Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi merasa cemas (pexels.com/Timur Weber)

Tanpa sadar kita masih membiarkan sikap perfeksionis mendominasi diri. Entah saat sedang berusaha, atau ketika kita mengambil keputusan. Standar kesempurnaan tertinggi dijadikan sebagai patokan utama. Namun demikian, terdapat dampak negatif yang mengintai. Sikap perfeksionis ternyata justru menjadi sumber kecemasan.

Kita tidak memiliki ketegasan dalam mengambil keputusan yang berlaku. Apalagi memegang teguh konsistensi dan kesabaran. Kehidupan yang seharusnya seimbang justru berjalan tidak stabil. Beberapa hal menjadi alasan mengapa sikap perfeksionis justru menjadi sumber kecemasan. Kira-kira, apa sajakah itu?

1. Standar perfeksionis membuat seseorang ragu dengan kemampuan sendiri

ilustrasi orang pesimis (pexels.com/Karolina Grabowska)

Boleh-boleh saja kita mempertahankan sikap perfeksionis. Justru Ini memacu diri untuk meraih pencapaian terbaik. Tapi sikap perfeksionis yang berlebihan justru menjadi sumber kecemasan. Untuk selanjutnya menghancurkan potensi meraih keberhasilan secara menyeluruh.

Perlu diketahui, standar perfeksionis yang tidak terkontrol membuat seseorang ragu dengan kemampuannya sendiri. Ia merasa menjadi sosok yang kerdil dan tidak memiliki potensi apapun. Dalam bertindak selalu mengkhawatirkan kemungkinan negatif serta kecerobohan.

2. Menumbuhkan rasa takut yang besar terhadap kegagalan

Editorial Team

Tonton lebih seru di