Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi perempuan kesepian
ilustrasi perempuan kesepian (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • ENFJ sering menumpuk emosi sendiri tanpa ruang untuk diterima sepenuhnya, karena lebih memilih menenangkan orang lain ketimbang bercerita tentang luka dan rasa lelahnya.

  • ESFP terbiasa menghibur orang lain agar suasana tetap hidup, tapi jarang ada yang memahami isi hatinya, sehingga mereka merasa kehilangan arah ketika suasana sepi.

  • ENFP mudah terjebak dalam perasaan kosong karena selalu ingin menjalin koneksi mendalam, namun kecewa saat hubungan terasa dangkal atau tidak tulus.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyak yang mengira sosok extrovert selalu bahagia karena mudah bergaul dan punya banyak teman dekat. Padahal, di balik tawa, energi, dan keramahan mereka, sering tersembunyi rasa kosong yang sulit dijelaskan. Terlihat ramai di luar, tapi hatinya justru bisa terasa paling sepi di tengah keramaian panjang.

Kesepian pada extrovert sering kali gak disadari, bahkan oleh dirinya sendiri yang terlalu sibuk memenuhi ekspektasi sosial. Mereka terbiasa jadi pusat perhatian banyak orang, namun jarang punya ruang aman untuk benar-benar didengar dan dipahami secara tulus. Yuk simak tipe-tipe extrovert yang diam-diam sering merasa kesepian berikut ini!

1. ENFJ

ilustrasi mendengarkan teman bercerita (freepik.com/freepik)

Sebagai “the giver” dalam MBTI, ENFJ dikenal selalu peduli dan siap membantu orang lain tanpa pamrih. Mereka senang menjadi tempat curhat banyak teman, tapi jarang punya seseorang yang bisa mereka andalkan untuk hal serupa. Akibatnya, mereka sering menumpuk emosi sendiri tanpa sadar selama bertahun-tahun.

ENFJ punya empati tinggi dan takut dianggap merepotkan jika jujur soal perasaannya sendiri. Mereka lebih memilih tersenyum sambil menenangkan orang lain ketimbang bercerita tentang luka dan rasa lelahnya. Pada akhirnya, kesepian mereka muncul karena memberi terlalu banyak tanpa mendapat ruang untuk diterima sepenuhnya.

2. ESFP

ilustrasi perempuan mengobrol (freepik.com/freepik)

ESFP dikenal spontan, energik, dan suka jadi pusat perhatian di setiap suasana ramai. Tapi di balik tawa, cahaya, dan keceriaan itu, mereka sering merasa kehilangan arah ketika lampu sorot padam dan suasana sepi. Saat dunia menjadi tenang, mereka bisa merasa gak berarti sama sekali.

Mereka terbiasa menghibur orang lain agar suasana tetap hidup, tapi jarang ada yang benar-benar memahami isi hatinya. ESFP sering menutupi rasa sepi dengan aktivitas sibuk atau kesenangan sesaat yang mengalihkan. Padahal, yang mereka butuhkan sebenarnya hanyalah rasa diterima apa adanya tanpa harus tampil sempurna terus-menerus.

3. ENFP

ilustrasi perempuan sedih (pexels.com/Liza Summer)

ENFP dikenal idealis dan penuh imajinasi, tapi mereka juga mudah terjebak dalam perasaan kosong. Karena selalu ingin menjalin koneksi mendalam, mereka kecewa saat hubungan terasa dangkal atau gak tulus. Rasa itu membuat mereka tampak ramah di luar tapi gelisah di dalam.

ENFP sering terlalu berharap bahwa semua orang bisa memahami kedalaman pikirannya. Saat kenyataan gak sesuai, mereka menarik diri sambil tetap menampilkan wajah ceria. Mereka sebenarnya hanya ingin satu orang yang bisa mendengarkan tanpa menghakimi.

4. ESTP

ilustrasi perempuan bersedih (freepik.com/freepik)

Sebagai petualang sejati, ESTP hidup untuk tantangan dan pengalaman baru. Tapi ketika semuanya berhenti sejenak, mereka sering merasa kehilangan arah, tujuan, dan makna hidup. Di balik energi besar dan kepercayaan dirinya, ada sisi rapuh yang jarang terlihat siapa pun.

Mereka cenderung menutupi rasa sepi dengan sibuk bekerja keras atau bersosialisasi tanpa jeda. Ketika akhirnya sendiri di malam hari, mereka sadar bahwa koneksi yang dibangun sering kali hanya permukaan semata. Rasa kesepian muncul saat mereka mendambakan kedalaman emosional yang gak mudah ditemukan di sekitar.


5. ENTP

ilustrasi berkumpul dengan rekan kerja (freepik.com/freepik)

ENTP dikenal pintar berdebat, cepat berpikir, dan suka memancing diskusi yang seru. Tapi sering kali, gaya berpikir mereka yang kompleks justru membuat orang lain menjauh tanpa sadar. Akibatnya, mereka merasa seperti “berbeda” dan sulit menemukan yang benar-benar sefrekuensi dengan dirinya.

Meski tampak percaya diri dan penuh karisma, ENTP bisa merasa sendirian di tengah kerumunan besar. Mereka haus akan koneksi intelektual yang tulus, bukan sekadar obrolan ringan tanpa makna. Kesepian mereka lahir dari rasa ingin dimengerti tapi jarang menemukan yang bisa benar-benar memahami kedalaman pikirannya.

Rasa kesepian pada extrovert sering disalahpahami karena mereka terlihat “baik-baik saja” sepanjang waktu. Padahal, menjadi ramai di luar gak selalu berarti damai dan utuh di dalam diri. Yuk, mulai belajar self-acceptance dan jujur pada diri sendiri bahwa gak apa-apa merasa sepi karena itu juga bagian penting dari jadi manusia seutuhnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team