Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tanda Kamu Telah Masuk Jebakan FOMO Ketika Membeli Sesuatu

ilustrasi takut (pexels.com/engin)

Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) atau ketakutan akan ketinggalan sesuatu kini semakin sering dialami oleh banyak orang, terutama di era media sosial. Tak jarang, FOMO membuat seseorang terburu-buru membeli sesuatu tanpa memikirkan kebutuhan sebenarnya, hanya karena ingin mengikuti tren atau takut dianggap tidak up-to-date.

Namun, apakah kamu sadar ketika sedang terjebak dalam jebakan FOMO saat berbelanja? Berikut lima tanda yang menunjukkan bahwa kamu telah masuk perangkap FOMO saat membeli sesuatu yang sebenarnya tidak benar-benar kamu butuhkan.

1. Membeli karena diskon atau promo yang terbatas

ilustrasi diskon (pexels.com/miguel)

Kalimat seperti “Hanya Hari Ini!”, “Diskon 50 persen untuk Pembelian Pertama!” atau “Stok Terbatas!” sering kali menjadi pemicu utama FOMO. Tanpa memikirkan apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan, kamu langsung memutuskan untuk membeli karena takut melewatkan kesempatan.

Jika sering terjadi, ini adalah tanda bahwa kamu lebih dipengaruhi oleh strategi pemasaran daripada kebutuhan nyata. Ingatlah, promo terbatas bukan berarti barang tersebut tidak akan ada lagi. Banyak diskon serupa yang akan muncul di kemudian hari.

2. Membeli barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan

ilustrasi membeli barang (pexels.com/kampus production)

Pernahkah kamu membeli sesuatu hanya karena melihat orang lain memilikinya? Misalnya, membeli gadget terbaru yang sebenarnya tidak begitu kamu perlukan, hanya karena teman-temanmu sudah memilikinya.

Ini adalah ciri khas FOMO. Ketika membeli barang berdasarkan tren atau untuk menjaga citra, kamu mungkin mengabaikan apakah barang tersebut benar-benar berguna bagi dirimu. Akibatnya, barang tersebut hanya menjadi pajangan atau jarang digunakan.

3. Merasa gelisah dan tidak tenang sebelum membeli

ilustrasi membeli barang (pexels.com/kampus production)

Perasaan gelisah atau takut ketinggalan tren juga merupakan tanda kamu terjebak FOMO. Misalnya, ketika melihat produk viral di media sosial, kamu merasa harus segera membelinya agar tidak merasa tertinggal dari orang lain.

Kegelisahan ini biasanya mendorong kamu membuat keputusan impulsif. Padahal, membeli dengan terburu-buru sering kali berujung pada penyesalan, terutama jika produk tersebut ternyata tidak sesuai ekspektasi.

4. Membandingkan diri dengan orang lain

ilustrasi membeli barang (pexels.com/kampus production)

FOMO sering kali dipicu oleh kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain. Ketika melihat teman atau influencer di media sosial memamerkan barang tertentu, kamu merasa perlu memilikinya juga agar tidak dianggap "ketinggalan zaman."

Padahal, gaya hidup dan kebutuhan setiap orang berbeda. Membandingkan diri dengan orang lain hanya akan membuatmu merasa tertekan dan mengeluarkan uang untuk sesuatu yang sebenarnya tidak penting.

5. Menyesal setelah membeli

ilustrasi menyesal (pexels.com/Leahnewhouse)

Tanda paling jelas bahwa kamu telah terjebak FOMO adalah perasaan menyesal setelah membeli sesuatu. Kamu mulai menyadari bahwa barang yang dibeli ternyata tidak sepenting yang kamu pikirkan sebelumnya, atau bahkan mengganggu kondisi keuanganmu.

Perasaan ini sering diikuti oleh rasa kesal pada diri sendiri karena mengambil keputusan tanpa pertimbangan matang. Jika hal ini sering terjadi, penting untuk mengevaluasi pola belanjamu agar tidak terus-menerus terjebak dalam siklus FOMO.

FOMO adalah jebakan psikologis yang sering kali membuat seseorang membeli sesuatu yang sebenarnya tidak diperlukan. Dengan mengenali tanda-tandanya, seperti membeli karena diskon, merasa gelisah, atau menyesal setelah membeli, kamu bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan belanja.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
febi wahyudi
Editorfebi wahyudi
Follow Us