Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pria dan wanita (pexels.com/Timur Weber)
ilustrasi pria dan wanita (pexels.com/Timur Weber)

Sedari kecil, kita diajarkan untuk meminta maaf setelah berbuat salah. Namun karena seringnya didengungkan, kita lebih sering memandang kata “maaf” sebagai rutinitas alih-alih sebuah kesempatan untuk benar-benar memperbaiki hubungan.

Faktanya, kata “maaf” sering dijual murah, diucapkan seenaknya hanya untuk menyenangkan hati orang lain. Akhirnya, permintaan maaf itu kehilangan makna, dan kamu akan dicap sebagai orang yang tidak bisa dipercaya. Bagaimana mencegahnya? Hindari lima hal di bawah saat meminta maaf.

1.Membela diri

ilustrasi wanita adu argumen (pexels.com/Liza Summer)

Ketika kamu meminta maaf, berarti kamu menyadari apa yang kamu lakukan adalah salah. Berarti pula, kamu tidak punya hak untuk membela diri. Biasanya ini sering dilakukan tanpa sadar, ketika seseorang meminta maaf dan menambahkan embel-embel kalimat, “tapi, ‘kan aku …”

Ini hanya akan membuat lawan bicaramu kesal, karena sadar bahwa kamu tidak sungguh-sungguh dalam mengucap maaf tersebut. Alih-alih memperbaiki keadaan, kamu malah semakin membuat orang ilfeel.

2.Menjanjikan sesuatu yang belum tentu bisa kamu tepati

ilustrasi wanita (pexels.com/Karolina Grabowska)

Terkadang penyesalan mengambil ahli pikiran kita, sampai kita berani mengatakan apa pun untuk menebus perasaan itu. Seringkali, hal tersebut berupa janji muluk tentang perubahan perilaku, atau pernyataan tidak realistis tentang apa yang akan mereka lakukan di masa depan.

Hati-hati, guys. Kalau sering melakukan ini, lambat laun orang pun tidak bisa lagi percaya dengan kata-katamu. Jauh lebih baik tidak mengucapkan apa-apa tapi membuktikan perubahan lewat sikap dan tindakan nyata.

3.Tidak benar-benar tahu alasan mengapa kamu harus minta maaf

ilustrasi pasangan berdebat (pexels.com/Alex Green )

Percuma mengatakan maaf bila niatmu hanyalah untuk menyenangkan hati orang. Yang ada, kamu tidak benar-benar mengerti esensi dari permintaan maafmu, atau alasan mengapa kamu mengucapkan “maaf”.

Jadilah, kata maaf itu berakhir menjadi kata-kata. Kamu tidak benar-benar belajar sesuatu dari kesalahanmu.

4.Mengulangi kesalahan yang sama

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Keira Burton)

Seseorang bisa dilihat tanggung jawabnya dari kesungguhan hatinya dalam membuat perubahan. Bila tidak, maka terlihat bahwa ia juga tidak belajar dari kesalahan sebelumnya. Berarti kata maaf yang sebelumnya ia ucapkan hanya sebagai kartu keluar dari masalah.

Jangan salahkan orang lain ketika mereka tak lagi percaya pada kata-katamu. Sebab bila memang menyesal, seharusnya kamu tidak lagi mengulang kesalahan yang sama.

5.Mengharapkan imbalan

ilustrasi pasangan (pexels.com/RODNAE Productions)

Apa kamu salah satu orang yang mengharapkan imbalan sehabis mengatakan maaf? Contoh sederhana, “Oke, aku minta maaf. Sekarang bisa kamu tarik hukumannya?” Permintaan maafmu jadi terdengar hampa, kelihatan sekali kamu meminta maaf hanya supaya tidak dihukum.

Jika kamu benar-benar menyadari kesalahanmu dan menyesal, kamu tidak akan keberatan menanggung konsekuensi yang ada. Ini menunjukkan bahwa kamu adalah pribadi yang bertanggung jawab.

Permintaan maaf akan jadi hampa bila kamu sisipkan dengan lima sikap di atas. Jangan sampai kamu dicap sebagai orang yang tak dapat dipercaya karena keteledoranmu sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team