Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pexels.com/KoolShooters
Pexels.com/KoolShooters

Bersenda gurau bersama teman-teman dekat tentu menjadi momen yang menyenangkan bagimu. Seakan-akan beban pikiran jadi sejenak terlupakan. Terkadang di tengah canda tawa itu, kalian sering kali melemparkan banyolan dan saling ejek. Tujuannya tentu saja untuk sekadar bergurau dan menertawakan satu sama lain. 

Tapi ingat, jangan sampai dari bercandaan itu berakhir dengan dendam antar teman, lho. Kok bisa? Ya, kalau kamu gak pandai menjaga lisan, tidak menutup kemungkinan perasaan sahabatmu sendiri yang jadi korbannya. Makanya, kamu mesti berhati-hati dan jangan sampai menjadikan kelima hal berikut sebagai bahan bercandaan, ya! Bisa fatal, lho akibatnya. 

1. Memanggil teman dengan nama orangtuanya untuk lucu-lucuan

Pexels.com/Ketut Subiyanto

Mungkin sewaktu duduk di bangku sekolah dulu kamu pernah mengalami kejadian ini. Dimana banyak siswa yang saling memanggil temannya dengan nama orangtua mereka. Selain merupakan tindakan yang tidak sopan, itu juga gak lucu sama sekali. Meskipun temanmu yang dipanggil itu ikutan tertawa, ya.

Masa iya, ini mau kamu ulangi lagi sekarang? Coba bayangkan kalau orangtuanya sampai tahu, kamu bakal dicap sebagai anak yang kurang ajar dan gak ngerti sopan-santun, lho. 

2. Menjadikan SARA sebagai bahan bercandaan antar teman

Pexels.com/Anna Shvets

Indonesia tidak hanya kaya akan sumber daya alamnya saja, tapi juga suku, ras dan agama. Keberagaman ini seharusnya kamu jaga dan hormati bukannya malah dijadikan olok-olokan. Melihat ada teman yang berasal dari luar Jawa, kamu langsung bersikap norak.

Logat bahasa Indonesianya yang beda denganmu membuatmu gatal ingin menjadikannya bahan lelucon. Memangnya begitu, ya caranya menunjukkan rasa toleransi yang benar? 

3. Kekurangan fisik yang temanmu miliki bukanlah sesuatu yang pas untuk ditertawakan

Pexels.com/Keira Burton

Bersyukurlah kalau kamu terlahir dengan bentuk tubuh yang lengkap dan sempurna. Tidak semua teman-temanmu bisa mendapat anugerah yang sama. Ada pula satu-dua di antara mereka yang dikaruniai anggota tubuh yang tidak utuh. Misalnya saja, salah seorang temanmu memiliki kaki yang bengkok. Sehingga dia kesulitan saat berjalan dan harus menggunakan alat bantu.

Hal ini sangat tidak etis kalau mau dijadikan bahan tertawaan. Seharusnya sebagai teman kamu bisa melindungi dan membantunya, dong. Bukan malah mengolok-olok kekurangan teman sendiri. 

4. Apa pun pekerjaan temanmu, kamu gak berhak menjadikannya lelucon

Pexels.com/Amina Filkins

Tidak ada jenis pekerjaan yang dianggap lebih unggul dibandingkan yang lain. Asalkan pekerjaan tersebut terhitung halal, gak ada alasan untuk mengejeknya. Seperti ketika kamu mendapati temanmu menjadi seorang tukang sapu di rumah sakit. Padahal dia bergelar sarjana dan berasal dari kampus yang lebih bergengsi darimu. Ini membuatmu tertarik untuk menjadikan profesinya sebagai bahan bercandaan.

Memang, sih temanmu itu ikutan tertawa dan terlihat baik-baik saja, tapi isi hatinya siapa yang tahu? Kalau dia sampai menyimpan dendam, apa kamu gak merasa bersalah, tuh? 

5. Kehidupan pribadi teman juga gak cocok untuk ditertawakan

Pexels.com/Kampus Production

Tiap orang tentu punya kehidupan pribadinya masing-masing. Rasanya gak baik, kalau kamu menggunakan kehidupan pribadi temanmu sebagai topik bercandaan. Misalnya kamu tahu betul temanmu ini suka dilarang-larang keluar malam sama istrinya. Menurutmu itu lucu dan orang lain perlu tahu betapa konyolnya dia yang bersedia diatur-atur oleh istrinya. 

Padahal bisa jadi larangan tersebut sudah mereka sepakati bersama. Mengingat di rumah istrinya cuma berdua dengan anak mereka yang masih bayi. Masa iya, sebagai seorang ayah dia tega meninggalkan keluarganya lama-lama hanya untuk nongkrong saja. Memalukan banget kalau sampai kamu gak tahu faktanya, tapi ikut menertawakan dia. 

Momen bercanda bersama teman bisa berubah menjadi mala petaka, kalau kamu gak pandai menempatkan diri. Masih banyak, kok bahan lucu-lucuan lain yang bisa diangkat, daripada harus mengorbankan perasaan sahabatmu sendiri. Ayo, ngaku siapa di antara kalian yang masih suka kelewatan kalau bercanda? Semoga setelah ini bisa sadar dan gak mengulanginya lagi, ya! 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team