Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Peran Self-Preservation dalam Pertumbuhan Diri, Sudah Tahu?

ilustrasi pelajar melakukan presentasi (pexels.com/kampus)

Self-preservation sering kali dianggap sebagai insting dasar untuk bertahan hidup, namun perannya jauh melampaui sekadar menjaga keamanan fisik. Secara sederhana, self-preservation adalah kemampuan seseorang untuk melindungi diri, baik secara fisik maupun emosional, dari hal-hal yang dapat membahayakan atau merugikan.

Dalam kehidupan sehari-hari, konsep ini dapat menjadi kunci penting dalam perjalanan menuju pengembangan diri yang lebih baik. Bagaimana perlindungan diri dapat berkontribusi pada pertumbuhan pribadi adalah sesuatu yang menarik untuk dipahami lebih dalam. Yuk, langsung saja simak peran self-presevation dalam pertumbuhan diri melalui artikel berikut!

1. Mencegah stres dan burnout

ilustrasi wanita berolahraga (pexels.com/jonathanborba)

Melakukan perlindungan diri, seperti cukup beristirahat, menetapkan batasan, dan menerapkan praktik self-care, seseorang dapat mengurangi risiko kelelahan akibat tuntutan pekerjaan atau aktivitas sehari-hari. Stres dan burnout sering muncul ketika kebutuhan emosional dan fisik diabaikan, sehingga self-preservation menjadi penting untuk menjaga keseimbangan hidup.

Gunakan waktu untuk beristirahat, membangun kebiasaan positif, dan menjauhi situasi yang memicu stres berlebihan adalah cara yang efektif untuk menjaga kestabilan emosi dan energi. Dengan memahami kebutuhan diri dan memberi ruang untuk penyembuhan, seseorang akan lebih siap menghadapi berbagai tantangan tanpa terbebani stres berkepanjangan.

2. Menumbuhkan penerimaan diri

ilustrasi mahasiswa memakai earphone (pexels.com/charlottemay)

Self-preservation membantu seseorang menumbuhkan penerimaan diri sebagai dasar kesejahteraan emosional dan pertumbuhan pribadi. Dengan menerapkannya, seseorang belajar menerima kelebihan dan kekurangan tanpa membandingkan diri dengan orang lain. Ini melibatkan menetapkan batasan sehat, merawat fisik dan mental, serta memahami kebutuhan diri sendiri. 

Ketika penerimaan diri tumbuh, seseorang menjadi lebih mampu mengatasi kritik, membangun hubungan yang positif, dan mengejar tujuan dengan keyakinan yang lebih kuat. Melalui penerapan self-preservation, siapa pun dapat mencapai keseimbangan dalam menerima siapa mereka sebenarnya dan menjalani hidup dengan lebih damai dan autentik.

3. Mengatasi rasa takut dan keraguan diri

ilustrasi sekelompok wanita berbincang (pexels.com/elevate)

Self-preservation juga berperan dalam membantu individu mengatasi rasa takut dan keraguan diri. Dengan memahami kebutuhan diri sendiri dan menerapkan strategi perlindungan emosional, seseorang dapat mengurangi tekanan yang memicu ketakutan dan keraguan.

Self-preservation mendorong seseorang untuk membangun kepercayaan diri, menetapkan batasan, dan mengembangkan keterampilan mengelola stres. Melalui praktik ini, seseorang belajar menghadapi ketakutan secara positif, melihat tantangan sebagai peluang, dan membangun mental yang lebih kuat.

"Saat kamu merawat diri sendiri, kamu akan memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menghadapi berbagai tantangan. Semakin sering kamu menyadari bahwa kamu mampu mengatasi hambatan, semakin sedikit rasa takut dan keraguan yang kamu rasakan terhadap kemampuanmu," kata Ricki Romm, LCSW, seorang psikoterapis, dilansir Verywell Mind.

4. Menciptakan lingkungan sosial yang mendukung

ilustrasi kegiatan sosial (pexels.com/rdne)

Dengan menjaga kesejahteraan emosional dan menetapkan batasan yang sehat, seseorang mampu membangun hubungan yang sehat dan saling mendukung. Lingkungan yang mendukung menciptakan ruang aman untuk berbagi perasaan, pengalaman, dan tantangan tanpa merasa dihakimi.

"Ini berarti menetapkan dan menjaga batasan pribadi, menyatakan atau memperjuangkan kebutuhan kamu, serta berusaha mempertahankan identitas dan keunikan diri kamu. Tujuannya adalah membangun hubungan yang sehat, di mana kedua belah pihak dapat tumbuh bersama tanpa salah satu pihak mendominasi atau mengabaikan kebutuhan lainnya," jelas Romm.

Self-preservation mendorong individu untuk berinteraksi dengan orang-orang yang memberikan energi positif dan membangun koneksi yang berarti, yang pada akhirnya meningkatkan kepercayaan diri dan kesejahteraan mental. Dengan memiliki lingkungan sosial yang kondusif, individu lebih siap menghadapi hambatan dan tumbuh secara pribadi.

5. Membantu regulasi emosi

ilustrasi perempuan mendengarkan musik sambil bekerja (pexels.com/olly)

Self-preservation juga dapat berperan dalam membantu individu mengatur emosi agar tetap stabil dan sehat. Dengan menerapkan keterampilan self-preservation, seseorang dapat mengenali dan memahami perasaan mereka, serta merespons stres dan konflik dengan cara yang lebih efektif.

Ini meliputi menetapkan batasan, mengelola tekanan, dan memilih strategi coping yang positif untuk mengurangi emosi negatif. Regulasi emosi yang baik membantu seseorang merespons situasi dengan tenang, mengurangi risiko konflik, dan meningkatkan kesejahteraan mental.

Penerapan self-preservation bukan hanya tentang bertahan dari tekanan, tetapi juga tentang menciptakan keseimbangan hidup yang sehat dan membiarkan diri untuk tumbuh menjadi versi terbaik dari diri. Jadi, apakah kamu sudah menerapkan self-preservation?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Shasya Khairana
EditorShasya Khairana
Follow Us