5 Teknik Fotografi yang Sering Dipakai Content Creator, Sudah Coba?

02 Des 2022, 18:39 WIB

ilustrasi memotret dari smartphone (pexels.com/Imad Clicks)

Di era serba digital, kini semua orang bisa menjadi fotografer. Tak perlu punya kamera mahal, cukup dari kamera smartphone sudah bisa menghasilkan foto yang sempurna. Tak sedikit content creator yang memanfaatkan kamera smartphone yang memang sudah semakin canggih.

Yap, meski tidak sama persis, fitur kamera pada beberapa smartphone sudah mirip seperti pada kamera DSLR. Hasil akhirnya pun cocok dijadikan sebagai konten pada akun Instagram. Buat pehobi foto, berikut beberapa teknik fotografi yang sering dipakai oleh content creator yang bisa kamu coba.

1. Teknik shadow

teknik shadow (instagram.com/westcoastsunshine313)

Teknik shadow atau bayangan kerap digunakan oleh content creator. Pasalnya, efek cahaya atau bayangan dapat memberikan unsur dramatis atau terkesan lebih bokeh. Hal ini akan menjadikan fotomu terlihat lebih menarik. Saat golden hour adalah pengambilan foto yang terbaik.

Kamera smartphone sekarang sudah sangat mumpuni. Jadi, jangan ragu memotret bayangan menggunakan kamera smartphone. Cukup paham komposisi dan arah datangnya cahayanya saja. Bayangan yang diambil bisa dari orang, bangunan, bahkan pohon dan dedaunan.

2. Teknik flat flay

teknik flat flay (instagram.com/melanao.id)

Kalau teknik yang satu ini sering digunakan untuk memotret makanan, minuman atau benda-benda yang disusun dengan rapi di atas meja atau di lantai. Teknik flat flay jika digunakan untuk memotret makanan, akan membuat makanan yang disajikan jadi terlihat lebih jelas dan detail dilihat dari atas.

Selain itu, pesan yang ingin disampaikan dengan penataan yang rapi di meja makan, juga lebih sampai kepada yang melihat. Dan bila diterapkan pada benda, teknik ini akan membuat semua benda terlihat sempurna. Kelebihan lainnya, teknik flat flay memiliki nilai estetik dibanding memotret benda dari angle yang apa adanya.

3. Human interest

teknik fotografi human interest (instagram.com/ardyan_cikal)

Tak hanya content creator saja, para jurnalis pun sering menggunakan teknik human interest dengan aktivitas manusia sebagai objek utamanya. Bedanya, para jurnalis mengambil gambar aktivitas manusia yang menimbulkan rasa simpati dengan menonjolkan ekspresi wajah.

Sedangkan content creator hanya memperhatikan komposisi yang pas saja, tidak sampai detail banget. Contohnya orang yang sedang berdiri atau berjalan di tepi jalan. Memotret dengan teknik ini lebih mudah, apalagi dengan smartphone yang memiliki fitur grid atau garis bantu yang diaktifkan.

4. Teknik framing

teknik framing (instagram.com/nikonindonesia)

Teknik framing adalah dengan menempatkan objek foto di dalam sebuah bingkai. Kelihatan sederhana tapi tak semua orang bisa melakukannya dengan baik. Objek yang paling sering digunakan dalam teknik framing misalnya jendela, pintu, cermin hingga tutup botol.

Objek fotonya memang sederhana, tapi yang sulit adalah membuat objek atau momen di dalam frame tersebut layak untuk dipotret alias harus terlihat jelas dan memiliki nilai. Jadi, bukan sekadar memperlihatkan bingkai pada foto. Harus "hidup" istilahnya.

5. Teknik slow sutter

teknik slow sutter (instagram.com/ardyan_cikal)

Sulitkah memotret objek foto yang bergerak? Meski biasanya digunakan pada kamera DSLR, tapi bisa juga kok diatur pada kamera smartphone, yakni dengan mengecilkan aperture atau diafragma alias bukaan cahaya.

Tujuan dari teknik fotografi slow sutter ini adalah agar benda-benda yang bergerak tampak blur, tetapi tetap memperlihatkan beberapa objek yang masih utuh. Dengan cahaya yang makin terang, objek yang ditangkap akan semakin kabur. Sayangnya, jika matahari terik, akan terjadi over exposure. Solusinya bisa dengan mengecilkan iso-nya.

Sulit dipercaya, tekniknya sederhana tetapi hasilnya sungguh luar biasa dan instagramable. Bagaimana, tertarik untuk menerapkan teknik di atas?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.