Manusia memang tidak ada yang sempurna. Di samping sifat-sifat baik yang dimilikinya, pasti ia juga punya sifat yang kurang baik. Kita pun pasti bisa saling memaklumi sebagian besarnya.
Namun ada sifat-sifat yang terasa amat mengganggu bagi orang lain bahkan menyakitkan. Untuk sifat-sifat seperti ini, kita harus mau memperbaiki diri. Bukan malah terus berdalih kita hanyalah manusia biasa sehingga orang lainlah yang harus memahami.
Apa saja sifat-sifat itu? Simak berikut ini!
Seharusnya sih, kalau kita bisa bersikap keras soal hak kita, kita juga amat menghargai hak orang lain. Bila kita justru merasa sah-sah saja untuk melanggar hak orang lain, ini benar-benar bikin kesal siapa pun yang berurusan dengan kita.
Kesannya, kita hendak menjadi orang yang paling berhak atas segala hal. Tidak tahu batas-batas hak diri sendiri dan hak orang-orang. Terobos sana sini, tetapi langsung mencak-mencak bila hak kita sendiri dilanggar.
Contohnya, selalu menuntut pembayaran upah kita tepat waktu. Tetapi kita sendiri selalu enteng saja menunda pembayaran apa pun pada orang lain. Baik atas barang, jasa, bahkan utang.
Dalam berucap maupun bertindak, kita seolah-olah sama sekali tak mempertimbangkan perasaan orang lain. Kita mungkin akan berdalih kita memang orangnya kurang peka.
Namun sebenarnya, sejauh kita punya perasaan dan akal sehat, kita pasti bisa kok menimbang perasaan orang lain. Tinggal mau atau tidak. Prinsipnya mudah. Perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan.
Sifat seakan-akan tak tahu cara menghargai orang lain ini sering bermula dari pendidikan dalam keluarga. Jika orangtua tidak memberikan pedoman yang jelas dalam bersikap pada orang lain dan tidak menegur saat kita bersikap kurang hormat, sikap itu menjadi kebiasaan lalu tertanam kuat dalam diri.
Namun karena sekarang kita sudah dewasa, kita juga tidak boleh pasif saja membiarkan sifat itu ada pada diri kita. Kita harus mau mendidik ulang diri sendiri agar siapa pun yang ada di sekitar kita merasa dihargai dan bisa menerima kita dengan baik.
Ketika orang lain memandang kepercayaan yang diberikan pada mereka sebagai tanggung jawab besar yang harus ditunaikan sebaik-baiknya, kita justru seketika melihatnya sebagai sebuah kesempatan yang sayang dilewatkan.
Bukan kesempatan untuk menunjukkan kita pribadi yang bisa dipercaya melainkan kesempatan untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya bagi diri sendiri. Wajar bila sekali saja berurusan dengan kita, orang lain menjadi jera.
Penyalahgunaan kepercayaan selalu terasa sebagai pengkhianatan besar-besaran. Sementara bagi kita sendiri, keuntungan yang diperoleh dari sifat ini selalu hanya untuk jangka pendek. Selebihnya, kita malah makin sulit mendapatkan kepercayaan dari siapa pun. Tak heran bila karier kita pun terhambat.
Senang membuat orang lain repot demi keperluan-keperluan kita adalah tanda bahwa kita pribadi yang tidak mandiri. Kita mungkin berpikir urusan kita selalu lebih banyak dan rumit ketimbang urusan orang lain sehingga mereka harus selalu membantu kita.
Bisa juga, kita tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup pada kemampuan diri sendiri. Mana pun yang menjadi latar belakang kita selalu mengandalkan orang lain, sifat ini buruk untuk semua orang.
Selain mengganggu orang lain, kita juga akan tampak tak berkompeten dalam hidup kita sendiri. Bila mengurusi keperluan-keperluan sendiri pun tak bisa, kita tidak akan pernah naik kelas dalam hidup, selalu stagnan.
Melanggar hak orang lain seperti dalam poin 1 dan menyalahgunakan kepercayaan seperti dalam poin 3 hanyalah dua di antara begitu banyak cara lain yang kita punya. Cara-cara yang mungkin tak pernah terpikirkan oleh orang lain.
Kita akan ditandai sebagai orang yang senang berbuat curang. Dan apa pun yang kita dapatkan dari kecurangan itu tak pernah membuat orang lain menghormati kita. Ya, orang tak hanya akan melihat hasil melainkan juga cara kita memperolehnya.
Dari kelima sifat ini, semoga tak satu pun ada dalam dirimu ya? Atau malah kamu punya pengalaman buruk dengan orang bersifat seperti di atas?