Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tanda Psikologis jadi Bukti Hidupmu Tidak Bahagia

ilustrasi tidak bahagia (unsplash.com/arash payam)
ilustrasi tidak bahagia (unsplash.com/arash payam)

Kebahagiaan seringkali menjadi tujuan hidup bagi banyak orang. Namun, terkadang sebagian orang kerap berpura-pura terlihat bahagia dengan tetap tersenyum setiap saat. Sayangnya, tanpa disadari, ciri-ciri psikologis akan muncul sebagai tanda kalau sebenarnya kebahagiaan itu belum hadir sepenuhnya.

Berikut beberapa tanda psikologis yang jadi bukti kalau hidupmu tidak bahagia.

1. Masih terjebak dengan kehidupan di masa lalu

ilustrasi menyendiri (unsplash.com/Anthony Tran)
ilustrasi menyendiri (unsplash.com/Anthony Tran)

Masa lalu memang cukup memberikan dampak pada kehidupan kita hari ini. Terlebih jika masa lalu dipenuhi dengan kisah menyakitkan yang berujung pada trauma, gak jarang orang akan terjebak dengan rasa sakit tersebut hingga mempengaruhi masa kini dan masa depan.

Meski sudah ada banyak hal membahagiakan yang diraih, tapi trauma masa lalu terus membekas hingga merusak kualitas hidup saat ini. Sayangnya, meski sadar harus melepas kepedihan yang telah berlalu, tapi gak banyak yang benar-benar bisa memaafkan masa lalu.

2. Memendam kebencian sampai ingin balas dendam

ilustrasi memendam kebencian (unsplash.com/engin akyurt)
ilustrasi memendam kebencian (unsplash.com/engin akyurt)

Rasa sakit yang diterima di masa lalu memang kerap berujung dengan keinginan untuk balas dendam. Awalnya mungkin dendam seolah terbalas cukup dengan menjelma menjadi sosok yang sukses dan bahagia. Namun, terkadang ada yang masih memendam kebencian meski sudah meraih banyak hal dalam hidup.

Kebencian yang terus dibiarkan hidup hingga saat ini justru menjadi cikal bakal masalah baru yang tak terselesaikan. Tujuan hidup bukan lagi fokus pada pencapaian diri hari ini, tapi beralih pada keinginan untuk menjatuhkan orang-orang yang pernah menyakiti di masa lalu.

3. Ingin selalu pegang kendali dan mendominasi orang

Ilustrasi pasangan (Unsplash.com/Alex Motoc)
Ilustrasi pasangan (Unsplash.com/Alex Motoc)

Akhirnya, demi memberi makan dendam yang masih menyala tadi, kita pun jadi berpikir untuk mendominasi semua orang. Muncul pikiran bahwa dengan jadi pemegang kendali, tidak akan ada kesempatan bagi orang lain untuk menyakiti atau menjatuhkan kita.

Padahal, hidup bukan hanya tentang siapa yang dominan, tapi lebih pada saling bekerja sama, membantu, dan percaya untuk ciptakan kehidupan yang lebih baik. Gak selamanya memegang kendali akan mendatangkan kebahagiaan sebab faktanya justru berkebalikan.

4. Khawatir dengan penilaian orang secara berlebihan

ilustrasi khawatir (unsplash.com/Ethan Sykes)
ilustrasi khawatir (unsplash.com/Ethan Sykes)

Tanpa masa lalu yang kelam pun ternyata kita juga bisa merasakan ketidakbahagiaan. Hal ini terlihat dari munculnya kekhawatiran akan penilaian orang lain terhadap kita. Memang terkadang komentar orang kerap menyudutkan dan kita tidak bisa mencegahnya.

Namun, bukan berarti kita harus terus khawatir dengan apa yang mereka katakan. Biarkan mereka berbicara, apa yg baik dan membangun, kita dengarkan. Sedangkan perkataan negatif yang sifatnya menjatuhkan, lebih baik coba abaikan. Mereka bukan kita dan gak menjalani hidup seperti kita. Jadi, jangan terlalu ambil pusing, ya.

5. Menyalahkan diri sendiri atas keputusan yang diambil

ilustrasi menyesal (unsplash.com/whoislimos)
ilustrasi menyesal (unsplash.com/whoislimos)

Muncul ketidakpercayaan diri dalam setiap keputusan hidup juga bisa jadi tanda kalau kita belum bahagia. Takut salah atau mencemaskan kritikan yang muncul akan keputusan dalam hidup kita, bisa menghambat datangnya ketenangan hidup. Alhasil, kita justru lebih sering menyalahkan diri sendiri atas setiap keputusan hidup yang sudah diambil.

Padahal, belum tentu keputusan kita salah. Bahkan andai salah sekalipun, kita tetap bisa memperbaiki tanpa harus merasa tertekan dengan anggapan dari pihak luar. Apa pun yang terjadi, jangan sesali keputusan yang sudah diambil. Lanjutkan hidup dan berbahagialah.

Meski senyum terus diumbar dan orang memandang kita telah memiliki bahagia, tapi kelima tanda psikologis tadi jadi peringatan bahwa ada yang salah dalam diri hingga menghambat kebahagiaan sejati. Yuk, ubah agar bahagia bukan sekadar topeng belaka.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
T y a s
EditorT y a s
Follow Us