5 Penyebab Anak Memiliki Sifat Narsistik, Minim Empati!

Narsistik merupakan sifat yang hanya mementingkan imej diri sendiri dan mengesampingkan orang lain. Biasanya orang-orang dengan sifat narsistik ini jelas tidak disukai oleh banyak orang, sebab dianggap gemar sekali menjadi pusat perhatian dan tidak ragu menjatuhkan orang lain demi kepentingannya sendiri.
Sifat narsistik ternyata bukan hanya dimiliki oleh orang dewasa saja , namun anak-anak juga bisa mengalami hal yang serupa. Biasanya ada beberapa penyebab berikut ini mengapa anak bisa memiliki sifat narsistik, sehingga kamu sebagai orangtua perlu peka terhadap hal tersebut.
1. Tidak diajarkan empati sejak kecil

Anak-anak yang memiliki sifat narsistik biasanya sangat minim akan empati dalam dirinya. Hal ini mungkin menjadi salah satu tanda bahaya karena empati menjadi modal penting yang perlu dimiliki oleh setiap manusia dalam menjalin hubungan dengan manusia lainnya.
Jika anak tidak diajarkan empati sejak kecil, maka ia tidak akan peduli dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Dampaknya anak hanya akan memikirkan mengenai dirinya sendiri dan tumbuh menjadi pribadi yang narsistik, serta individualis.
2. Dibesarkan dengan parenting yang narsistik

Setiap orangtua mungkin memiliki cara yang berbeda dalam membesarkan anak-anaknya, sehingga memilih pola parenting yang juga tidak sama. Bahkan hal keliru yang justru berbahaya adalah apabila orangtua membesarkan anak dengan pola parenting yang sarat akan sifat narsistik.
Tanpa orangtua sadari, sebetulnya pola parenting yang diterapkan dapat memengaruhi pembentukan sifat yang dimiliki anak. Jika anak dibesarkan dengan parenting yang narsistik, maka nantinya mereka juga akan tumbuh menjadi pribadi yang narsistik.
3. Menormalisasi perilaku narsistik anak

Kamu sebagai orangtua tentunya harus tahu bahwa perilaku narsistik bukanlah sesuatu yang baik dan dapat ditiru. Meski sering kali orangtua memahami hal tersebut, namun justru cenderung sulit untuk menghentikan anak-anaknya dari perilaku narsistik yang mungkin dimiliki.
Banyak orangtua yang pada akhirnya justru menormalisasi perilaku narsistik pada anak, sehingga akan terus terbawa sampai ia tumbuh dewasa. Jika orangtua tidak menghentikan kebiasaan narsistik pada anak, maka hal ini juga bisa membawa dampak yang lebih buruk saat ia tumbuh dewasa nanti.
4. Gemar memuji anak berlebihan

Setiap orangtua pasti memiliki rasa sayang terhadap anak-anaknya dan hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat wajar. Cara orangtua dalam menunjukkan rasa sayang terhadap anak juga bisa beragam, termasuk salah satunya adalah dengan memberikan anak pujian.
Orangtua perlu paham bahwa memberikan pujian pada anak sebetulnya tidak menjadi masalah, namun jika sampai berlebihan maka bisa menimbulkan dampak-dampak yang kurang baik. Bukan tidak mungkin jika akan tumbuh menjadi pribadi yang narsistik karena sudah terbiasa mendengar orangtua memujinya dengan berlebihan.
5. Tidak mengajarkan anak rendah hati

Salah satu ciri dari orang-orang narsistik sebetulnya tidak memiliki sifat rendah hati terhadap orang lain. Bisa jadi memang anak yang tidak memiliki sifat rendah hati diakibatkan karena orangtuanya yang memang tidak mengajarkan hal serupa.
Orangtua mungkin perlu mengajarkan anak bagaimana caranya memiliki sikap rendah hati, bahkan melalui hal-hal sederhana sekali pun. Jika anak terbiasa diajarkan rendah hati, maka sifat narsistik tersebut pun akan sedikit demi sedikit hilang dan tidak menjadi kebiasaan.
Orangtua tentunya paham bahwa ada beragam penyebab berbeda dari sifat narsistik yang mungkin terjadi. Oleh sebab itu, jangan sampai orang tua membiarkan anak-anaknya minim empati dengan memiliki sifat narsistik yang justru dapat merusak hubungan sosialnya dengan orang lain. Kenali perilaku narsistik yang mungkin dimiliki anak sejak kecil!