Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Instagram.com/Fahriani_rf

Upacara pernikahan adalah acara yang menarik. Terutama di Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa sehingga memiliki beragam adat pernikahan. Salah satu di antaranya adalah pernikahan adat Bugis di Sulawesi Selatan.

Di Sulawesi Selatan, upacara pernikahan disebut dengan Mappabotting yang artinya melaksanakan upacara perkawinan. Ada fakta menarik dalam upacara perkawinan ini. Penasaran? Yuk disimak!

1.Mappasideppe mabelae

Instagram.com/bilik_imaji

Mappasideppe mabelae artinya mendekatkan yang sudah jauh. Masyarakat Bugis menganggap bahwa perkawinan tidak saja menyatukan dua mempelai dalam ikatan perkawinan tetapi juga menyatukan dua keluarga. Oleh sebab itu, kebanyakan perkawinan dilaksanakan masih ada hubungan keluarga (dijodohkan) kerena mereka sudah saling memahami.

Namun, gak perlu takut kalau kamu naksir dengan wanita atau pria dari Bugis karena perjodohan antar keluarga ini tidak dilakukan secara ketat. Kalau memang cinta patut diperjuangkan, ya!

2.Mammanu-manu atau masa penjajakan

pexels.com/@danangwicaksono

Jika seorang pria telah mantap dengan gadis pujaan dan berniat mempersunting, maka ada kegiatan rahasia yang dilakukan oleh seorang perempuan yang diutus oleh pihak laki-laki. Semua ini untuk mencari tahu keberadaan gadis pujaannya. Terutama untuk memastikan gadis tersebut sudah ada yang mengikat atau belum.

Nah, kalau sudah tahap ini, siap-siap ada utusan datang meminang, lho!

3.Mappaci atau tudemmpenni

Instagram.com/ hastinahnh

Mappaci atau tudemmpenni adalah prosesi mensucikan diri pada malam menjelang hari H pernikahan. Pada malam ini pengantin didoakan para undangan yang terdiri dari tokoh masyarakat, keluarga, dan kerabat.

Caranya dengan memoles pacci atau daun pacar kedua telapak tangan mempelai mulai dari tangan kanan kemudian kiri disertai doa agar calon mempelai kelak hidup berbahagia. Malam mappaci juga dilakukan oleh mempelai laki-laki di kediamannya.

4.Bosara

Instagram.com/ fikriesul

Sepanjang prosesi sebelum dan sesudah pernikahan disuguhkan berbagai macam kue-kue khas Bugis yang manis rasanya seperti barongko, biji salak, bolu pecek, katiri sala, sikapporo, srikaya kenari, srikaya nangka, sanggara balada, bannang-bannang, beppa pute.

Kue-kue dengan rasa manis ini sebagai simbolik agar kehidupan kedua calon mempelai selalu manis, harmonis, rukun, dan damai hingga akhir.

Kue-kue tersebut ditaruh dalam Wadah yang disebut bosara. Bosara sudah ada sejak zaman kerajaan, khususnya kerajaan Gowa dan Bone. Menyuguhkan kue dengan menggunakan bosara merupakan penghormatan tuan rumah terhadap tamu.

5.Songko To Bone

Instagram.com/songko_tobone

Pada saat acara perkawinan kaum kerabat, keluarga akan berkumpul. Agar ada perbedaan antara undangan dan keluarga maka mereka memakai seragam. Untuk kaum laki-laki rata-rata menggunakan songko to bone atau songko recca. Songko ini terbuat dari pelepah daun lontar yang dipukul-pukul. Songko to bone wajib diguna oleh laki-laki di Sulawesi Selatan jika ada acara penting.

Keberadaan songko to bone kini telah diakui sebagai warisan budaya tak benda Indonesia pada tahun 2018 oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

6.Mappasikarawa atau Mappasiluka (sentuhan pertama)

Instagram.com/morningviewphoto

Setelah akad nikah selesai pengantin pria dituntun oleh orang yang dituakan menuju kamar mempelai wanita untuk ipakasirawa (disentuh). Bagi masyarakat Bugis mappasikarawa merupakan hal yang penting karena keberhasilan rumah tangga tergantung dari sentuhan pertama mempelai laki-laki pada mempelai wanita.

Bagian tubuh mempelai wanita yang dapat disentuh adalah buah dada, ubun-ubun atau leher belakang, tangan, dan perut. Setiap sentuhan ini mempunyai maknanya tersendiri. 
Setelah prosesi mappasikarawa keduanya mempelai keluar dari kamar untuk bersujud minta restu pada orangtua dan kerabat.

Prosesi pernikahan adat Bugis ini sangat menarik dan perlu dilestarikan. Semoga bacaan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan akan keragaman budaya di Indonesia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team