ilustrasi merenung (pexels.com/Daniel Borges)
Meski nasihat yang klise hampir selalu benar, efeknya padamu menjadi kurang terasa. Contohnya, kamu sedang merenungkan gaya hidup yang menurut teman-temanmu telah tergolong bermewah-mewah dan mulai menjeratmu dalam masalah keuangan. Nasihat yang direnungkan ialah tentang hemat pangkal kaya.
Tidak ada yang salah dari nasihat itu karena kamu memang perlu mengerem pengeluaran dan menyelesaikan problem keuangan. Akan tetapi, saking seringnya nasihat tersebut terdengar, mungkin kamu malah menimpali, "Siapa juga yang mau menjadi kaya raya tanpa sempat menikmatinya?" Dengan inti nasihat yang sama, dirimu memerlukan cara penyampaian yang berbeda.
Bayangkan seandainya ada satu orang saja yang berkata padamu bahwa manusia hidup butuh uang, mati pun masih perlu banyak uang sehingga kamu tak boleh merepotkan keluarga dengan urusan biaya rumah sakit, pemakaman, sampai doa bersama. Kalimatnya yang tajam dan sangat sesuai dengan realitas pasti akan membuatmu lebih berpikir. Perilakumu pun cepat berubah dari bermewah-mewah menjadi lebih sederhana.
Secara umum merenung memang baik dan perlu sering dilakukan. Namun, kamu gak bisa sembarangan karena bakal gagal mendapatkan manfaat dari merenung. Perenungan yang tepat seharusnya membuatmu menjadi pribadi yang makin baik dari waktu ke waktu.