rabb-nya dan di pagi harinya ia menyingkap apa yang telah ditutupi oleh Allah.'" (H.R. Bukhari No.5608)

Dalam konteks bermedia sosial, menyebarkan aib sendiri bisa berupa unggahan konten yang tidak pantas, pengakuan dosa-dosa, atau tindakan yang tidak sesuai dengan norma agama. Rasulullah mengajarkan pentingnya menjaga privasi dan membagikan hal-hal yang bermafaat bagi orang lain.

3. Tidak boleh menyebar berita hoax

ilustrasi berita online (pexels.com/Stanley Ng)

Rasulullah Saw menekankan pentingnya menjaga lisan dan menyampaikan kebenaran. Dalam kontes modern, berita dan informasi menyebar begitu cepat. Nabi melarang menyebarkan berita yang belum terbukti kebenarannya, karena dapat menyebabkan fitnah, perpecahan, dan kerugian bagi orang lain. 

Selain itu, beliau juga menekankan pentingnya menjaga nama baik orang lain, serta tidak terlibat dalam menyebarkan fitnah atau berita palsu yang dapat merusak reputasi seseorang. Maka dari itu, jauhilah hal-hal demikian karena itu termasuk perbuatan orang-orang munafik , sebagaimana hadis Nabi:

Dari Abdullah bin 'Amr dari Nabi Saw, beliau bersabda, "Empat hal, barang siapa yang keempat hal tersebut terdapat padanya maka dia adalah seorang munafik, atau padanya terdapat satu sifat dari empat sifat tersebut maka padanya terdapat sifat kemunafikan hingga dia meninggalkannya, yaitu: apabila dia berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia mengingkarinya, apabila mengadakan perjanjian maka ia mengkhianati, dan apabila berselisih maka ia melampaui batas." (H.R. Nasa'i No. 4934)

4. Anjuran menebarkan salam

ilustrasi content creator (pexels.com/Kaboompics.com)

Menebarkan salam merupakan ajaran penting dalam Islam. Salam tidak hanya berarti ucapan selamat atau sapaan, tetapi juga membawa makna kedamaian, doa keselamatan, dan harapan baik.

Di era digital, menebarkan salam di media sosial menjadi bentuk perwujudan dari sikap saling menghormati dan menjaga hubungan baik, meskipun dilakukan secara virtual. Dengan menebarkan salam, kita menyebarkan aura positif dan mengawali percakapan dengan niat baik. Rasulullah Saw pernah bersabda dalam hadisnya:

Dari Abu Hurairah dia berkata, "Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai, apakah kalian mau aku tunjukkan inti yang demikian itu, atau cara memperoleh yang demikian itu; tebarkan salam di antara kalian." (H.R.Ahmad No.8723)

5. Menjaga pandangan terhadap konten yang tidak pantas

ilustrasi terkejut (pexels.com/Vilnis Husko)

Menjaga pandangan merupakan etika yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam bermedia sosial. Umat Muslim diajarkan untuk menahan pandangan mereka dari hal-hal yang diharamkan. Di erasa saat ini, di mana konten yang tidak pantas atau melibatkan aurat orang yang bukan mahram mudah diakses di media sosial, ajaran ini semakin relevan. 

Rasulullah Saw selalu menekankan pentingnya menjaga kesucian hati dan pikiran, yang salah satunya dapat dijaga dengan menahan pandangan dari hal-hal yang bisa menjerusmuskan ke dalam godaan dan dosa. Hal ini juga senada dengan hadis Nabi berikut:

"Dari Jarir , ia berkata, aku bertanya kepada Rasulullah Saw tentang pandangan (terhadap wanita yang bukan mahram) tanpa adanya kesengajaan. Beliau menjawab: Alihkan pandanganmu." (H.R. Abu Daud No.1836)

Dengan menerapkan 5 etika bermedia sosial yang diajarkan Rasulullah Saw, kita tidak hanya menjaga perilaku kita di dunia maya, tetapi juga memperkuat jati diri sebagai seorang Muslim yang berakhlak mulia!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Faqih Firdaus
EditorFaqih Firdaus
Follow Us