Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Alasan Milenial dan Gen Z Cenderung Sulit Akur

ilustrasi tidak akur (pexels.com/Gustavo Fring)
Intinya sih...
  • Milenial dan Gen Z memiliki nilai yang berbeda karena pengalaman hidup dan latar belakang unik.
  • Milenial cenderung menghargai stabilitas, kerja keras, dan pencapaian dalam hidup, sementara Gen Z lebih fleksibel dan kritis terhadap konsep tradisional.
  • Perbedaan dalam cara komunikasi, pandangan terhadap media sosial, kontribusi pada perubahan sosial, serta prioritas finansial menjadi faktor utama perbedaan antara kedua generasi ini.

Generasi Milenial dan Gen Z hidup di zaman yang sama, tetapi sering kali seolah berada di dunia yang berbeda. Meski usia mereka tidak terpaut jauh, cara pandang, gaya hidup, hingga nilai-nilai yang dipegang sering kali membuat kedua generasi ini berbenturan. Bahkan di media sosial, perdebatan kecil seperti “siapa yang lebih keren?” bisa memicu perang komentar.

Tapi sebenarnya, apa sih yang bikin Milenial dan Gen Z ini sering sulit akur? Apakah semata-mata soal selera yang berbeda atau ada faktor yang lebih dalam? Yuk, kita bedah enam alasan utama mengapa kedua generasi ini kadang sulit menemukan titik tengah.

1. Perbedaan nilai dan prioritas

ilustrasi menggunakan ponsel (pexels.com/cottonbro studio)

Milenial tumbuh di masa transisi teknologi. Mereka belajar menghadapi dunia tanpa internet, kemudian beradaptasi dengan perubahan besar saat teknologi mulai mendominasi. Hal ini membuat Milenial cenderung menghargai stabilitas, kerja keras, dan pencapaian dalam hidup, seperti punya rumah atau karier yang mapan.

Sementara itu, Gen Z adalah digital native sejati. Dari kecil mereka sudah terbiasa dengan internet, media sosial, dan perubahan yang cepat. Nilai yang mereka pegang lebih fleksibel, seperti pentingnya kebebasan berekspresi dan keseimbangan hidup. Ketika Milenial bicara tentang kerja keras, Gen Z malah lebih sering bertanya, “Apa gunanya kalau gak bahagia?” 

2. Cara berkomunikasi yang berbeda

ilustrasi orang berkomunikasi (pexels.com/cottonbro studio)

Milenial lebih suka cara komunikasi yang formal dan terstruktur, seperti email atau pertemuan langsung. Mereka sering merasa Gen Z terlalu santai atau bahkan kurang serius karena lebih suka menggunakan chat singkat atau emoji untuk menyampaikan sesuatu.

Sebaliknya, Gen Z merasa Milenial terlalu kaku dan bertele-tele. Mereka ingin semuanya cepat, to the point, dan santai. Misalnya, Gen Z mungkin hanya butuh satu meme untuk menyampaikan perasaan mereka, sementara Milenial lebih suka memberikan penjelasan panjang lebar.

3. Perspektif tentang pekerjaan

ilustrasi meeting kerja (pexels.com/fauxels)

Milenial cenderung menghargai struktur karier tradisional. Bagi mereka, bekerja keras di kantor dari jam 9 pagi sampai 5 sore adalah hal wajar untuk mencapai kesuksesan.

Sementara itu, Gen Z lebih kritis terhadap konsep kerja tradisional. Mereka lebih suka pekerjaan fleksibel, seperti remote atau freelance. Gen Z sering dianggap malas oleh Milenial, padahal sebenarnya mereka hanya punya cara pandang berbeda tentang cara mencapai kesuksesan.

4. Pandangan terhadap media sosial

ilustrasi orang selfie (pexels.com/Vinicius Wiesehofer)

Bagi Milenial, media sosial adalah alat untuk berbagi momen berharga dan membangun personal branding. Instagram misalnya, digunakan untuk memamerkan pencapaian atau gaya hidup yang terlihat sempurna.

Sementara itu, Gen Z melihat media sosial sebagai ruang untuk bersenang-senang dan menjadi diri sendiri. Mereka lebih santai, sering memposting konten raw atau lucu tanpa peduli estetika. Perbedaan ini kadang memicu komentar dari Milenial yang merasa Gen Z terlalu asal-asalan, sementara Gen Z menilai Milenial terlalu “fake.”

5. Sikap terhadap isu sosial

ilustrasi aksi sosial (pexels.com/Mikhail Nilov)

Milenial dikenal lebih optimis dan ingin berkontribusi besar pada perubahan sosial. Mereka suka ikut aksi sosial yang terorganisir, seperti kampanye lingkungan atau kesetaraan gender, dengan harapan dunia bisa menjadi tempat yang lebih baik.

Gen Z di sisi lain lebih kritis dan blak-blakan. Mereka tidak ragu memprotes atau mengkritik langsung di media sosial. Meski sama-sama peduli, cara mereka menyuarakan pendapat ini sering berbenturan. Milenial mungkin merasa Gen Z terlalu radikal, sementara Gen Z merasa Milenial terlalu “setengah-setengah.”

6. Tekanan finansial yang berbeda

ilustrasi finansial (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Milenial tumbuh di tengah resesi global dan harga properti yang terus naik. Akibatnya, mereka punya banyak tekanan untuk bekerja keras dan menabung demi masa depan.

Gen Z juga menghadapi tantangan finansial, tetapi mereka lebih cenderung memprioritaskan pengalaman ketimbang menabung. Mereka lebih suka menghabiskan uang untuk traveling atau hobi, yang sering membuat Milenial bertanya-tanya, “Kapan kalian mau mulai serius?”

Pada akhirnya, perbedaan antara Milenial dan Gen Z adalah hasil dari latar belakang dan pengalaman hidup yang unik. Alih-alih fokus pada perbedaan, mungkin kita bisa belajar untuk saling memahami dan mengisi kekurangan satu sama lain. Bagaimana menurutmu, apakah perbedaan ini memperkaya hubungan antar generasi atau justru membuat jarak semakin lebar?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Emma Kaes
EditorEmma Kaes
Follow Us