Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi donasi pakaian (pexels.com/Antoni Shkraba)
ilustrasi donasi pakaian (pexels.com/Antoni Shkraba)

Berbagai kegiatan dengan tujuan membantu masyarakat yang membutuhkan tentu amat bagus. Ada pihak yang bersedia menjadi pengumpul serta penyalur donasi. Ada pula banyak donatur yang siap menyisihkan sebagian hartanya. Baik donasi berupa uang maupun barang diharapkan bisa memperbaiki keadaan orang-orang yang sedang dalam kesusahan. 

Namun, apabila kamu juga ingin mengadakan kegiatan sosial serta mengumpulkan donasi, pastikan rasa tanggung jawabmu amat besar. Jangan menggunakan dana atau barang titipan donatur secara sembarangan. Pengelolaannya mesti sebaik mungkin sesuai dengan tujuan awalnya.

Donatur meski punya sifat dermawan tentu juga akan mengecek seperti apa kerjamu di lapangan. Mereka tidak ragu buat menghentikan donasi bahkan melaporkanmu ke pihak yang berwenang bila ada indikasi penyalahgunaan donasi. Supaya niatmu menggalang bantuan guna aksi sosial tidak berbuntut kecurigaan dari donatur, hindari lima hal berikut.

1. Gak ada laporan yang transparan

ilustrasi mencatat donasi (pexels.com/cottonbro studio)

Laporan yang dimaksud ialah donasi yang masuk dan keluar serta penggunaannya. Misalnya, donasi berupa uang yang masuk per minggu mencapai Rp10 juta. Penggunaannya per minggu juga Rp10 juta. Berikan perincian pemakaiannya, seperti Rp8 juta disalurkan dalam bentuk sembako dan Rp2 juta diberikan secara tunai.

Kalau kamu rutin membuat dan mengirimkan laporan ini pada para donatur, mereka menjadi tenang serta percaya. Mereka dapat memeriksa laporan tersebut dan melihat ada yang janggal atau tidak.

Buka pula kesempatan seluas-luasnya untuk donatur bertanya segala terkait bantuan serta kegiatan yang dilaksanakan. Apabila transparansi seperti ini tidak ada, donatur bisa mengembangkan berbagai pikiran buruk yang berangkat dari kewaspadaan.

Apalagi posisi mereka jauh, sehingga tak dapat langsung mengecek di lapangan ketika aksi sosial digelar. Mereka menunggu laporan darimu sebagai bahan pertimbangan hendak mengirimkan donasi lagi atau lebih baik berhenti saja, bila tampak meragukan.

2. Minta donasi dengan pemaksaan

ilustrasi donasi (pexels.com/Julia M Cameron)

Caramu dalam mengumpulkan donasi juga amat memengaruhi tingkat kepercayaan donatur. Meski kamu punya tujuan yang mulia, hindari segala bentuk pemaksaan. Mungkin dirimu kurang menyadari beberapa cara yang termasuk pemaksaan dan bikin gak nyaman calon donatur.

Misalnya, kamu menghubungi orang per orang berkali-kali sembari menekankan pentingnya berbagi. Juga akibatnya kalau orang tidak mau berbagi ditinjau dari sisi agama.

Walaupun apa yang disampaikan olehmu benar, dampaknya pada orang lain serta kegiatan sosialmu malah negatif. Sebagian besar calon donatur merasa sedang ditekan buat mengeluarkan uang.

Tentu ada naluri untuk mempertahankan diri yang bikin mereka enggan memberikan bantuan. Bukannya mereka mendadak pelit, tetapi dananya mending dialihkan ke pengumpul donasi lain yang gak memaksa. Pikir mereka, donasi mestinya bersifat sukarela. Jika dirimu memaksa, jangan-jangan ada kepentingan pribadi yang lebih besar dalam pengumpulan donasi tersebut.

3. Nasib penerima donasi masih sama saja

ilustrasi tunawisma (pexels.com/Timur Weber)

Masyarakat dengan penghasilan pas-pasan pun bisa tergerak berdonasi untuk orang yang lebih membutuhkan bantuan. Harapan mereka cuma satu, kondisi penerima donasi membaik. Seperti tadinya seseorang gak punya pekerjaan dan sampai tak bisa makan.

Sekarang dia dapat membuka usaha sendiri berkat modal dari donasi masyarakat. Bila perubahan yang positif seperti ini tidak terjadi, donatur tentu menjadi bertanya-tanya.

Apakah donasi mereka benar-benar disalurkan pada pihak yang membutuhkan? Jangan-jangan cuma sebagian kecil yang diberikan sehingga tidak cukup buat modal usaha. Bisa juga kesalahan terletak pada donasi dalam jumlah besar diberikan begitu saja. Sebab, tidak ada pendampingan dari penyalur donasi dalam pengelolaannya.

Orang yang gak biasa memegang banyak uang cenderung tak mampu memanfaatkannya secara bijak. Bantuan sebanyak apa pun bakal habis begitu saja.

4. Donasi menumpuk dan gak kunjung disalurkan

ilustrasi donasi (pexels.com/Julia M Cameron)

Ingat bahwa orang yang berdonasi ingin bantuannya segera sampai pada pihak yang berhak menerima. Hati mereka tergerak untuk menyumbang karena tak tahan dengan penderitaan sesama. Maka dari itu, meski penggalangan dana dilakukan sampai berhari-hari bahkan berbulan-bulan, pastikan penyalurannya rutin.

Jangan menunggu masa penggalangan dana berakhir baru semuanya disalurkan. Kalau tujuan pengumpulan donasi untuk membantu orang sakit, korban bencana, atau kelaparan, setiap penundaan penyaluran bantuan dapat berakibat fatal. Donasi barang menumpuk di gudang.

Donasi berupa uang pun terkumpul dalam jumlah besar di rekening. Akan tetapi, orang yang sakit makin sakit. Korban bencana tidak kunjung mendapatkan selimut dan obat-obatan. Orang yang kelaparan boleh jadi menemui ajalnya hari itu juga. Maka selain siap menampung donasi, kamu juga wajib sudah tahu betul cara penyalurannya secepat mungkin.

5. Gaya hidup pengumpul donasi makin mewah

ilustrasi kegiatan sosial (pexels.com/RDNE Stock project)

Kamu tidak dilarang untuk kaya dan mengumpulkan donasi buat kegiatan sosial. Untuk aksi sosial yang berdampak besar serta berkelanjutan, uluran tangan banyak pihak memang diperlukan.

Sekalipun kamu sendiri selalu menyumbang, keterlibatan banyak orang membantu kelancaran aksi. Supaya makin banyak orang yang tertolong dengan donasi dari masyarakat.

Namun, hati-hati sekali dalam hal gaya hidup. Memang dirimu berhak bergaya hidup seperti apa pun. Hanya saja bila orang melihat kian kemari gaya hidupmu kian mewah, kecurigaan bakal muncul.

Dari mana kamu membiayai gaya hidup itu? Terlebih mereka menilai pekerjaanmu gak jelas atau pendapatan dari pekerjaanmu tak sepadan dengan gaya hidup mewahmu. Mereka bakal khawatir kalau-kalau sebagian donasi yang terkumpul justru disalahgunakan untuk kepentingan pribadimu.

Kekayaanmu boleh bertambah, tapi jaga gaya hidupmu agar tidak berlebihan. Dirimu juga mesti siap untuk sewaktu-waktu diperiksa oleh para donatur. Kamu mesti transparan soal penerimaan dan penyaluran donasi seperti dalam poin pertama. Sekaligus dirimu wajib bekerja keras buat memenuhi kebutuhan pribadi serta punya bukti atas sumber kekayaanmu.

Banyak orang mudah terketuk hatinya untuk membantu sesama. Di tengah kesibukan mereka yang tinggi, ikut berdonasi menjadi cara yang lebih simpel daripada menolong dengan langsung terjun ke lapangan. Pengumpul serta penyalur donasi sepertimu amat dibutuhkan. Namun, pastikan kamu mampu menjaga kepercayaan dari para donatur.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team