5 Kiat Baek Yi Jin 'Twenty-Five, Twenty-One' biar Semangat Raih Mimpi

Daripada memenuhi ekspektasi orang lain atas dirinya yang berpendidikan dan pandai berbicara di depan mikrofon, Baek Yi Jin memilih untuk menjalani hidup sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang diberikan. Meskipun dunia seolah-olah menuntutnya untuk sempurna dengan latar belakang orangtuanya yang pernah menguasai perekonomian Korea Selatan sebelum krisis moneter melanda.

Ada sebuah kutipan dari Baek Yi Jin yang akan membuka mata semua orang bahwa gagal merupakan hal yang biasa. Gagal bukan hal yang membuat kita terlihat payah. Di dunia ini, kita bahkan memiliki stok gagal.

Daripada melakukan sesuatu yang hebat, cobalah untuk melakukan sesuatu sesuai dengan porsi kita. Bagaimana kalau kata-kata seperti "Kau pasti bisa" kita ganti dengan
"Tidak apa-apa"?

"Terkadang, kata seperti 'kau pasti bisa' atau 'semangat' malah bisa membuatmu patah semangat. Sepertinya kita belum pernah melihat dunia tempat kita boleh payah ataupun gagal. Meski begitu, cobalah lakukan sebisa kita. Mari berjuang sekuat tenaga kita." --Baek Yi Jin

"Namun, kuharap, meski gagal, hati yang kuat untuk bangkit lagi akan terus memihak kita." --Baek Yi Jin

Setelah orangtuanya mengalami kebangkrutan, Baek Yi Jin harus berjuang seorang diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia bahkan terpaksa meninggalkan gaya hidupnya yang serba mewah dan pindah ke kontrakan sempit dengan barang-barang seadanya. 

Tentu saja, semua harus terlihat baik-baik saja karena hidup akan terus berjalan meskipun ia sedang terpuruk. Dengan berbekal otaknya yang encer dan pengalaman menjadi penyiar populer semasa di bangku sekolah, Baek Yi Jin melamar pekerjaan ke semua tempat. 

Namun, karena Korea Selatan pada saat itu mengalami krisis moneter, ia kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak. Meski begitu, ia tidak pernah menyiakan-nyiakan kesempatan ataupun merasa malu untuk mencoba bekerja sebagai penjaga toko buku dan pengantar koran.

Pada episode perdana Twenty-Five, Twenty-One, ada suatu scene di mana Baek Yi Jin menemui teman-temannnya di kelab untuk meminta bantuan. Namun, sikap mereka ternyata terubah setelah perusahaan orangtuanya mengalami kebangkrutan. Mereka bahkan memandang rendah dirinya yang bukan lagi anak konglomerat.

"Rupanya ada hal baik karena keluargaku bangkrut. Aku bisa melihat sisi burukmu (teman-temannya) sekarang. Seharusnya kau begini kepadaku sejak awal. Tadinya kupikir kita teman." --Baek Yi Jin

Faktanya, kebangkrutan orangtua tidak selalu menjadi hal yang buruk untuk Baek Yi Jin. Berkat itu semua, ia menjadi tahu sifat dan perilaku asli dari teman-temannya kepada dirinya setelah status ekonominya berubah. Setelah dewasa, sejatinya kita hanya butuh seorang teman yang selalu ada di samping kita di segala kondisi dibandingkan dengan memilki banyak teman yang tidak peduli.

Setelah menemui kerikil besar, Baek Yi Jin berusaha bangkit untuk melanjutkan tujuan hidupnya yang sempat tertunda akibat kebangkrutan orangtuanya. Meskipun sulit, tetapi ia akhirnya bertemu dengan Na Hee Do (Kim Tae Ri) yang juga memiliki mimpi yang besar seperti dirinya.

Dengan melihat perkembangan Na Hee Do yang bekerja keras demi menjadi atlet anggar untuk tim nasional Korea Selatan, hati Baek Yi Jin tergugah untuk melakukan hal sama. Dibandingkan iri dengan pencapaian temannya, ia malah menjadikannya motivasi untuk menyusul kesuksesannya.

Dalam proses meraih mimpi, kita pasti akan melihat pencapaian-pencapain orang lain yang terkadang membuat kita merasa iri. Namun, ada sebuah kutipan dari Baek Yi Jin yang akan membuat siapa pun tersentuh.

"Jika kau berusaha, aku juga jadi ingin berusaha. Jika kau berhasil, aku juga jadi ingin berhasil. Kau membuat orang lain bertumbuh juga, tidak hanya dirimu." --Baek Yi Jin

"Aku tidak diterima bekerja, dan berulang kali gagal. Aku jadi ingin kabur. Namun, aku pakai Yi Hyun sebagai dalih. Aku benci diriku." --Baek Yi Jin

Hidup di tengah krisis moneter memanglah tidak mudah. Dengan perekonomian Korea Selatan yang anjlok pada saat itu, jumlah pelamar bahkan lebih banyak daripada lapangan pekerjaan yang tersedia. Drama Twenty-Five, Twenty-One benar-benar menunjukkan bagaimana koneksi sangat berpengaruh terhadap hasil dari wawancara kerja pelamar.

Bahkan lapangan pekerjaan yang tersedia memiliki kualifikasi yang terlalu tinggi untuk Baek Yi Jin yang tidak sempat melanjutkan studinya di perguruan tinggi. Ia berkali-kali mengalami penolakan dan gagal dalam wawancara kerja.

Meskipun sempat kembali ke Pohang karena tidak mendapatkan pekerjaan yang layak di Seoul, Baek Yi Jin sadar bahwa ia tidak bisa merelakan mimpinya begitu saja untuk kedua kalinya. Ia akhirnya kembali ke Seoul untuk ikut ujian reporter dan berhasil diterima sebagai intern di salah satu stasiun TV.

Drama Twenty-Five, Twenty-One tidak hanya menceritkan perjalanan Baek Yi Jin dalam meraih mimpinya yang tertunda, tapi juga menunjukkan bagaimana ia bertahan hidup di tengah krisis moneter. Sama halnya seperti saat ini, di mana dunia sedang digempur pandemik yang membuat perekonomian tidak stabil dan lapangan pekerjaan hanya untuk orang-orang yang memiliki kualifikasi yang tinggi. Meski begitu, tidak ada alasan untuk menyerah dalam meraih mimpi, ya.