6 Resep Bahagia ala Islam Menurut Pandangan Al-Ghazali

Bagi masyarakat awam, menjadi manusia bukanlah suatu tugas yang gampang. Apalagi ketika telah beranjak dewasa, permasalahan yang datang menghampiri tidak hanya berjumlah satu atau dua, namun berjumlah banyak.
Oleh karena itu, dalam kitab ulama besar karangan al-Ghazali berjudul Ihya' Ulumuddin, sang imam memformulasikan rumusan tentang amalan-amalan agar seseorang dapat mencapai kebahagiaan sejati dengan berbasis pada usaha pendekatan diri kepada Tuhan. Berikut penjelasan mengenai beberapa amalan terebut.
1. Tawakal

Pembersihan hati yang pertama dapat dilakukan dengan tawakal yang berarti penyerahan diri kepada Tuhan. Dalam ilmu tasawuf, tawakal merupakan media yang digunakan untuk menyucikan jiwa manusia supaya tidak terikat dengan hal-hal bersifat duniawi. Sebaliknya, titik fokus pikiran diorientasikan hanya untuk merenungi Tuhan.
Menurut para sufi beraliran majbur atau fatalis, kehidupan seorang manusia di alam dunia ini telah diatur dan ditetapkan oleh Tuhan. Meski demikian, hal ini tidak boleh dijadikan oleh seseorang sebagai alasan untuk menyerah pada kehidupan. Tuhan memang telah menggariskan jalan hidup tiap-tiap manusia.
Tetapi, manusia sebagai aktor yang menjalani hidup tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada dirinya di masa depan. Dengan demikian, sikap terbaik yang dapat dilakukan adalah senantiasa mengupayakan yang terbaik dan menyerahkan hasil sepenuhnya pada Tuhan.
2. Sabar

Sabar merupakan salah satu akhlak yang utama dalam Islam dan karena itu sangat dibutuhkan oleh muslim agar dapat mengelola masalah dunia maupun akhirat. Hal ini dikarenakan, dunia merupakan tempat yang dipenuhi oleh berbagai rintangan dan cobaan. Rintangan yang menghampiri manusia biasanya berbentuk godaan nafsu. Salah satu cara untuk mengelola hawa nafsu yakni dengan sabar. Maka dari itu, memelihara sifat sabar pada jiwa merupakan aspek penting yang harus diaplikasikan dalam hidup.
sifat sabar pada hakikatnya adalah perilaku mulia jiwa yang menahan dari perbuatan yang tidak baik menurut sudut pandang agama. Manfaat dari sabar adalah dapat mencegah diri dari kedatangan prahara yang bersifat merusak. di sisi lain, dampak positif sabar adalah menjadikan hati seseorang menjadi saleh sehingga dengan otomatis akan mengantarkan pada akhlak yang baik. Sabar terdiri dari tiga jenis, yaitu sabar menghadapi musibah, sabar menjalani ketaatan, dan sabar menjauhi kemaksiatan.
3. Syukur

Syukur dideskripsikan sebagai suatu bentuk rasa terima kasih atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Sang Pencipta. Dalam sudut pandang Islam, bersyukur menempati tingkatan maqam yang cukup tinggi karena merupakan wujud keberhasilan seorang hamba dalam menerima segala sesuatu yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya. Perasaan syukur ini muncul akibat keberhasilan seseorang dalam menerima segala sesuatu yang telah dilimpahkan Tuhan dengan merasa menerima lebih dari cukup.
Sikap syukur mula-mula berangkat dari suatu kesadaran bahwa seluruh hal yang terdapat di alam semesta ini merupakan manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Dengan begitu, poros inti dari pola pikir manusia seharusnya menganggap segala sesuatu bukanlah miliknya, melainkan milik Tuhan sebagai pemilik sejati.
Oleh karena itu, penting bagi seorang muslim agar senantiasa mengantungkan kebahagiaannya bukan pada aspek materi, namun pada penghayatan akan kebesaran Tuhan yang akan menuntunnya menjadi muslim yang bersyukur.
4. Zuhud

Dalam ilmu tasawuf, terdapat suatu derajat hamba yang disebut dengan zuhud yang berarti melepaskan diri dari kesenangan duniawi karena potensinya yang mampu memutuskan hubungan seorang hamba dengan Sang Pencipta. Menurut al-Ghazali, kesenangan yang didapatkan manusia di dunia bukan oleh sebab ketundukannya kepada Tuhan, namun lebih besar karena faktor hawa nafsu. Di samping itu, kegembiraan yang dirasakan tersebut hanyalah bersifat sementara. Berikut tiga macam zuhud dalam dunia tasawuf yang wajib dikelola dalam diri seorang hamba.
Zuhud harta, yaitu suatu sikap tidak bergembira terhadap kesenangan yang datang dan tidak pula bersedih terhadap sesuatu yang pergi;
Zuhud kedudukan, menilai bahwa semua orang pada dasarnya sama, baik yang saleh maupun tidak;
Zuhud Allah, dalam fase ini seorang hamba tidak memprioritaskan manusia di atas Tuhan, baginya kenikmatan yang sejati terjadi ketika dapat menaati segala perintah Tuhan.
Zuhud yang diperintahkan dalam syara' yaitu meninggalkan segala perkara yang tidak membawa manfaat bagi kehidupan di akhirat. Di sisi lain, zuhud merupakan tindak usaha yang dilakukan manusia dalam rangka membenci sesuatu hal keduniawian dan mencintai Tuhan sebagai satu-satunya yang layak dicintai.
Bagi seorang muslim sejati, mereka akan menganggap dunia ini tidak lebih dari ladang melakukan amalan untuk akhirat. Bila berperilaku baik maka akan memperoleh kebaikan, sedangkan perilaku buruk akan dibalas keburukan pula.
5. Khauf dan raja'

Menurut pandangan imam al-Ghazali, rasa khauf dan raja' diumpamakan sebagai dua sayap yang berfungsi sebagai alat untuk mengantarkan seseorang guna mencapai tingkatan hamba yang dicintai Tuhan. Perilaku khauf dan raja' hanya dapat datang kepada seorang hamba yang senantiasa memiliki niatan untuk melakukan hal-hal baik sesuai dengan keseluruhan aturan yang dibuat Tuhan.
Khauf diartikan sebagai bentuk rasa takutnya hamba kepada Tuhan karena merupakan zat yang telah menciptakan rezeki dan karunia dengan sifat Maha agung dan Maha bijaksana yang dimiliki-Nya. Sebagai balasannya, manusia bisa memperoleh berbagai macam kenikmatan baik secara rohani maupun rohani.
Dari rasa khauf ini, seorang hamba akan terdorong untuk melakukan kebaikan-kebaikan dalam batasan syariat dengan penuh kesadaran akan kenikmatan-kenikmatan yang diraih dari pelaksanaannya. Pada akhirnya, perilaku raja' akan membawa seorang hamba menuju derajat lebih dekat kepada Tuhan. Raja' merupakan suatu tingkatan di mana manusia telah menantikan segala bentuk kenikmatan yang berasal dari doa yang secara khusus dipanjatkan kepada Sang Pencipta.
6. Muhasabah

Dalam cara pandang imam Al-Ghazali lainnya, dikatakan bahwa tingkatan iman yang dirinya peroleh merupakan hasil dari pengembaraan mencari kebenaran hakiki yang ditemukan melalui jalur tasawuf. Inti dari ajaran tasawuf adalah penyempurnaan akhlak yang hanya dapat diraih dengan kesadaran hati. Salah satu simbol akhlak yang dapat ditemukan dalam diri seseorang adalah sikap muhasabah diri.
Muhasabah diri merupakan kata lain dari introspeksi, yakni perbuatan merenungi segala tindak perbuatan yang telah dilakukan oleh diri sendiri. untuk dapat mencapai kebahagiaan hidup seorang hamba tidak boleh menghilangkan dimensi musahabah karena merupakan suatu proses evaluasi diri terhadap kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan pada masa lalu.
Musahabah merupakan satu unsur penting sebab berfungsi sebagai media untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya tidaklah sempurna dan memberikan pemahaman bahwa kesempurnaan sejati hanya milik Tuhan semata. Dengan menyadari kekurangan yang dimiliki, maka seorang hamba tidak akan berani menyombongkan dirinya sebab tahu pada hakikatnya segala sesuatu yang dipunyai adalah milik Tuhan.
Sikap jiwa menurut paparan di atas wajib diterapkan oleh seorang muslim apabila dirinya ingin mencapai tingkatan tertinggi di sisi Tuhan sebagai hamba. Enam aspek yang telah disebutkan tersebut merupakan unit-unit yang saling berhubungan serta bersifat melengkapi satu sama lain.
Semoga penjelasan di atas bisa jadi pedoman praktis bagi seseorang agar dirinya menjadi orang yang lebih beriman dan taat kepada Tuhan. Tentunya akan membawa kepada kebahagiaan sejati.