5 Fakta Unik di Balik Novel Yuni, Adaptasi dari Filmnya yang Fenomenal

Jika biasanya banyak buku diadaptasi menjadi sebuah film, novel Yuni kebalikannya. Diadaptasi dari film dengan judul yang sama karya Kamila Andini, novel Yuni hadir menyapa para penikmat buku dengan kisahnya yang tak kalah keren dari versi visualnya.
Sensasinya berbeda dengan menonton film, berikut ini beberapa fakta di balik novel Yuni yang kisahnya mengaduk-aduk emosi para pembaca.
1.Ade Ubaidil, penulis novel Yuni, merupakan warga Banten asli

Sudah menghasilkan sembilan buku fiksi, cowok asal Cilegon, Banten, yakni Ade Ubaidil, dipercaya Kamila Andini jadi penulis novel adaptasi film Yuni. Selain sebagai penulis, Ade juga merupakan relawan di Rumah Dunia sekaligus pemimpin redaksi media daring kurungbuka.com.
Tak puas sampai di situ, Ade Ubaidil juga kerap jadi penulis skenario film-film pendek garapan sineas Banten di samping kegiatan-kegiatan padat lainnya.
2.Sang penulis menawarkan diri mengadaptasi film menjadi novel kepada Kamila Andini langsung

Mendapat tantangan dari rekannya, Ade Ubaidil yang saat film Yuni bertindak sebagai pelatih dialek bahasa Jawa Serang (Jaseng), memberanikan diri menawarkan menulis novel Yuni kepada sutradara.
Bak gayung bersambut, tawaran tersebut diterima dengan baik oleh Kamila Andini dan Ifa Ifansyah. Pengerjaan bab akhir naskah Yuni dikerjakan selama ia menghadiri acara International Film Festival of India (IFFA) 2020 lalu bersama Nazla Thoyib.
3.Isinya padat meski hanya terdiri dari 13 bab dan 166 halaman

Meski hanya terdiri dari 13 bab dengan 166 halaman, isi dalam novel Yuni karya Ade Ubaidil amat padat dan lengkap. Secara detail, tokoh-tokoh, karakter, dan cerita di dalamnya amat mewakili beberapa adegan dalam versi visualnya di film.
Bagi penikmat buku, membaca novel Yuni karya Ade Ubaidil seperti membawa kita ke dalam cerita dengan segala permasalahannya.
4.Sama seperti filmnya, dialog dalam novel Yuni yang menggunakan bahasa Jawa Serang (Jaseng) tetap dipertahankan

Karena mengambil setting di Serang dan Cilegon, Banten, tak heran dialog antara tokohnya banyak menggunakan bahasa Jawa Serang (Jaseng) dan Sunda Banten. Sama dengan versi filmnya, dalam novelnya pun, bahasa Jaseng tetap dipertahankan agar tetap menjaga rasa dan sensasi berbeda dari novel pada umumnya.
Bahkan, dalam beberapa dialog panjang, tak ada catatan kaki yang menjelaskan arti dari bahasa Jaseng yang dipakai para tokoh-tokohnya.
5.Ratusan buku langsung ludes pada masa pre-order

Diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, masa pre-order yang berlangsung selama 9—16 Desember lalu langsung ludes ratusan eksemplar. Akan hadir di seluruh toko buku awal Januari 2022, novel Yuni dengan tema warna ungu dan kover wajah Arawinda Kirana ini amat pas dibaca saat awal tahun baru.
Jadi, siapa yang penasaran dan gerak cepat langsung membeli novel Yuni yang kisahnya banyak mengandung pesan moral, nih? Januari ini sudah tersedia di toko buku kesayangan kamu, lho. Jangan sampai kehabisan, ya!