Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi bersaing di ring tinju (Unsplash/Hermes Rivera)
Ilustrasi bersaing di ring tinju (Unsplash/Hermes Rivera)

Memiliki jiwa kompetitif, bagus bahkan penting sekali agar kamu terus terpacu meraih hasil terbaik dalam menjalani hidup ini. Hal yang keliru adalah jika kamu sudah terobsesi kompetitif yang tentu saja gak akan memberikan dampak baik untuk ke depannya. Nah, berikut ini adalah tanda-tandanya.

1.Mudah berburuk sangka pada siapapun

Ilustrasi pria curigaan (Unsplash/humberto chavez)

Hal yang mungkin akan kamu rasakan apabila terobsesi kompetitif adalah dengan mudahnya berburuk sangka pada siapa pun. Kamu merasa bahwa semua orang yang ada di sekitarmu, termasuk yang selama ini dekat denganmu sedang berusaha untuk mengalahkanmu.

Ingatlah, bahwa keberadaan mereka gak selalu berusaha menjatuhkanmu. Bisa saja mereka datang untuk menawarkan kerja sama dan kolaborasi untuk meraih tujuan bersama. Jadi, jangan pernah mengabaikan kemungkinan seperti ini, ya.

2.Mulai suka membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain

Ilustrasi pria angkuh (Unsplash/Jens Lindner)

Tanda lainnya yang menunjukkan bahwa kamu sudah terobsesi kompetitif adalah ketika kamu mulai suka membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Kamu merasa insecure dengan pencapaian orang lain yang dirasa lebih baik darimu.

Atau sebaliknya, merasa dirimu lebih baik dan lebih tinggi dari orang lain soal pencapaian. Padahal, membanding-bandingkan prestasi dan pencapaian orang lain itu gak ada habisnya. Selain itu, sifat seperti itu justru membuat dirimu jadi gak pernah bersyukur bahkan menumbuhkan sifat sombong.

3.Gak pernah puas dengan hasil yang dicapai

Ilustrasi cowok marah-marah (Pexels/Andrea Piacquadio)

Hal lainnya yang bisa menandakan bahwa kamu terobsesi kompetitif adalah gak pernah puas dengan hasil yang dicapai. Kamu selalu merasa meskipun sudah melakukannya dengan baik, tetap saja hasilnya masih kurang dari orang lain.

Misalnya, kamu merasa gak puas dengan gaji yang hanya mendekati UMR sementara temanmu gajinya lebih tinggi darimu. Padahal, setiap orang punya garis rezeki dan kehidupannya masing-masing dan sikap seperti ini karena terobsesi dengan sifat kompetitif malah membuatmu terjebak sikap iri hati dan gak bersyukur. 

4.Menganggap persaingan toksik adalah hal biasa

Ilustrasi lomba lari (Unsplash/Jonathan Chng)

Bukan rahasia bila persaingan toksik menjadi hal yang gak boleh dinormalkan karena bisa merugikan orang lain dan maupun diri sendiri. Namun kamu yang sudah terobsesi menjadi kompetitif justru kebalikannya, kamu justru menganggapnya sebagai hal biasa.

Kamu merasa boleh-boleh saja jika harus menghalalkan segala cara seperti curang, menyabotase pekerjaan orang lain, bahkan sampai menyebarkan gosip dan fitnah demi tercapainya tujuan. Kalau sudah terjerumus persaingan beracun seperti ini, maka orang-orang justru gak akan respek, lho.

5.Mulai merasa sulit untuk menikmati hidup

Ilustrasi pria frustrasi (Pexels/Gerd Altmann)

Apakah kamu belakangan ini merasa sudah sangat sulit sekali untuk bersantai walau barang sebentar? Nah, kalau kamu mengalaminya maka ini adalah pertanda bahwa kamu sudah terobsesi kompetitif. Kamu merasa bahwa saat kamu bersantai sejenak, saat itulah kamu kalah dari orang lain.

Kamu jadi terbiasa overthinking dan jadinya terlalu serius menjalani hidup ini. Padahal, hidup ini terlalu singkat hanya untuk diisi dengan memikirkan persaingan yang gak pernah ada habisnya dan kekhawatiran yang gak perlu, kan?

Menjadi sosok yang berani bersaing itu bagus, tapi alangkah baiknya untuk gak berlebihan dan cukup sewajarnya saja supaya gak malah merugikan diri sendiri dan orang-orang yang kamu sayangi. Sepakat?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team