Batasan atau boundary ternyata tidak hanya penting dibangun dalam hubungan interpersonal, tetapi juga dalam hubungan intrapersonal. Artinya, kamu menetapkan batas dengan dirimu.
Berbeda dengan membangun batas dengan orang lain dimana semua tampak lebih jelas, membangun batas dengan diri sendiri gampang-gampang susah. Kamu terjebak antara idealisme dan kedisiplinan diri. Malah pada akhirnya, banyak yang “gugur” dan berujung memanjakan diri sendiri.
Batasan dengan diri penting supaya kamu bisa bersikap tegas dengan dirimu. Di tengah keadaan yang sulit dan gak enak, kamu tetap berpegang pada komitmen yang sudah kamu buat sebelumnya. Agar lebih paham, simak lima penjelasan di bawah mengenai makna membangun batasan dengan diri sendiri. Dilakukan juga, ya!
5 Makna Sesungguhnya dari Membangun Batasan dengan Diri Sendiri

Intinya sih...
Mengenal diri sendiri secara utuh, termasuk nilai dan prinsip hidup.
Tahu kapan harus bersikap tegas dengan diri sendiri.
Jujur terhadap diri sendiri.
1. Mengenal diri sendiri secara utuh, termasuk nilai dan prinsip hidup
Hal pertama yang perlu kamu pahami, membangun batasan dengan diri tidak akan bisa dilakukan kalau kamu belum benar-benar mengenal siapa dirimu. Mengenal di sini bukan sekadar tahu tentang karaktermu, apa yang kamu suka dan tidak, tapi menilik ke lapisan lebih dalam: apa tujuan hidupmu, apa prinsip yang ingin kamu pertahankan, apa nilai hidup yang terus kamu bawa.
Memang kelihatannya sepele, tapi itu yang akan menjadi pagar batas untuk dirimu. Tanpa mengenal diri sendiri, kamu jadi tidak punya fondasi yang jelas dalam menetapkan boundary.
2. Tahu kapan harus bersikap tegas dengan diri sendiri
Kunci dari membagun batasan adalah sikap asertif. Tidak semua hal akan berjalan sesuai dengan perasaan atau suasana hatimu. Misal, saat kamu sudah meneguhkan hati untuk konsisten belajar sesuatu, tapi kamu masih sering on and off karena terjebak mood swing.
Membangun batasan berarti tahu kapan harus bersikap tegas demi kebaikanmu sendiri. Dengan kata lain, kamu bisa “mengabaikan” perasaanmu dan tetap berpegang teguh pada kedisiplinan diri.
3. Jujur terhadap diri sendiri
Kelihatannya sih, selalu bahagia dan haha-haha, padahal sebenarnya sedang dilanda kesedihan. Kelihatannya selalu beli barang mewah dan jajan ini-itu, padahal sebenarnya kamu hanya ingin pengakuan. Banyak orang terjebak dalam kepura-puraan hanya demi diperhatikan orang. Ini yang mulai harus dibatasi.
Belajarlah untuk mengembangkan versi autentik dengan dirimu. Sebelum melakukan sesuatu, coba tanyakan pada diri sendiri: apa ini memang lahir dari keinginanku untuk meningkatkan kualitas hidup, atau hanya supaya dinotis orang saja?
4. Akui batasan dan kerentananmu
Menetapkan batas berarti menyadari bahwa kamu tidak bisa menjadi segalanya untuk semua orang. Berusaha keras untuk menyenangkan hati mereka hanya akan membuatmu lelah secara emosional.
Kenyataannya, memang ada beberapa hal yang tidak bisa kamu lakukan, dan itu tidak apa-apa. Ketika kamu belajar untuk mengakui kerentananmu sebagai manusia, di situlah kapasitasmu akan diperbesar.
5. Miliki ekspetasi realistis terhadap diri sendiri
Idealisme adalah hal yang baik, tapi bila berlebihan, bisa jadi senjata makan tuan. Kamu jadi menuntut dirimu macam-macam, yang pada akhirnya malah jadi batu sandungan untuk diri sendiri.
Membangun ekspetasi yang realistis terhadap dirimu dimulai dengan mengenal dan mengakui kelebihan dan kelemahanmu. Tidak apa-apa, kok, kalau kamu belum bisa melakukan sesuatu. Itu tidak membuatmu lemah atau buruk, itu seharusnya menjadi dasar untukmu memperluas kapasitas.
Saatnya kalibrasi ulang, apakah kamu sudah sungguh-sungguh dalam menetapkan batasan ke diri sendiri? Mustahil menetapkan batasan dengan orang lain, kalau kamu masih sering lalai dan memanjakan diri.