Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi memberi perhatian (freepik.com/freepik)
ilustrasi memberi perhatian (freepik.com/freepik)

Lebaran sudah tiba, nih! Selain sibuk nyiapin baju baru dan ketupat, momen ini juga jadi waktu yang pas buat meminta maaf sama orang-orang terdekat. Tapi, minta maaf gak cuma sekadar bilang "mohon maaf lahir batin" aja, lho. Harus tulus dan dari hati biar hubungan bisa lebih baik lagi.

Nah, biar permintaan maaf gak cuma jadi formalitas, ada beberapa tips yang bisa dicoba. Mulai dari pilih waktu yang tepat sampe siap menerima respons apa pun. Yuk, simak caranya biar permintaan maaf beneran bermakna!

1. Pilih waktu yang pas

ilustrasi minta maaf (freepik.com/freepik)

Minta maaf gak bisa asal-asalan, apalagi kalau dilakukan pas orang lagi sibuk atau bad mood. Cari momen yang santai dan privat, misalnya pas lagi ngobrol berdua atau sebelum mulai acara silaturahmi. Dengan begitu, lawan bicara bisa lebih fokus dan terbuka buat nerima permintaan maaf.

Jangan juga nunggu detik-detik terakhir Lebaran, kayak pas udah mau bubaran acara. Lebih baik lakukan beberapa hari sebelumnya biar gak terkesan dipaksain. Ingat, minta maaf itu butuh kesiapan mental dari kedua belah pihak.

2. Jangan cuma lewat chat atau status

ilustrasi video call (freepik.com/tirachardz)

Di era digital, banyak yang memilih minta maaf lewat chat atau bahkan sekadar lewat caption Instagram. Padahal, cara kayak gini sering kali terkesan kurang tulus. Kalau memang gak bisa ketemu langsung, setidaknya hubungi via telepon atau video call biar nada bicara dan ekspresi wajah bisa terbaca.

Permintaan maaf yang baik butuh interaksi langsung, karena bahasa tubuh dan intonasi suara punya peran besar. Kecuali kalau jarak benar-benar jadi penghalang, usahakan buat ngobrol langsung, ya. Jangan sampai niat baik malah terlihat kayak sekadar gugur kewajiban.

3. Akui kesalahan dengan spesifik

ilustrasi minta maaf (freepik.com/freepik)

Ngomong "maafin semua salahku" itu terlalu umum dan kadang bikin lawan bicara bingung kesalahan apa yang sebenarnya dimaksud. Lebih baik sebutin secara spesifik, misalnya, "Maafin aku kemarin sempat marah gak jelas waktu lo telat datang." Dengan begitu, orang lain bakal lebih merasa dihargai.

Selain itu, jelasin juga bahwa kesalahan itu gak akan diulang lagi. Misalnya, "Aku bakal lebih sabar kedepannya." Ini nunjukin bahwa permintaan maaf gak cuma sekadar basa-basi, tapi beneran ada niat buat berubah.

4. Dengarkan respons dengan lapang dada

ilustrasi minta maaf (freepik.com/freepik)

Setelah minta maaf, siap-siap dengerin respon dari orang tersebut, entah itu positif atau negatif. Jangan malah defensif atau malah balik nyalahin kalau responsnya gak sesuai harapan. Permintaan maaf yang tulus berarti siap nerima konsekuensinya.

Bahkan kalau orang tersebut masih marah atau butuh waktu, hormatin prosesnya. Gak semua orang bisa langsung memaafkan, dan itu wajar. Yang penting, udah berusaha buat membuka komunikasi dengan baik.

5. Tindak lanjuti dengan perbuatan

ilustrasi memberi perhatian (freepik.com/freepik)

Permintaan maaf gak berhenti di ucapan doang, tapi harus dibuktikan lewat tindakan. Misalnya, kalau dulu sering ngaret janji, coba lebih disiplin. Atau kalau pernah nyakitin perasaan orang, tunjukin perhatian lebih ke depannya.

Orang lain bakal lebih percaya kalau permintaan maaf itu tulus ketika ada perubahan nyata. Jadi, jangan cuma ngomong doang, tapi bikin mereka liat perbedaan sikap dari waktu ke waktu.

Nah, itu dia tips biar minta maaf menjelang Lebaran beneran tulus dan bermakna. Ingat, momen ini bukan cuma soal tradisi, tapi juga kesempatan buat memperbaiki hubungan.

Gak perlu malu atau gengsi buat mengakui kesalahan. Justru dengan meminta maaf, hubungan bisa jadi lebih kuat dan hangat. Selamat menyambut Lebaran dengan hati yang bersih dan penuh maaf!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team