Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi seorang pria (unsplash.com/Malik Shibly)

Nama lengkapnya Syekh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atha’illah As-Sakandari. Ia lahir di Mesir pada tahun 648 H/1250 M dan merupakan sosok ulama masyhur pada saat itu. Sehingga dengan keproduktifannya, ia telah menulis lebih dari 20 kitab dengan berbagai macam kajian. Seperti, tasawuf, aqidah, nahwu dan yang lainnya.

Tidak heran, walaupun ia telah wafat, karya-karyanya masih eksis hingga saat ini. Salah satu kitab yang populer di kalangan para santri adalah kitab Al-Hikam, yang mendeskripsikan kajian tasawuf sebagai panduan lanjut bagi setiap orang dalam menempuh jalan spiritualnya.

Selain itu, kata-kata bijaknya pun kerap kali menjadi sebuah pegangan hingga saat ini. Dengan kalimat yang sederhana, namun mampu menyentuh hati. Apa aja sih kata-kata bijaknya? Mari simak!  

1. Jangan menuntut tuhan atas kebaikan yang telah dilakukan

ilustrasi pria sedang salat (unsplash.com/Masjid Pogung Dalangan)

 “Jangan kau tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu, tetapi tuntutlah dirimu karena engkau telah menunda adabmu kepada Allah.”

Ada sebuah fenomena, di mana seseorang merasa telah melaksanakan tugas-tugas dari Allah SWT dengan baik, namun ia menuntut-Nya untuk segera mengabulkan keinginannya dengan cepat. Katahuilah, bahwa hal tersebut bukanlah sebuah adab yang baik kepada Allah SWT.

Jadi, berbuat baiklah semaksimal mungkin. Beribadahlah dengan baik, maka Allah akan membalas pula terhadap apa yang telah kita kerjakan. Berdoa semestinya, asal jangan sampai menuntut-Nya seakan-akan Allah harus mengganti rugi atas amal kita.

2. Memiliki harapan itu harus diiringi dengan tindakan

ilustrasi pria sedang menulis (unsplash.com/Steven Houston)

“Harapan adalah yang diikuti dengan tindakan. Jika tidak, maka itu hanyalah angan.”

Harapan merupakan suatu ekspresi diri yang tentunya dimiliki oleh setiap orang. Biasanya, dengan harapan seseorang akan merasa terpicu sehingga bersemangat untuk mencapai apa yang diinginkannya. Kamu punya harapan?

Nah, kata Ibnu Atha’illah, sebuah harapan itu harus diiringi dengan sebuah tindakan. Jadi, untuk mencapainya bukan hanya sekadar ditulis di kertas saja, melainkan juga direalisasikan dengan sebuah tindakan yang nyata untuk mencapainya. Jika tanpa tindakan, maka itu hanyalah sebuah angan belaka.

3. Jangan merasa mulia atas ketaatanmu

ilustrasi pria sedang berdiri di serambi masjid (unsplash.com/Artur Aldyrkhanov)

“Kemaksiatan yang mewariskan rasa hina adalah lebih baik daripada ketaatan yang mewariskan rasa mulia.”

Setiap manusia pasti tidak akan pernah luput dari kesalahan. Karena memang demikian, bahwa manusia itu adalah tempatnya salah dan lupa. Ketika kita berbuat dosa pada-Nya, hadirkanlah di hati bahwa kita merupakan orang yang hina. Sehingga tidak akan menimbulkan pembenaran terhadap dosa tersebut.

Jangan juga ketika kita beribadah dengan taat kepada Allah SWT, namun kita merasa mulia di hadapan manusia ataupun di hadapan-Nya. Karena, sebenernya itu menandakan bahwa ia sedang sombong atas kebaikan yang telah dilakukannya.

4. Ikhlas berbuat baik adalah bentuk kejujuran pada tuhan

ilustrasi perbuatan sikap terpuji (pexels.com/RODNAE Productions

“Keinginanmu agar orang lain mengetahui keistimewaanmu adalah bukti ketidakjujuranmu dalam menghambakan diri kepada Allah.”

Terkadang kita ingin meminta validasi kepada orang-orang atas apa yang kita miliki. Baik itu berupa karier, pencapaian, percintaan, atau bahkan hal-hal yang lainnya. Tapi sebenarnya, hal tersebut merupakan perbuatan yang kurang baik juga. Karena seakan-akan apa yang kita lakukan itu tidak memiliki kejujuran dalam mengabdi kepada-Nya.

Poin intinya adalah, berbuatlah dengan ikhlas semata-mata untuk Allah, tanpa meminta imbalan apapun dari manusia. Ya, walaupun terasa sulit, semoga kita bisa mencapainya dengan perlahan, ya.

5. Hidup sekali, hiduplah yang berarti

ilustrasi pria sedang duduk di tepi gunung (pexels.com/Stefan Stefancik)

"Kadang umur berlangsung panjang, namun manfaat kurang. Kadang pula umur berlangsung pendek, namun manfaat berlimpah."

Ada kata-kata bijak seperti ini, hidup sekali hiduplah yang berarti. Kita tidak tahu apakah umur kita akan panjang atau bahkan sebaliknya. Terlepas dari itu, kita hanya mampu berusaha untuk senantiasa menjalani hidup yang singkat ini sebaik mungkin. 

Harapannya, baik itu umur pendek ataupun panjang, semoga apa yang telah kita lakukan di dunia ini memiliki manfaar yang melimpah dan juga menjadi sebuah keberkahan. 

Dalam menjalaninya, kita harus mampu memanfaatkannya sebaik mungkin, yaitu dengan beribadah kepada-Nya. Berbuat baik kepada seluruh makhluk, khususnya manusia. Perihal ikhlas memang sulit, tapi jangan sampai juga kita gak berbuat baik karena takut tidak ikhlas, ya. Secara perlahan, pasti bisa insyallah. Aamiin

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team