Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Evaluasi Penting biar Gak Bokek Melulu, Setiap Bulan Kehabisan Uang

ilustrasi bokek (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Bokek setiap bulan sebenarnya merupakan masalah besar. Meski tanggal tua, dengan pengelolaan keuangan yang baik seharusnya menghindarkanmu dari situasi krisis. Gaji dapat dibagi buat empat minggu sehingga baik di minggu pertama maupun keempat kamu punya jatah uang yang sama.

Situasi keuanganmu tambah parah apabila dirimu bahkan sudah merasa bokek di pertengahan bulan. Bisa dibilang kebahagiaan dalam hidupmu cuma dua minggu pertama. Setelahnya pikiran mulai kusut dan mencapai puncaknya di minggu terakhir. Kondisi begini tentu amat menyiksa.

Dengan pendapatan yang sama, kamu masih dapat hidup lebih sejahtera. Asalkan, sekarang juga lakukan lima evaluasi di bawah ini. Bulan depan semoga isi dompetmu sudah lebih aman. Berapa pun jumlah uang yang ada bisa diatur supaya kamu gak terus makan tabungan atau berutang ke sana kemari.

1. Kemampuan menghasilkan uang vs menghabiskannya

ilustrasi banyak uang (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Ibaratkan dirimu yang bekerja sebagai pabrik uang. Berapa uang yang dapat dihasilkan per bulan? Misalnya, dalam waktu 30 hari kamu hanya mampu menghasilkan uang sebesar 3 juta rupiah. Kalau kemampuanmu menghabiskannya lebih cepat, tentu uang ludes sebelum waktu gajian.

Contohnya, dalam tiga minggu saja kamu menghabiskan uang tersebut. Artinya, pengeluaranmu per minggu sekitar 1 juta rupiah. Apabila dirimu tidak mau mengerem belanja, maka cari cara supaya kamu dapat menghasilkan minimal 1 juta rupiah lagi. Uang itu buat mencukupi kebutuhan minggu keempat.

Itu pun dirimu belum punya dana buat menabung. Ditambah dengan pos tabungan, cari lagi uang ekstra agar keuanganmu sehat. Kemampuanmu menghasilkan uang harus lebih tinggi ketimbang membelanjakannya. Selama kemampuan menghasilkan uang di bawah kemampuanmu menghabiskannya, bokek akan terus terulang.

2. Cara berbelanja

ilustrasi berbelanja (pexels.com/Sami TÜRK)

Tampak sepele, tetapi perbedaan cara berbelanja juga berakibat lain terhadap keuanganmu. Contohnya, kamu berbelanja tanpa memperhitungkan waktu diskon. Pokoknya, kapan saja dirimu membutuhkan sesuatu langsung membelinya. Jika uangmu melimpah tentu pengeluaran ini gak terasa.

Akan tetapi ketika uang yang dimiliki pas-pasan, bahaya bokek di akhir bulan mengintaimu. Cara lain dalam berbelanja yang mesti dihindari ialah tanpa membuat daftar. Sering kali kamu lupa pada kebutuhan yang mesti dibeli lalu refleks mengambil produk apa pun dan membawanya ke kasir. 

Walaupun itu hanya sebatang cokelat, jika sering terjadi bakal memengaruhi keuanganmu. Sebab pada akhirnya dirimu tetap mesti berbelanja lagi untuk membeli kebutuhan yang terlupakan. Buatlah catatan kebutuhan yang gak bisa ditunda pemenuhannya. Kamu juga dapat berbelanja secara  online bila harganya lebih miring dan sedang gratis ongkir. Atau, sesimpel dirimu mau masuk lebih dalam ke pasar karena harga sayuran di bagian depan pasar biasanya lebih mahal.

3. Sikap dermawanmu

ilustrasi tunawisma (pexels.com/MART PRODUCTION)

Suka berbagi pada orang lain tentu merupakan sikap yang baik. Kamu sadar bahwa di dalam rezekimu juga ada hak orang lain yang harus disalurkan. Akan tetapi, sikap dermawan yang berlebihan berakibat buruk untuk diri sendiri. Kamu tak memperhitungkan keperluan-keperluan pribadimu.

Hatimu mudah sekali tersentuh dan kamu langsung memberikan bantuan finansial. Coba hitung berapa uang yang dikeluarkan untuk bederma setiap bulannya. Jika sampai melebihi 10 persen dari total penghasilanmu, ini sudah sangat besar. Belum lagi kalau pendapatanmu masih tergolong kecil. 

Lain dengan bila pemasukanmu besar. Menyumbang lebih dari 10 persen pun mungkin masih aman. Sebagai contoh, penghasilanmu 10 juta rupiah. 10 persennya ialah 1 juta rupiah. Namun, dirimu merasa uang 8 juta rupiah pun telah lebih dari cukup untuk memenuhi berbagai kebutuhan bahkan berinvestasi.

Maka boleh saja kamu bederma lebih banyak, misalnya 2 juta rupiah. Akan tetapi apabila pendapatanmu masih setara bahkan di bawah upah minimum, jangan memaksakan diri untuk memberi lebih dari kemampuan. Niat baikmu dan tindakan membantu semampunya juga sudah meringankan penderitaan orang lain.

4. Pertemanan

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Visionair Media)

Mengevaluasi pertemanan juga penting dilakukan sebab biaya yang timbul dapat besar. Misalnya, kamu punya teman yang selalu minta ditraktir. Tanpa dirimu mampu menolaknya, pengeluaran buat makan di luar membengkak dua kali lipat. Atau, kawan-kawanmu senang sekali mengadakan arisan.

Dirimu gak enak kalau tak mengikutinya. Dalam sebulan, kamu membayar iuran sampai berkali-kali dengan nominal yang beragam. Bisa juga di circle-mu ada agenda rutin jalan-jalan. Kamu berbaik hati meminjamkan mobilmu, tetapi mereka gak pernah patungan untuk bahan bakarnya. Padahal, lokasi yang dituju cukup jauh.

Jika terjadi masalah-masalah seperti di atas, coba komunikasikan dulu dengan mereka. Apabila harapanmu tidak didengarkan atau malah kamu disebut pelit, baru mundur perlahan-lahan. Dirimu gak perlu sampai memutuskan hubungan dengan mereka. Cukup mengurangi kedekatan demi keuangan yang lebih sehat. 

5. Prinsip hidup

ilustrasi belanja (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Prinsip hidup selalu dipegang erat. Hal-hal yang kurang tepat pun menjadi terlihat baik dan benar semata-mata lantaran kamu amat meyakininya. Padahal, pikiran juga dapat mengalami bias yang membuat tindakanmu salah. Contoh prinsip hidup yang berpotensi membuatmu bokek menahun ialah work hard play hard.

Kamu menebus kerja kerasmu dengan mengoptimalkan bersenang-senang di waktu luang. Keluar banyak uang pun gak masalah untukmu asalkan rasanya sepadan dengan kerja kerasmu. Lama-lama itu justru tampak sebagai tujuan utamamu dalam bekerja. Kamu mencari uang sebanyak mungkin supaya nanti juga dapat menghabiskannya dalam jumlah yang lebih besar.

Prinsip hidup lain yang bikin kondisi keuanganmu rentan adalah yakin uang akan selalu ada selama kamu bekerja. Oleh sebab itu, menabung menjadi terasa gak penting untukmu. Habiskan saja penghasilan karena nanti uang pasti datang lagi. Dampaknya, uangmu benar-benar ludes tiap bulannya. Walau betul akhirnya kamu kembali gajian, bokek setiap bulan juga bikin stres.

Mungkin tidak ada orang dewasa yang gak pernah merasakan bokek. Namun, jangan pula menormalkannya sampai terjadi setiap bulan. Bokek merupakan bukti dari buruknya pengelolaan keuangan. Berawal dari bokek yang masih dapat diatasi dengan berhemat superketat di akhir bulan, lambat laun bisa tak tertolong lagi. Akibatnya, utang menjadi solusi jangka pendek sekaligus sumber masalah baru dalam jangka panjang bila menumpuk.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us