Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tanda bahwa Kamu Menganggap Perasaan Negatifmu sebagai Musuh

ilustrasi orang marah (Pexels.com/David Garrison)
ilustrasi orang marah (Pexels.com/David Garrison)

Banyak dari kita yang masih belum melek soal pentingnya menyalurkan emosi negatif. Gak dengan asal-asalan, penyaluran emosi negatif ini tetap harus dilakukan dengan cara yang baik.

Namun, alih-alih menyalurkannya, banyak yang justru lebih suka memendamnya. Bukan karena malu, tapi karena menganggap emosi tersebut sebagai musuh yang harus dibasmi.

Padahal, emosi negatif juga bagian dari diri kita yang perlu divalidasi kehadirannya. Sebab, terus memusuhinya gak akan membuat semuanya membaik, justru sebaliknya. Kenali nih lima tanda kamu sudah menganggap emosi negatif sebagai musuh. Kira-kira mana yang kamu banget? 

1. Memendam emosi negatif seorang diri

ilustrasi orang punya masalah (Pexels.com/carol wd)
ilustrasi orang punya masalah (Pexels.com/carol wd)

Memendam emosi negatif seorang diri adalah cara lama yang banyak diterapkan orang-orang ketika emosi negatif menyerang. Gak adanya orang yang memberitahukan soal penyaluran emosi menjadi salah satu alasan kuat kenapa memendam emosi masih sering dilakukan. Apalagi jika dari kecil kita terbiasa dibesarkan dengan cara yang keliru.

Sebagai contoh, ketika sedih dan ingin menangis, kita disuguhi kalimat "gitu aja kok nangis, ah payah!" Atau saat kita mereka disakiti dan dikecewakan kiya malah disuruh bersabar tanpa mendapat penjelasan. Sehingga saat dewasa kita pun gak terbiasa memendam perasaan negatif yang hadir. 

2. Merasa bersalah setiap kali marah, kecewa, atau merasakan emosi negatif lainnya

ilustrasi orang berpikir (pexels.com/Lola Russian)
ilustrasi orang berpikir (pexels.com/Lola Russian)

Merasa bersalah ketika merasakan perasaan negatif juga gak seharusnya kamu alami. Sebab itu artinya kamu menganggap emosi negatif tersebut sebagai sesuatu hal yang keliru. Sementara sebenarnya dirimu hanya butuh semua itu disalurkan.

Bagaimanapun juga, wajar banget kok jika kita merasa kecewa saat disakiti, atau merasa sedih saat ditinggal seseorang, dan lain sebagainya. Selama alasannya benar dan wajar, kenapa harus merasa bersalah?

3. Gampang overthinking saat merasa marah, takut, dan lainnya

ilustrasi orang merenung (Pexels.com/Kha Ruxury)
ilustrasi orang merenung (Pexels.com/Kha Ruxury)

Kepikiran hingga berlarut-larut saat merasakan emosi negatif juga pertanda lain bahwa kamu memusuhi perasaan tersebut. Kamu terus menganggap itu sebagai sesuatu yang gak seharusnya dan sebaiknya dihilangkan. Padahal, tentu gak mudah menghilangkan sebuah perasaan negatif terlebih jika itu memang valid.

Sebaliknya, alih-alih terus menerus memikirkannya hingga pusing sendiri, kenapa gak kamu coba cara untuk menyalurkannya? Misal, dengan menulis, membuat konten, atau melakukan hal kreatif lainnya berdasarkan perasaan tersebut. 

4. Terus menyangkal perasaan negatif tersebut dan berpura-pura baik-baik aja

ilustrasi orang penurut (Pexels.com/RODNAE Productions)
ilustrasi orang penurut (Pexels.com/RODNAE Productions)

Menyangkal dan berpura-pura baik-baik aja saat sebenarnya emosi negatif sedang memenuhi hati dan pikiranmu tentu bukan hal yang mudah. Kamu akan memerlukan banyak energi untuk melakukan hal ini sehingga jadi gampang lelah. Bukan gak mungkin kamu bahkan akan meledak suatu saat nanti jika terus membiasakan kepura-puraan semacam ini.

Jujur setidaknya pada diri sendiri bahwa kamu sedang kecewa, terluka, sedih, dan lainnya akan bikin perasaanmu lebih lega. Kamu jadi merasa setidaknya masih bisa mengandalkan diri sendiri dalam situasi rumit sekalipun. 

5. Stress dan tertekan sendiri pada akhirnya

ilustrasi orang marah (Pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi orang marah (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Apapun bentuk permusuhan yang kamu tunjukkan pada si emosi negatif, pada akhirnya kamu akan tertekan dan depresi jika terus melakukan hal ini. Sebab, emosi tersebut butuh penyaluran dalam bentuk yang lain. Bukan dimusuhi, diabaikan, dipendam, apalagi disangkal, emosi itu hanya ingin diakui dan dikeluarkan.

Agar, kamu gak semakin merasa sakit hati. Yakinilah bahwa semua emosi tersebut hanya ingin divalidasi olehmu.

Emosi negatif merupakan sesuatu yang wajar. Semua orang pasti pernah merasakannya. Jadilah bijak dan dewasa dalam mengendalikannya. Jangan sampai juga kamu justru balik dikendalikan oleh emosi tersebut. Setuju? 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Desy Damayanti
EditorDesy Damayanti
Follow Us

Latest in Life

See More

50 Kata-kata Hari Literasi Internasional 2025, Pentingnya Baca Tulis!

08 Sep 2025, 20:19 WIBLife