Anak perempuan pertama biasanya dikenal sebagai sosok yang bisa diandalkan. Pasalnya, mereka memang dididik sebagai pribadi yang langsung diberikan tanggung jawab sejak dini. Sayangnya, kelebihan yang dimiliki gak membuat mereka terhindar dari luka saat merasakan sakit hati.
Sakit hati yang dialami kemudian membuat mereka merespons dengan cara yang sedikit berbeda. Lebih banyak diamnya, berikut sikap yang akan diperlihatkan anak perempuan pertama kalau sudah sakit hati.
Sebagai anak yang diharapkan menjadi sosok tangguh dalam berbagai kondisi, ada gengsi yang cukup besar untuk memperlihatkan kelemahan mereka. Gak heran saat terluka atau merasa sakit hati, mereka lebih memilih diam dalam kesedihan sendirian.
Bahkan seringnya anak perempuan pertama akan tetap tersenyum sambil menyimpan luka dalam-dalam. Jika merasa butuh tempat bercerita sekalipun, mereka akan memilah mana yang dianggap layak dibagikan agar tidak dikasihani oleh orang lain.
Sikap tenang memang jadi keunggulan anak perempuan pertama yang banyak diakui orang. Ketenangan ini pula yang dijadikan tameng untuk tetap terlihat baik-baik saja meski hatinya sedang terluka hingga memilih menangis sejadi-jadinya saat sendiri.
Lewat ketenangan yang ditampilkan, orang gak akan menyangka kalau mereka sedang berpura-pura bahagia. Sakit hati yang dirasakan susah payah disembunyikan di hadapan banyak orang sambil menahan luka itu sendiri.
Meski terkadang melampiaskan emosi lewat menangis sendirian, tapi anak perempuan pertama gak suka berlarut-larut dalam kesedihan. Mereka paham betul kalau ada banyak orang yang bergantung padanya.
Alih-alih bersedih sepanjang hari, mereka memilih untuk menyibukkan diri sebagai pengalihan pikiran. Lewat sikap ini, anak perempuan pertama berharap bisa segera lupa dengan sakit hati yang dirasakannya.
Saat sudah melalui kesedihan dan kekecewaan yang dalam, anak perempuan pertama akan jadi lebih berhati-hati dengan sumber penyebab luka hatinya. Mereka gak ingin kembali terjebak situasi serupa di masa mendatang, terlebih oleh sumber masalah yang sama.
Meski paham kalau manusia tempatnya salah dan lupa, tapi bukan berarti mereka rela terus memaklumi kesalahan. Dibanding terjebak sakit hati kembali, mereka akan memilih meningkatkan kewaspadaan demi menghindari kondisi tersebut.
Sekali disakiti, anak perempuan pertama cenderung sulit untuk melupakan luka yang sempat mendiami hatinya. Meski pada akhirnya waktu mampu membuatnya menerima permintaan maaf, tapi untuk melupakan akan berbeda cerita.
Luka yang ada memang bisa sembuh, tapi kenangan menyakitkan tidak akan bisa hilang. Saat sudah mampu memaafkan, anak perempuan pertama tetap memilih menjauh dari sumber sakit hatinya agar ingatan di masa-masa keterpurukannya tidak kembali bangkit.
Meski terkadang sakit hati bisa diobati seiring perubahan waktu, tapi beda cerita untuk anak perempuan pertama. Seringkali kelima sikap tadi jadi respons andalan yang mereka tunjukkan di hadapan banyak orang. Kamu yang termasuk anak perempuan pertama, relate dengan kondisi ini, gak?