Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi makan bersama (pexels.com/fauxels)

Apa yang ada di benakmu saat tuan rumah memintamu untuk menganggap huniannya seperti tempat tinggalmu sendiri? Apakah menurutmu ini hanya sikap sok ramah atau dia sungguh-sungguh menawarimu untuk tinggal di sana selama yang kamu inginkan? Salah mengartikan perkataannya malah dapat membuatmu bersikap tidak sopan di rumah orang.

Padahal, seharusnya keramahannya dibalas dengan sikap yang baik juga darimu. Jangan lantas memanfaatkan kebaikannya secara berlebihan. Mari pahami makna-makna di balik perkataan tuan rumah yang memintamu menganggap rumahnya seperti rumah sendiri beserta cara tepat dalam meresponsnya.

1. Jangan terlalu sungkan selama di rumahnya, santai saja

ilustrasi makan bersama (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Kalau kamu sedang berada di rumahmu, tentu rasanya nyaman dan rileks, kan? Ini pula yang diharapkan orang saat dirimu berada di rumahnya. Status sebagai tamu tak perlu membuatmu kelewat kikuk padanya.

Dia ingin kamu tahu bahwa kehadiranmu tidak mengganggunya. Ia bahkan berharap kunjunganmu bisa lebih mengakrabkan kalian. Duduklah dengan nyaman dan bila kamu perlu ke kamar mandi misalnya, katakan saja.

Tuan rumah tak ingin mencitrakan diri serta rumahnya sebagai tempat yang angker. Baginya, rumah adalah tempat membangun kehangatan dan kebersamaan dengan orang lain termasuk kamu sebagai tamunya. Sampaikan keperluan-keperluanmu tanpa takut ia akan kesal.

2. Semoga kamu merasa betah di sana

ilustrasi makan bersama (pexels.com/Askar Abayev)

Umumnya orang merasa betah ketika berada di rumah pribadi. Ini juga yang diinginkan tuan rumah saat kamu bertamu. Bila kamu terlalu mengingat-ingat sedang berada di rumah orang lain, pasti dirimu menjadi tak sabar buat segera pulang.

Pemilik rumah ingin kamu tinggal lebih lama dari sekadar mampir. Meski keperluanmu sedikit dan sudah selesai, dia masih berharap kalian bisa mengobrol tentang hal-hal lain. Jangan terlalu cepat pergi seakan-akan dirimu gak nyaman berada di rumahnya.

Meski tentu saja, terlalu lama berada di rumah orang juga bukan sikap yang etis. Keberadaanmu dapat mengganggu kebebasan serta berbagai aktivitas tuan rumah. Tetap batasi waktu kunjungan seperti 15 sampai 30 menit untuk sekadar tetangga atau teman dan 1 sampai 1,5 jam jika kalian bersaudara.

3. Jangan minta terlalu dilayani

ilustrasi memasak bersama (pexels.com/Kampus Production)

Bila kamu sedang di rumah sendiri, siapa yang melayanimu? Bahkan bila ada asisten rumah tangga, kamu mungkin masih melakukan banyak hal seorang diri. Misalnya, mengambil makanan dan minuman sendiri.

Orang yang berkali-kali bilang agar kamu menganggap rumahnya seperti rumah sendiri besar kemungkinan ingin dirimu cukup mandiri selama di sana. Ini bukan pertama kalinya kamu ke rumahnya. Dirimu tahu hampir semua sudut rumahnya.

Apabila kamu ingin minuman dingin misalnya, ambil sendiri di kulkas. Atau, buat kopi sendiri di dapurnya. Jangan khawatir ini tak sopan kalau hubungan kalian sangat dekat serta ia sudah berulang kali menyuruhmu untuk mengambil atau menyeduh sendiri minuman yang diinginkan.

4. Jaga etika, kebersihan, dan keamanan seperti di rumahmu

ilustrasi di rumah teman (pexels.com/Andrew Neel)

Walaupun tuan rumah mengutamakan kenyamananmu, sikapmu juga gak boleh semaunya sendiri. Etika mesti tetap dijaga. Bukankah kamu pun bakal kesal bila tamu yang datang ke rumahmu bersikap seenaknya?

Hal yang sama perlu kamu terapkan ketika bertamu di rumah orang. Anggaplah rumahnya seperti rumahmu sehingga dirimu tak sembarangan merokok, menaruh tisu kotor, atau tidak menyiram toiletnya hingga bersih. Jaga kebersihan di rumahnya seolah-olah itu rumahmu.

Tentang keamanan barangmu maupun barang tuan rumah juga wajib diperhatikan. Jika kamu di rumah sendiri, keamanan benda-benda milikmu sangat dijaga dari tangan-tangan usil. Oleh sebab itu, dirimu juga dilarang sembarangan mengambil atau memindahkan barang milik tuan rumah dan gak boleh teledor dengan barang pribadi.

5. Kamu boleh sering berkunjung

ilustrasi kebersamaan (pexels.com/August de Richelieu)

Secara tidak langsung, kamu sebenarnya dipersilakan untuk datang lebih sering. Bahkan saat dirimu tak punya keperluan khusus dan sekadar mampir. Sama seperti kamu datang dan pergi dari rumahmu berkali-kali.

Ajakan untuk selalu menyambung tali silaturahmi ini perlu disambut dengan antusias. Kamu sudah diterima dengan baik di rumahnya. Ajak pula dia buat main ke rumahmu agar penerimaan tak terkesan cuma berasal dari pihaknya.

Walau demikian, undangannya untukmu sering berkunjung jangan dimaknai kamu boleh datang kapan saja. Tetaplah melihat-lihat kesibukan tuan rumah dan jam istirahatnya agar kamu bertamu di waktu yang tepat. Biar gak salah jam dan hari, ada baiknya kalian janjian dulu.

Tidak semua orang pernah menyuruhmu menganggap rumahnya seperti rumah sendiri walau kamu telah beberapa kali datang ke sana. Ini berarti cuma orang-orang yang amat nyaman denganmu yang bakal bilang begitu. Respons dengan tepat supaya tuan rumah tak menyesal pernah mengatakannya dan menjadi kesal padamu. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team