Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kepribadian Ekstrovert yang Paling Sering Menangis Sendirian, Cek!

ilustrasi pria menangis sendirian (freepik.com/freepik)

Kepribadian ekstrovert kerap kali dikaitkan dengan individu yang penuh semangat, ramah, dan selalu dikelilingi oleh banyak orang. Mereka dikenal mampu membawa keceriaan di tengah keramaian dan seakan tidak pernah kehabisan energi sosial. Di balik sorotan itu, tak sedikit yang menyadari bahwa beberapa ekstrovert justru menyimpan luka dalam diam. Mereka bisa tertawa keras di depan umum, tetapi diam-diam memendam kesedihan di balik pintu tertutup.

Meskipun terbuka dalam berinteraksi, sebagian ekstrovert ternyata lebih memilih untuk menyembunyikan perasaan rentan dari publik. Mereka mungkin merasa perlu menjaga citra ceria yang selama ini dikenal luas. Ketika beban emosional menjadi terlalu berat, momen menangis sendirian menjadi semacam pelepasan tekanan yang sulit disalurkan lewat percakapan sosial. Kepribadian ini memanfaatkan waktu sendiri untuk memproses emosi dengan cara yang jauh dari sorotan.

Berikut adalah kelima tipe kepribadian ekstrovert yang paling sering menangis sendirian. Scroll sampai habis, ya!

1. ENFJ

ilustrasi pria menangis sendirian (freepik.com/freepik)

ENFJ dikenal sebagai pribadi yang suka memberi semangat, bijak, dan penuh empati. Mereka sering menjadi tempat curhat bagi banyak orang karena kemampuan mendengarkan dan memahami dengan tulus. Di hadapan banyak orang, ENFJ terlihat sangat stabil dan dewasa dalam menghadapi situasi emosional, tetapi kenyataannya mereka sering kali merasa hampa ketika sendiri. Perasaan tidak dimengerti dan beban karena terlalu banyak memberi bisa menumpuk dalam diam.

Menangis sendirian menjadi bentuk pelampiasan dari emosi yang tertahan karena tidak ingin membebani orang lain. ENFJ terbiasa menjadi bahu untuk bersandar, namun sangat jarang membiarkan dirinya disandari. Ketika merasa lelah atau terluka, mereka memilih ruang sunyi sebagai tempat untuk jujur terhadap diri sendiri. Momen ini bukan sekadar kesedihan biasa, tetapi juga refleksi atas keletihan batin yang selama ini disembunyikan di balik peran penguat bagi banyak orang.

2. ESFP

ilustrasi pria menangis sendirian (freepik.com/freepik)

ESFP adalah pribadi yang dikenal penuh energi, senang tampil, dan mudah bergaul. Hidup bagi mereka adalah panggung yang harus dinikmati sepenuh hati. Dalam setiap pertemuan sosial, ESFP hadir sebagai pencipta suasana, dengan tawa dan senyum yang seolah tak pernah pudar. Namun, di balik gemerlap kepribadian tersebut, ESFP juga menyimpan emosi yang sensitif dan rentan. Mereka sangat peduli terhadap penilaian orang lain, dan ketika merasa ditolak atau tidak dihargai, dampaknya bisa terasa sangat dalam.

Alih-alih menunjukkan kesedihan kepada lingkungan sekitar, ESFP justru lebih nyaman menangis sendirian. Di momen itu, mereka tidak perlu menjaga citra ceria atau takut dianggap lemah. Tangisan yang mereka alami biasanya meledak tiba-tiba, seperti luapan dari perasaan yang selama ini ditekan. Meskipun hanya berlangsung sebentar, momen itu sangat melegakan bagi mereka. Tangisan tersebut menjadi mekanisme untuk menyembuhkan diri dan kembali tampil kuat di hadapan dunia.

3. ENFP

ilustrasi pria menangis sendirian (freepik.com/freepik)

ENFP dikenal sebagai pribadi penuh imajinasi, antusias, dan sangat ekspresif. Mereka mampu menyalakan semangat dalam kelompok dan sering menjadi sumber ide-ide segar yang menginspirasi banyak orang. Namun, di sisi lain, ENFP juga dikenal sangat emosional dan mudah larut dalam perasaan. Mereka punya kecenderungan memikirkan segala sesuatu secara mendalam, termasuk hubungan dan makna hidup. Ketika ekspektasi tidak terpenuhi atau merasa kecewa, perasaan mereka bisa jatuh sangat dalam.

Tangisan ENFP biasanya terjadi dalam kesendirian karena mereka sulit menemukan kata yang tepat untuk menjelaskan perasaan kepada orang lain. Mereka membutuhkan waktu untuk mengurai emosi yang bercampur aduk sebelum bisa memahaminya sendiri. Meskipun terlihat terbuka, ENFP sering merasa tidak ada yang benar-benar bisa mengerti kedalaman pikirannya. Maka dari itu, menangis sendirian menjadi cara untuk menenangkan kekacauan dalam hati sebelum kembali berinteraksi dengan dunia luar.

4. ESTP

ilustrasi pria menangis sendirian (freepik.com/freepik)

ESTP adalah tipe kepribadian yang penuh aksi, cepat dalam mengambil keputusan, dan menyukai tantangan. Mereka tidak suka berlama-lama dalam keraguan dan lebih memilih bergerak ke depan. Di tengah kelompok, ESTP tampak percaya diri dan berani, bahkan kerap menjadi sosok yang dianggap tangguh secara mental. Namun, di balik keberanian itu, mereka sebenarnya menyimpan sisi rapuh yang jarang terlihat. Perasaan gagal, ditolak, atau tidak dihargai bisa membuat mereka hancur dalam diam.

Karena tidak ingin dianggap lemah, ESTP enggan mengekspresikan kesedihan di depan orang lain. Mereka lebih memilih untuk menangis sendirian, biasanya di malam hari ketika tidak ada yang bisa melihat. Tangisan itu bukan karena kelemahan, tetapi sebagai bentuk kejujuran pada diri sendiri. ESTP tahu bahwa keberanian sejati bukan berarti tidak menangis, tetapi berani menghadapi kenyataan emosional yang menyakitkan. Setelah itu, mereka akan kembali dengan wajah tanpa cela, siap menaklukkan tantangan berikutnya.

5. ESFJ

ilustrasi pria menangis sendirian (freepik.com/freepik)

ESFJ adalah pribadi yang sangat peduli, bertanggung jawab, dan selalu berusaha menjaga keharmonisan dalam lingkungan sosialnya. Mereka rela berkorban demi kebahagiaan orang-orang terdekat dan sangat tidak nyaman jika ada konflik dalam hubungan. ESFJ sering kali menahan perasaan sendiri demi menjaga kedamaian. Mereka lebih memilih diam daripada menyakiti perasaan orang lain, meskipun harus mengorbankan emosinya sendiri.

Saat beban perasaan sudah tidak tertahankan, ESFJ akan mencari ruang sunyi untuk menangis. Air mata yang mereka tumpahkan sering kali dipicu oleh perasaan tidak dihargai atau ketakutan akan kehilangan orang yang mereka cintai. Mereka tidak ingin mengganggu atau membuat orang lain merasa tidak enak, sehingga lebih memilih menyembunyikan kesedihan. Tangisan ini menjadi bentuk pembersihan emosional yang membantu mereka tetap berfungsi sebagai pelindung bagi lingkungan sosialnya.

Kehidupan sosial yang intens membuat beberapa ekstrovert merasa harus selalu tampil ceria, padahal di dalam hati mereka menyimpan pergolakan batin yang tidak kalah dalam. Penting untuk memberi waktu bagi diri sendiri untuk berhenti sejenak, mengurai perasaan, dan membiarkan air mata menjadi jembatan menuju ketenangan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kirana Mulya
EditorKirana Mulya
Follow Us