Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Cover novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas (instagram.com/js_khairen)

Intinya sih...

  • Novel "Kami (Bukan) Sarjana Kertas" karya J.S. Khairen, menceritakan kisah 7 mahasiswa UDEL dalam perjuangan meraih mimpi mereka.
  • Meskipun fiksi, novel ini menginspirasi pembaca dengan pesan moral dan menekankan pentingnya tidak takut bermimpi dan berjuang.
  • Kisah Gala yang berhasil meraih mimpinya meskipun awalnya sulit menunjukkan bahwa uang bukanlah segalanya.

Kami (Bukan) Sarjana Kertas merupakan novel karya penulis Indonesia, Jombang Santani Khairen atau biasa disapa J.S. Khairen. Rilis tahun 2019, novel ini mengusung kisah 7 mahasiswa berlatar kampus UDEL (Universitas Daulat Eka Laksana) yang berjuang dalam menggapai mimpi mereka. Dikemas dengan bahasa yang ringan, Kami (Bukan) Sarjana Kertas cocok dibaca semua kalangan.

Meskipun bergenre fiksi, Kami (Bukan) Sarjana Kertas menyuguhkan beberapa kisah yang relete dengan kehidupan khususnya dunia perguruan tinggi. Kisah ke 7 mahasiswa yang menjadi tokoh dalam novel ini mampu menginspirasi pembaca. Selain itu, ada pula beberapa pesan moral yang dapat ditarik setelah membaca novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas. Penasaran? Simak berikut!

1. Bersungguh-sungguh mengejar mimpi

ilustrasi sekelompok mahasiswa (pexels.com/Stanley Morales)

Biarkan mereka bising dari ketidaktahuan hingga melahirkan sebuah "kira-kira." Indah sekali saat mendengar rintihan hati kecil mereka, wajah mereka yang terpana sambil berujar "kok dia bisa"

Mimpi adalah sebuah cita-cita yang harus dicapai oleh seseorang. Terkadang dalam mengejar mimpi kita perlu banyak sekali perjuangan, ditimpa banyak cobaan. Memang mengejar mimpi tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Lewat kisah Ogi dkk dalam novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas, kita belajar jangan takut bermimpi, jangan gampang menyerah dalam mengejar mimpi. Ogi adalah mahasiswa yang awalnya tak tertarik sama sekali untuk kuliah, bahkan ia hendak mengakhiri hidup karena cobaan bertubi-tubi yang ia hadapi. Namun, ada semangat dalam dirinya hingga di masa depan ia berhasil meraih mimpinya di bidang teknologi informasi.

2. Jangan hanya berpikir tentang uang

ilustrasi uang (pexels.com/Pixabay)

"Uang hanya sampai pangkal lidah, karya akan menciptakan sejarah."

Dunia ini memang butuh uang, namun bisakah uang memberi kebahagiaan? Apa yang tak bisa dibeli dengan uang? Kasih sayang, kebahagiaan, rasa nyaman, banyak lagi!

Kisah yang dialami Gala, seorang anak tunggal dari ayah yang telah sukses berbisnis nyatanya tak memberi kebahagiaan. Diminta meneruskan perusahaan, hidup Gala telah ditentukan ayahnya sejak kecil. Padahal Gala mempunyai mimpi menjadi seorang guru.

Kendati awalnya sulit, pada akhirnya Gala berhasil meyakinkan ayahnya. Keduanya pun memahami satu sama lain. Dengan kekayaan yang dimiliki ayahnya, Gala memanfaatkannya dengan baik. Mulai dari memberi beasiswa pada Juwisa, membantu amak Arko dengan memberinya pekerjaan, hingga membangun sebuah Pustaka Kaki Gunung.

3. Percaya pada rencana Sang Maha Kuasa

ilustrasi wisuda (pexels.com/Pixabay)

"Kita kerap mendikte Sang Maha Pasti dengan doa-doa ajaib, meminta yang tak kita butuhkan, mengharap lebih dari yang diperlukan. Padahal kita tau, Ia adalah penulis skenario terbaik, yang selalu memberi pas takaran."

Terkadang kita memang lalai oleh harapan-harapan yang berlebihan. Padahal Yang Maha Kuasa telah menyiapkan rencana terbaik dari perjalanan kita. Itu semua rahasia-NYA.

Kuliah di kampus UDEL ternyata tak semulus yang diharapkan ke 6 mahasiswa dalam novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas. Nasib kampus UDEL berada di ujung tanduk, hingga terancam akan bubar. Hal itu membuat gelisah para mahasiswanya yang mendapat imbas dari masalah ini. Mereka mempertanyakan status sebagai mahasiswa.

Dibalik itu semua, ternyata ada rencana Sang Maha Kuasa yang tak kalah baik. Sebelum kampus UDEL benar-benar dibubarkan, semua mahasiswanya harus diluluskan. Setelah luluspun ada takdir baik yang menjemput masing-masing mahasiswa. Seperti Randi, meskipun cita-cita bekerja kantoran, takdir berkata lain. Ia justru mendapat pekerjaan sebagai wartawan dengan jalan yang tak pernah ia sangka. 

Selain ke 3 pesan moral diatas, novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas menyuguhkan beberapa kisah yang relete dengan kehidupan. Berjuang adalah hal penting dalam meraih cita-cita. Sudahkah kamu baca novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas? Apakah kamu setuju dengan 3 pesan moral diatas?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorVivi F.