6 Alasan Orang Gak Suka Difoto dan Direkam Tanpa Izin, Bijak Pakai HP!

Salah satu fitur yang paling diperhatikan orang sebelum membeli smartphone adalah kameranya. Makin jernih gadget tersebut saat dipakai buat mengambil gambar atau membuat video, biasanya makin disukai. Kita bisa punya banyak gambar dan rekaman yang bagus untuk diunggah di media sosial.
Namun, adanya kamera secanggih apa pun dalam gadgetmu hendaknya jangan digunakan secara sembarangan. Termasuk mengambil foto atau video orang lain tanpa izin. Apa pun alasanmu, perilaku seperti ini bakal bikin orang lain sangat tidak nyaman.
Bahkan ia bisa mempermasalahkan hal tersebut serta permintaan maafmu tidak cukup untuk membuatnya mau memaafkan. Daripada tanpa izin memotret dan merekam seseorang, mending sibuk mengambil gambar diri atau fokus pada suatu kegiatan. Berikut enam alasan orang keberatan dipotret atau divideokan tanpa izin lebih dulu.
1. Tidak tahu foto dan videonya bakal dipakai buat apa

Seiseng-isengnya pengambil gambar atau video, tentu sesungguhnya ada tujuan mengapa dia sampai melakukannya. Kalau secara perizinan saja gak ada padahal jelas berkaitan dengan orang lain, biasanya tujuannya tidak baik. Seperti foto untuk dipandangi setiap hari karena paras seseorang begitu cantik atau tampan, disebarkan, bahkan menjadi bahan fantasi seksual.
Orang yang marah saat dirinya dipotret atau direkam hanya mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Jangan sampai mendadak foto atau video dirinya menyebar ke mana-mana dan disalahgunakan. Apabila seseorang mengajukan izin terlebih dahulu, ia dapat bertanya tentang maksudnya serta memutuskan untuk mengizinkannya atau gak.
Dia dapat berpegang pada alasan seseorang ingin mengambil gambar atau video dirinya. Jika di kemudian hari terjadi penyalahgunaan atas kedua hal tersebut, dia bisa meminta pertanggung jawaban orang yang memotret atau merekamnya. Segala hal yang berkaitan dengan orang lain, tapi dilakukan tanpa izin sama dengan pencurian.
2. Gak semua orang ingin viral dan tenar

Meski saat ini banyak hal yang viral dan terkenal dapat mendatangkan cuan, ini bukan cita-cita semua orang. Bahkan pribadi yang bukan pemalu pun bisa sangat tidak menginginkannya. Mendadak viral akan membuat ia dicari oleh banyak orang serta dimintai tanggapan atau klarifikasi.
Alih-alih merasa tersanjung, dia malah merasa sangat repot karenanya. Ketika ia berada di mana pun, orang-orang mengenalinya dengan mudah. Sementara dia merasa asing dengan mereka sehingga rasanya gak nyaman sekali.
Bahkan meski menurutmu apa yang dilakukannya merupakan hal keren serta perlu diketahui oleh lebih banyak orang, belum tentu ia sepakat. Orang yang asyik melakukan hobi, misalnya, barangkali cuma ingin bersenang-senang sendiri dengan kegiatan tersebut. Tiba-tiba tenar tanpa prestasi yang jelas malah bikin sebagian orang merasa malu.
3. Dirinya bukan public figure atau penampil

Bahkan tokoh publik pun tidak selalu bersedia diambil gambar atau videonya, terutama saat ia memerlukan privasi lebih. Namun, paling tidak secara mental public figure lebih siap untuk berhadapan dengan kamera. Sedang orang biasa merasa amat tidak nyaman dengan sorotan berlebihan atas dirinya.
Ia merasa tidak dilahirkan sebagai bintang, sehingga bidikan kamera orang lain dianggap sebagai gangguan. Bahkan seseorang yang pekerjaannya menghibur, contohnya, penyanyi kafe atau pemain teater, boleh jadi cuma mau dipotret dan direkam ketika tampil di panggung. Bukan terus diikuti dan diambil gambar atau rekamannya ketika melakukan hal-hal lain, seperti makan dan jalan-jalan bersama orang terdekatnya.
Orang biasa yang kehidupannya jauh dari sorot kamera akan merasa terteror ketika kita diam-diam memotret atau memvideokannya. Ini bukan bagian dari risiko pekerjaannya. Walaupun kita melakukannya atas dasar kekaguman, orang lain sama sekali tak merasa tersanjung.
4. Jadi gak punya privasi

Dengan kamu suka asal memotret atau merekam orang lain, tanpa sadar dirimu sudah menjadikannya sebagai objek dan bukannya subjek. Kamu tidak menghargai haknya untuk menolak atau bersedia difoto dan divideokan.
Berbekal smartphone atau kamera di tangan, siapa pun dapat tiba-tiba saja mengambil gambarnya dan merekam apa-apa yang dilakukannya. Hal ini membuat dia kehilangan privasi yang seharusnya dihormati oleh orang lain, tanpa perlu diminta terlebih dahulu.
Ketika ia berada di mana pun dan kapan pun, seseorang bisa memotretnya secara diam-diam. Bayangkan bila hal serupa terjadi padamu, tentu rasanya menjengkelkan. Kamu pun harus memahami, bahwa ruang pribadi seseorang bukan cuma di sekotak kamar atau rumahnya. Ketika seseorang berada di ruang publik pun, ia tetap mempunyai privasi.
Dirinya tak lantas menjadi milik umum yang bisa diperlakukan semau orang. Saat kamu berada di museum, toko, atau restoran saja gak semuanya memperbolehkan pengambilan gambar atau video, apalagi berkaitan dengan manusia.
5. Dia juga tak pernah melakukannya pada orang lain

Wajar bagi siapa pun berharap diperlakukan sebagaimana ia memperlakukan orang lain. Bahkan kerap orang ingin diperlakukan lebih baik ketimbang caranya bersikap pada sesama. Orang yang sangat berhati-hati dalam menggunakan kameranya pastinya juga berharap orang lain berbuat sama.
Dia tak pernah mengambil foto serta video orang lain secara sembarangan. Bahkan berswafoto saja mungkin jarang. Namun, orang lain seenaknya memotret serta merekamnya tanpa berkata apa-apa.
Kalau kita melakukannya, boleh jadi kita sudah berbuat hal yang tidak mampu ditoleransinya. Kita menganggap memotret siapa saja bukanlah pelanggaran kesopanan, tetapi baginya amat keterlaluan. Ketika ia tidak pernah berbuat begitu pada orang lain, ini sudah tanda kuat bahwa dia pun tak mau diperlakukan demikian.
6. Hanya fokus pada dirinya, bukan acaranya

Ketika seseorang berada di sebuah acara yang melibatkan banyak orang, secara umum ia mengerti bahwa dokumentasi dibutuhkan baik oleh panitia maupun peserta. Dia gak akan melarang orang mengambil foto atau video selama acara berlangsung. Akan tetapi, pastikan kita memotret atau merekam jalannya acara serta mayoritas orang yang hadir di sana.
Bukan cuma menyorot salah satu orang yang dianggap menarik kemudian mengambil gambar dan videonya. Apalagi bukan saat ia menjadi pembicara di acara tersebut. Kita seperti memata-matainya melalui kamera.
Siapa pun pasti risi diperlakukan begini. Dia akan merasa tidak aman dan mencurigai kita punya niat buruk padanya. Sebosan-bosannya kita ketika mengikuti suatu acara, jangan terlalu mengalihkan perhatian pada seseorang yang membuatnya gak nyaman.
Perilaku memotret dan merekam orang lain tanpa izin sangat tidak sopan. Jangan sampai suatu hari seseorang mendadak menghampiri dan merampas smartphone kita untuk memeriksa isi galeri. Gunakan kamera dengan bijak di mana pun berada.