Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Menghindari Doom Spending, Stop Belanja Gak Penting!

ilustrasi orang berbelanja impulsif (pexels.com/Max Fischer)

Di tengah ketidakpastian ekonomi, banyak milenial dan Gen Z merasakan tekanan berat dalam mengelola keuangan. Kebutuhan hidup terus melonjak tanpa disertai kenaikan gaji yang layak. Kesempatan untuk mencapai tujuan finansial, seperti membeli rumah atau menyiapkan dana pensiun, pun terasa kian mustahil.

Di bawah bayang-bayang krisis ekonomi dan beban yang makin tinggi, mereka sering kewalahan dan kehilangan arah. Stres berkepanjangan ini memicu keinginan untuk mencari pelarian sesaat dari kecemasan yang terus menghantui. Dalam situasi ini, belanja impulsif sering kali menjadi pilihan untuk melarikan diri dari perasaan tersebut.

Alhasil, mereka menghamburkan uang untuk hal yang gak penting karena merasa menabung pun belum tentu bisa mencapai tujuan finansial yang diinginkan. Fenomena ini disebut juga dengan doom spending. Agar kamu gak ikut terjebak, simak tips menghindari kebiasaan doom spending berikut agar kesehatan finansialmu tetap terjaga.

1. Kenali pemicu utamanya

ilustrasi berbelanja dengan promo (pexels.com/Polina Kaboompics)
ilustrasi berbelanja dengan promo (pexels.com/Polina Kaboompics)

Milenial dan Gen Z berada di tengah tekanan hidup yang sangat besar. Ekonomi makin tak menentu, biaya hidup yang melonjak, serta berbagai tren gaya hidup di media sosial yang membuat banyak orang merasa FOMO (Fear of Missing Out). Alhasil, tak sedikit yang merasa dunia semakin sulit dihadapi sehingga menjadi frustrasi.

Di saat seperti ini, belanja kerap dijadikan jalan pintas untuk menenangkan diri, sebuah "pelarian" sementara yang mampu mengurangi stres atau kekosongan. Sayangnya, ini malah menggerus keuangan dan bukan nggak mungkin berdampak buruk dalam jangka panjang.

Untuk benar-benar keluar dari lingkaran doom spending, penting untuk mengenali pemicu emosi yang memunculkannya. Coba tanyakan pada diri sendiri, "Apakah belanja dilakukan karena kebutuhan, atau hanya untuk meredakan emosi negatif seperti bosan, sedih, atau cemas?"

Daripada menjadikan belanja sebagai solusi jangka pendek, cari cara lain yang lebih sehat untuk menenangkan diri. Misalnya berbicara dengan teman, berkonsultasi dengan tenaga profesional seperti psikolog, meditasi, berolahraga secara rutin, atau aktivitas lain yang bisa membantumu meredakan emosi.

2. Membuat rencana keuangan yang realistis

ilustrasi mengatur keuangan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Meski terlihat sederhana, budgeting atau membuat anggaran bulanan bisa menjadi tantangan besar bagi banyak milenial dan Gen Z yang dihadapkan pada tuntutan hidup yang kian melambung. Mereka merasa langkah ini sia-sia, karena pengeluaran tak terduga selalu datang tanpa henti dan membuat rencana keuangan berantakan.

Namun, ini adalah langkah penting dalam mengelola keuangan. Dengan mengacu pada anggaran keuangan yang jelas dan realistis, kamu bisa lebih disiplin dalam membelanjakan uang karena mengetahui pos mana yang perlu diprioritaskan. Mencatat pengeluaran juga membantumu mengevaluasi pengeluaran yang gak perlu, sehingga kamu bisa mengerem pengeluaran tersebut di periode selanjutnya.

3. Latih diri untuk menunda keinginan

ilustrasi mengerem pengeluaran untuk menabung (pexels.com/Dany Kurniawan)

Melawan hawa nafsu bukanlah hal yang mudah. Di tengah era digital yang serbacepat, keinginan untuk belanja pun jadi semakin sulit untuk ditekan. Godaan datang dari berbagai arah, seperti iklan online hingga promosi besar-besaran yang terus muncul di media sosial. Tanpa kontrol diri yang kuat, kamu akan jatuh dalam perangkap gaya hidup konsumtif.

Jika hal ini terus berlanjut, kondisi keuanganmu bisa mengkhawatirkan dalam jangka panjang. Karena itu, cobalah berlatih menunda keinginan demi menekan pengeluaran yang gak perlu. Saat kamu tergoda untuk berbelanja, berikan jeda waktu 24—48 jam sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu.

Dalam jeda waktu ini, kamu akan memiliki kesempatan untuk berpikir lebih rasional dan mengevaluasi apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau hanya keinginan sesaat. Ini bisa membantu mengurangi penyesalan setelah belanja dan memberi ruang untuk membuat keputusan finansial yang lebih bijak.

4. Belajar menabung sedikit demi sedikit

ilustrasi menabung (unsplash.com/Damir Spanic)

Ekonomi kian sulit dan harga kebutuhan hidup makin mahal, sedangkan kenaikan gaji tak seberapa. Inilah mengapa milenial dan Gen Z sering merasa sulit untuk menabung, apalagi berinvestasi. Pendapatan sering kali habis hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menyisikan uang untuk menabung rasanya mustahil.

Banyak dari mereka juga berpikir bahwa menabung belum tentu membantu mereka mencapai tujuan finansial. Jadi mereka memilih menikmatinya selagi bisa, biasanya dengan dalih self-reward. Namun, penting untuk diingat bahwa menabung, meski dimulai dengan jumlah kecil, akan menyelamatkan kondisi finansial di masa depan.

Dengan begitu, kamu takkan bingung dan kelimpungan saat menghadapi kondisi darurat. Misalnya, kehilangan pekerjaan, sakit dan mesti berobat, atau situasi tak terduga lainnya. Ini memberikanmu kemandirian finansial agar bebas dari stres dan frustrasi di masa depan. 

Kalau menabung terasa sulit, mulailah dengan jumlah kecil. Misalnya 5—10 persen dari total pendapatan. Hasilnya memang tak terlihat sekarang. Namun, tanamkan dalam pikiran bahwa kamu menabung untuk dirimu di masa mendatang. Mungkin butuh waktu yang panjang untuk mencapai target yang diinginkan, tapi tetaplah berjalan di jalur yang semestinya agar kamu bisa menikmatinya suatu hari nanti.

5. Unfollow akun media sosial yang mendorongmu berperilaku konsumtif

ilustrasi orang sibuk bermain HP (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Selain untuk menyejahterakan kondisi mental, detoksifikasi media sosial juga penting untuk menjaga kesehatan finansial. Media sosial sering kali menjadi medan godaan yang tak terhindarkan. Banyak milenial dan Gen Z yang merasa terbebani dengan gaya hidup konsumtif yang mereka lihat di media sosial.

Sebut saja berbagai iklan produk yang menarik, hingga konten influencer yang selalu menunjukkan tren terbaru. Ini memberikanmu tekanan untuk mengikuti gaya hidup yang lebih dari kemampuan finansial, sehingga mendorongmu melakukan doom spending.

Untuk melindungi diri dari godaan tersebut, mulailah dengan membersihkan feed media sosialmu. Unfollow akun-akun yang sering membuatmu merasa tergoda untuk membeli barang yang gak kamu butuhkan. Gantikan dengan akun-akun yang memberikan inspirasi positif, seperti edukasi keuangan, motivasi untuk menabung, atau tips hidup minimalis. 

Menghindari doom spending membutuhkan kesadaran dan disiplin dalam mengelola emosi dan keuangan. Dengan mengenali pemicu emosional, membuat anggaran, menunda belanja impulsif, dan menabung, kamu bisa menjaga keuangan tetap sehat dan terhindar dari kebiasaan boros yang merugikan masa depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nadhifa Arnesya
EditorNadhifa Arnesya
Follow Us