Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kerugian jika Kamu Memandang Hidup Secara Hitam atau Putih Saja

Ilustrasi seorang perempuan (unsplash.com/srcrobaya10)

Berpikir secara hitam putih sama saja kamu meniadakan warna-warna lain, termasuk abu-abu. Artinya, kamu gak bisa melihat ada sisi benar dari kesalahan yang dilakukan orang lain.

Begitu pula sebaliknya, sekalipun tidak ada alasan yang salah di balik tindakan seseorang, caranya yang barangkali kurang tepat selalu berpotensi menimbulkan masalah di mata kamu. Berpikir secara hitam putih bukanlah ciri orang yang bijaksana.

Namun, terlepas dari kamu ingin atau tidak menjadi orang yang bijaksana, cara berpikir hitam putih memang kurang bagus, lho! Berikut sederet kerugian jika kamu tak lekas memperbaiki cara pandangmu tentang kehidupan ini. 

1. Perspektifmu tentang segala hal jadi sempit

Ilustrasi membatasi pandangan (pexels.com/jorge-fakhouri-filho-861811)

Semua orang yang kamu kenal akhirnya akan terbagi menjadi dua golongan saja, golongan yang bertindak benar dan golongan yang salah.

Kamu gak bisa lagi, tuh, mendengarkan penjelasan orang yang sudah kamu cap melakukan kesalahan. Kamu gak mampu menoleransi kekeliruan sekecil apa pun. Akibatnya, kamu malah berpotensi dikenal sebagai orang yang intoleran.

2. Ujung-ujungnya pasti kamu merasa paling benar dan orang lain yang salah

Ilustrasi tatapan kebencian (unsplash.com/kaps_snaps)

Seperti dituliskan dalam poin sebelumnya, kamu selalu membagi orang-orang dalam dua kutub yang berlawanan. Mereka yang benar dan salah.

Tentu saja, egomu gak akan mengizinkanmu menempatkan diri sendiri dalam golongan yang salah, kan? Apa pun yang terjadi, kamu akan cenderung memenangkan diri sendiri. Lebih jauh lagi, kamu jadi gak pernah mengakui kesalahan yang kamu perbuat; apalagi meminta maaf. Kalau begini, siapa yang akan senang berurusan denganmu?

3. Sulit sekali untukmu memahami kompleksitas dalam kehidupan

Ilustrasi pusing berpikir (unsplash.com/egorikftp)

Ini terlihat dari caramu mengutuk segala hal yang kamu pandang keliru. Contohnya, orang yang tercebur ke lembah hitam alias melakukan pekerjaan yang gak baik demi menyambung hidup kamu nilai sebagai orang jahat yang tak bermoral.

Terlepas salah dan benar tentang yang mereka lakukan, sebaiknya kamu juga memiliki empati. Daripada sekadar menyudutkan, lebih baik kamu mencoba memahami mengapa mereka sampai melakukan itu dan bagaimana cara untuk mengentaskannya.

Sayangnya, kamu gak peduli tentang kesulitan hidup yang kadang mendorong orang mengambil jalan pintas karena orang-orang di sekitarnya tak menaruh peduli. Pokoknya, kamu cuma suka menghakimi saja.

4. Jadi mudah membenci semua orang yang kamu anggap salah

Ilustrasi tatapan kebencian (unsplash.com/lapyrin)

Ada dua kutub dalam pikiranmu, kutub orang-orang benar dan orang-orang salah. Ini seperti dua bukit tanpa jembatan yang menghubungkannya. 

Ini membuatmu cenderung bersikap gak bersahabat pada orang-orang yang berdiri di kutub yang berbeda darimu. Kamu sampai lupa bahwa kutub-kutub itu hanyalah rekaanmu sendiri.

Belum tentu yang kamu nilai salah benar-benar salah. Demikian juga sebaliknya, kelompokmu sendiri juga belum tentu selalu benar atau baik.

5. Kamu menjadi sosok yang kaku, sukar dipahami dan diikuti oleh orang lain

Ilustrasi karakter kaku seseorang (unsplash.com/hivadotme)

Semua yang tidak sesuai dengan konsepmu akan benar dan salah atau baik dan buruk, bakal langsung kamu tentang dengan sangat keras. Padahal, tentu saja orang lain memiliki konsepsi mereka masing-masing.

Jika mereka sama kerasnya denganmu, mereka tak akan segan-segan mengajakmu bertikai. Akan tetapi, kebanyakan orang yang mampu berpikir lebih terbuka dan bersikap lebih fleksibel akan memilih meninggalkanmu saja.

Cara pandang yang hitam putih tentang kehidupan dapat kamu kurangi bila kamu mau memperluas pergaulan dan menjadi pribadi yang lebih terbuka akan kehidupan. Jangan bergaul hanya dengan orang-orang yang satu pemahaman denganmu. Teruslah menambah pengalaman dan wawasan dalam hidupmu agar menjadi sebuah kearifan yang bisa kamu miliki suatu hari nanti.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us