Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi menulis opini (pexels.com/Artem Podrez)
ilustrasi menulis opini (pexels.com/Artem Podrez)

Bahasa jurnalistik berkembang sejak lama, terutama pada masa jaya media cetak. Ia muncul karena keterbatasan halaman pada media-media cetak, seperti surat kabar, buletin, dan majalah. Para jurnalis saat itu dituntut menulis dengan jelas, lugas, dan mudah dipahami di tengah ruang yang tak begitu luas.

Sejumlah ahli, seperti Rosihan Anwar dalam buku Jurnalistik Dasar: Trik Menulis Artikel Opini di Media Cetak dan Online bagi Mahasiswa dan Pelajar (2020) karya Teddy Khumaedi, menyebut bahasa jurnalistik dengan sederhana. Mereka menyebutnya sebagai bahasa yang digunakan pers. Oleh karena itu, bahasa jurnalistik tidak jarang disebut bahasa pers. Ia ragam bahasa yang digunakan pers tanpa mengabaikan penulisan yang baik dan benar.

Bahasa jurnalistik tentu punya ciri-ciri. Rosihan Anwar dalam Bahasa Jurnalistik dan Komposisi (2004) menyebut sedikitnya ada enam ciri. Dalam dunia yang penuh informasi seperti sekarang, pemahaman tentang ciri-ciri bahasa jurnalistik sendiri dapat membantu pembaca mendapat kabar dengan lebih kritis dan memahami inti dari tiap laporan. Bagi penulis, memahami ciri-ciri bahasa jurnalistik akan berguna untuk menulis artikel apik, seperti pada penjelasan berikut ini.

1. Mempermudah pembaca dengan bahasa yang singkat

ilustrasi pembaca (pexels.com/Perfecto Capucine)

Singkat berarti langsung kepada pokok masalah. Ia tidak bertele-tele dan memboroskan waktu pembaca. Apalagi pada masa jaya media cetak dengan ruang yang terbatas.

Berbeda dengan media cetak, media digital belakangan ini memang hampir tanpa batas. Ruang digital seolah luas, tetapi perhatian orang terhadap konten di dalamnya, terutama dalam bentuk tulisan, sebenarnya tidak sebesar itu. Durasinya tidak lama. Penulis masih harus mengadopsi bahasa jurnalistik dengan mempermudah pembaca dengan bahasa yang singkat.

2. Menyajikan informasi dengan padat

ilustrasi riset (pexels.com/Pixabay)

Padat berarti sarat informasi. Tiap kalimat dan paragraf memuat pesan penting dan menarik. Ini bukan sekadar memenuhi ketentuan media, seperti minimal 500 kata dalam 1 tulisan, tetapi lebih kepada ketepatan isi.

Riset tentu berperan penting dalam menentukan tingkat kepadatan informasi. Galilah lebih banyak sumber sebagai asupan agar tulisan menjadi lebih bermakna. Ambil bagian-bagian penting, menarik, dan relevan.

3. Menyampaikan pesan yang sederhana

ilustrasi pembaca (pexels.com/Karolina Grabowska)

Sederhana berarti bisa menjangkau segala lapisan masyarakat. Oleh karena itu, kita perlu mengenali target pembaca kita. Target pembaca IDN Times, misalnya, milenial dan gen z.

Menggunakan bahasa yang sederhana dapat membantu pembaca di kalangan milenial dan gen z mengerti dengan pesan yang disampaikan. Diksi juga bisa berpengaruh dalam hal ini. Pilihlah kata yang umum alih-alih sekadar berbunga-bunga. Bahasa sehari-hari akan lebih menarik perhatian daripada bahasa yang tidak dikenal.

4. Mengusahakan artikel agar bisa dibaca dengan lancar dan jelas

ilustrasi pembaca (pexels.com/Enzo Muñoz)

Lancar bertujuan agar pembaca membaca informasi tanpa terputus-putus. Ini ada hubungannya dengan ciri berikutnya, yaitu jelas. Jelas berarti mudah ditangkap sehingga tidak terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi.

Ada tiga hal penting agar tulisan bisa dibaca dengan jelas, yaitu:

  • Tiap kata teguh maknanya.
  • Tiap kalimat baik strukturnya.
  • Tiap paragraf bernas idenya.

5. Membuat artikel menjadi menarik dan relevan

ilustrasi pembaca (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Menarik berarti mampu membangkitkan minat dan perhatian. Gaya bercerita tentu ikut memengaruhi ini. Maka, kita juga perlu mempelajari tips menulis artikel bercerita yang ciamik serta teknik storytelling.

Membuat artikel menjadi relevan juga susah-susah-gampang. Penulis mesti tahu yang mesti disampaikan. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti agar pembaca relevan dengan topik yang dibahas.

Secara garis besar, bahasa jurnalistik adalah bahasa yang biasa digunakan jurnalis. Sekilas ini berbeda dengan bahasa lain. Namun, bahasa jurnalistik bisa diterapkan berbagai kreator, tidak hanya penulis. Apalagi mengingat menulis termasuk kemampuan dasar dalam menciptakan banyak konten, termasuk video-video singkat yang belakangan marak di kalangan milenial dan gen z.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team