5 Penyebab Suka Membicarakan Masa Lalu, Apakah Ada Manfaatnya?

Bosan gak sih, kalau kamu mengobrol dengan seseorang yang terus membicarakan masa lalu? Hal-hal yang terjadi beberapa tahun sebelumnya seperti tak ada habisnya untuk digali. Menurutmu, percakapan seperti ini kurang berguna. Dirimu tipe orang yang amat fokus pada masa kini dan masa depan.
Bagimu, terus membahas kejadian-kejadian lama malah dapat menghambat jalannya hidup saat ini serta untuk ke depannya. Akan tetapi, orang yang gemar mengobrolkan masa silam justru seperti tenggelam dalam kenangan. Kamu mencoba mengembalikannya ke realitas masa kini pun, dia cuma sebentar mengikuti topik pilihanmu.
Sekejap kemudian ia telah kembali ke segala hal yang sekarang gak ada lagi. Kenapa ada orang yang seperti terobsesi dengan hal-hal yang sudah berlalu? Bagaimana cara agar kamu bisa menjadi teman bicara yang menyenangkan baginya? Berikut pembahasannya untukmu. Meladeni obrolan yang beraroma kenangan juga ada manfaatnya, lho.
1. Ada peristiwa yang masih sangat lekat di ingatan

Meski pada kenyataannya peristiwa yang diceritakannya sudah terjadi bertahun-tahun lampau, baginya seperti baru kemarin. Itu pasti kejadian yang amat berkesan buatnya. Tidak selalu perasaan yang ditimbulkan ketika ia mengingatnya kembali adalah bahagia atau sedih sekali.
Terkadang peristiwanya tampak sederhana saja, tetapi tetap tak terlupakan untuknya. Seperti masa-masa ketika dia kecil dan ibunya selalu melambaikan tangan dari ambang pintu saat ia berangkat sekolah. Kenangan yang simpel ini melekat kuat di memorinya dan menjadi kian istimewa sebab selain ibunya, tidak ada lagi orang lain yang melakukannya.
Apa pun emosi yang terbangkitkan ketika seseorang mengenang masa lalunya, kamu sebagai lawan bicara mesti menghargainya. Dirimu juga pasti punya banyak kenangan serupa yang tetap berbekas sekalipun tahun demi tahun terus berlalu.
Perbedaaan kalian hanya dia senang membicarakannya, sedangkan kamu tidak. Biar obrolan lebih asyik, gak ada salahnya sesekali dirimu menimpalinya dengan kenangan pribadi yang mirip dengan kenangannya.
2. Berhadapan dengan orang yang lebih muda atau junior

Jika kamu diajak mengobrol oleh orang yang usianya di atasmu, ada kecenderungan ia akan membicarakan beberapa hal di masa lalu. Sebagai contoh, kamu generasi Z sedangkan lawan bicaramu generasi milenial. Dia mengatakan sejumlah hal yang membedakan masa kecilnya dengan masa kecilmu.
Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan atau sekadar mengunggulkan masa lampau. Akan tetapi, supaya kamu yang baru lahir beberapa tahun kemudian mempunyai gambaran yang lebih tepat tentang zaman itu. Jika dirimu gak pernah diajak membicarakan tahun-tahun sebelum kelahiranmu, takutnya kamu malah mengira masa itu sama saja dengan masa kecilmu.
Begitu pula apabila secara usia kalian sama, tetapi posisi dia lebih senior daripada kamu. Di kantor misalnya, orang yang lebih berpengalaman darimu akan sering mengatakan apa saja yang pernah dilakukannya dahulu. Ini juga tak bermakna ia tengah menyombongkan diri.
Kalau dia tidak memberitahumu secara langsung, boleh jadi kamu gak mengerti bahwa berdasarkan pengalamannya ia memang pantas menjadi seniormu. Sebagai junior, dirimu bisa terlalu bawel mentang-mentang usia kalian sepantar. Kamu menjadi sulit menerima arahannya dan ini menghambat seluruh pekerjaan di kantor.
3. Ada hal-hal yang dianggap lebih baik atau buruk daripada sekarang

Obrolan tentang masa lalu biasanya juga dimaksudkan untuk membandingkan keadaan waktu itu dengan sekarang. Contohnya, orang mengatakan betapa payahnya hidup di zaman ketika internet belum ada. Mendapatkan informasi apa pun menjadi lebih lambat. Orang juga tidak bisa bekerja dari rumah cukup dengan memanfaatkan internet.
Bila kamu berhadapan dengan lawan bicara yang sedang membandingkan sesuatu di masa lalu dengan masa kini, cobalah melihat dari perspektifnya dulu. Berikan dukungan untuk hal-hal yang memang ada benarnya. Baru kemudian dirimu dapat menambahkan perspektif lain agar dia tidak terlalu memuji salah satu di antara kedua masa tersebut.
Masih dengan contoh lawan bicara sedang membandingkan kehidupan sebelum dan setelah adanya internet. Kamu bisa menambahkan bahwa internet juga dapat seperti pedang bermata dua. Meski internet banyak manfaatnya, jika pengguna tidak bijaksana akan menimbulkan bahaya. Dirimu bisa memberikan contoh kasus kejahatan yang memanfaatkan internet.
4. Ingin orang lebih mengenalnya

Coba perhatikan saat kamu berada di lingkungan yang baru. Orang-orang saling berkenalan, tak terkecuali kamu memperkenalkan diri. Pasti sedikit banyak akan muncul percakapan tentang masa lalu masing-masing. Misalnya, sekelompok mahasiswa baru.
Perkenalan akan dimulai dengan saling memberitahukan nama serta asal daerah dan sekolah. Kalau obrolan makin cair, setiap orang mulai tanpa sungkan membicarakan ekstrakurikuler favoritnya di masa SMA dan lomba apa saja yang pernah diikuti. Kenapa hal-hal di masa lalunya penting untuk diberitahukan pada orang lain?
Alasannya simpel saja, yaitu kalian baru saling kenal sekarang. Kamu gak tahu apa-apa tentangnya, begitu pun sebaliknya. Supaya kalian lebih lekas merasa akrab, sebagian masa lalu memang perlu diceritakan. Termasuk beberapa orang mudah membuka diri terkait luka lamanya dalam keluarga.
Kalau lawan bicaramu seterbuka ini, kamu bakal merasa sudah mengenalnya lebih lama daripada yang sesungguhnya. Ke depan perasaan kalian sebagai teman lebih bertaut. Sebaliknya jika teman barumu sama sekali gak memberitahukan apa pun mengenai masa lalunya, dirimu pasti dibayangi sejumlah pertanyaan tentang kehidupan serta karakter aslinya. Lebih lama untuk kalian dapat akrab serta percaya satu sama lain.
5. Sudah lanjut usia

Orang lanjut usia paling sering membicarakan masa lalu. Tahun yang telah mereka lalui begitu panjang. Misalnya, usia mereka sekarang 65 tahun dan ingatannya baru cukup kuat di usia 4 tahun. Berarti ada begitu banyak pengalaman yang terjadi dalam rentang waktu 61 tahun.
Sementara itu, masa kini dan masa depan menjadi kurang menarik bagi mereka karena dua alasan. Pertama, walaupun mereka hidup di masa sekarang, makin banyak hal-hal kekinian yang tidak dapat diikuti. Meski mereka telah mencoba mempelajarinya, pengetahuannya gak sebanyak orang-orang yang lebih muda.
Sedang tentang masa depan, harapan hidup mereka sudah menipis. Di usia 65 tahun apalagi lebih dari itu, suka tidak suka mereka dalam perjalanan yang terus mendekati akhir kehidupan. Mereka sadar bahwa mungkin saja waktunya di dunia tinggal beberapa tahun lagi. Apa yang bisa dibicarakan tentang masa depannya kecuali sakit keras dan kematian?
Boro-boro membahasnya, mengingatnya saja barangkali menimbulkan kecemasan dalam diri. Terlebih lawan bicaranya kamu yang jauh lebih muda. Mereka ragu dirimu bisa diajak membicarakan hal-hal berat seperti itu. Lebih mudah buat mereka membahas masa lalu saja. Mereka tinggal memilih satu per satu kenangan untuk diceritakan.
Meski sebagai anak muda kamu cenderung lebih berminat pada masa kini dan masa depan, mengobrolkan masa lalu sebenarnya perlu. Jangan buru-buru ingin menyudahi perkataan lawan bicaramu mengenai berbagai peristiwa di masa silam. Sebaliknya, kamu juga gak perlu gengsi untuk menceritakan masa lalumu pada orang dan situasi yang tepat.
Bila ada trauma, membicarakannya lagi dan lagi berguna untuk terapi diri. Lawan bicara sedikit banyak akan membantumu membangun perspektif baru atas suatu pengalaman buruk. Daripada kamu terus memendamnya sendirian dan kesakitan atau ketakutanmu terus bertambah.