6 Sebab Menyambut Ramadan di Perantauan Terasa Membosankan, Kesepian!

Ada banyak sebab mengapa seseorang harus menyambut bulan Ramadan di perantauan. Contohnya karena pendidikan yang mengharuskan tetap hadir secara tatap muka. Atau mungkin faktor pekerjaan di mana seseorang harus tetap masuk dengan sistem work from office.
Ketika menyambut bulan Ramadan di perantauan, tidak jarang justru terasa membosankan. Kita terjebak nuansa Ramadan yang menonton tanpa ada keseruan sama sekali. Kebosanan menyambut bulan Ramadan di tanah perantauan ini turut dipengaruhi oleh beberapa sebab. Sudahkah kamu mengetahui enam hal ini?
1. Jauh dari keluarga dan orang-orang terdekat

Terkadang seseorang memutuskan merantau karena beberapa situasi. Namun saat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan seperti sekarang, adakalanya justru terasa membosankan. Menjalani ibadah puasa di tanah rantau terasa kurang menarik.
Mengapa kondisi ini bisa terjadi? Diantaranya karena jauh dari keluarga dan orang-orang terdekat. Meskipun sedang berada di tempat yang ramai dan hiruk-pikuk, namun kita merasa suasana tersebut sangat asing. Berbeda halnya saat memutuskan menyambut Ramadan bersama orang-orang terdekat yang penuh dengan keakraban.
2. Tidak dapat menemui suasana khas kampung halaman

Seringkali kita membayangkan serunya menyambut bulan Ramadan di tanah rantau. Tapi apakah mereka yang sedang menyambut bulan Ramadan di tanah rantau juga merasa demikian? Kita tidak bisa memungkiri fakta bahwa menyambut Ramadan di tanah rantau tidak jarang terasa membosankan.
Ini terjadi karena kita tidak dapat menemui suasana khas kampung halaman. Apalagi suasana penuh keakraban dengan corak tradisional yang kuat. Seperti bunyi bedug, kajian kitab kuning di mushola, hingga hidangan takjil khas pedesaan yang tidak dapat dijumpai di tanah rantau.
3. Harus beradaptasi dengan pola dan kebiasaan baru

Tentu kamu sudah paham setiap tempat memiliki budaya dan kebiasaan masing-masing. Antara kampung halaman dengan tanah rantau tentu memiliki ciri khas berbeda. Di sinilah kita perlu memahami mengapa menyambut Ramadan di perantauan justru terasa membosankan.
Salah satunya karena harus beradaptasi dengan pola dan kebiasaan baru. Jika menyambut bulan Ramadan di pedesaan kita lekat dengan keakraban. Tidak jarang di tanah rantau justru nuansa individualis yang kental. Meskipun berada di tempat yang ramai, namun tidak ada yang saling kenal.
4. Kesibukan yang mengurangi esensi suasana Ramadan

Menyambut Ramadan di tanah perantauan ternyata bukan perkara mudah. Tidak jarang seseorang justru terjebak kebosanan di tengah situasi tersebut. Mereka menganggap menyambut Ramadan di tanah perantauan merupakan kondisi yang melelahkan mental sekaligus pikiran.
Lantas, mengapa kebosanan itu bisa muncul? Salah satunya dipengaruhi oleh kesibukan yang padat. Kita harus menyelesaikan pekerjaan di tengah keterbatasan energi. Situasi ini tentu mengurangi esensi bulan Ramadan sehingga tidak bisa fokus beribadah.
5. Sulit menemukan kuliner yang cocok untuk berbuka atau santap sahur

Apakah kamu merasa menyambut Ramadan di tanah perantauan itu membosankan? Jika kamu merasakan situasi tersebut, itu bukan hal yang aneh. Bahkan, kamu akan menjumpai banyak orang merasakan situasi serupa.
Kebosanan bisa saja terjadi karena sulit menemukan kuliner yang cocok untuk berbuka atau santap sahur. Takjil atau makanan khas Ramadan yang biasa tersedia di kampung halaman sulit dicari di tempat perantauan. Terutama jika tinggal di luar negeri atau di daerah dengan budaya berbeda.
6. Tidak banyak teman atau komunitas untuk berbagi momen

Beberapa orang mungkin berpikir menyambut bulan Ramadan di tanah rantau terlihat menyenangkan. Salah satunya karena nuansa semarak yang berbeda dengan kampung halaman. Tapi bagi mereka yang menetap di perantauan, menyambut bulan Ramadan justru terasa membosankan.
Ini terjadi karena tidak banyak teman atau komunitas untuk berbagai momen. Bahkan saat di tengah keramaian tetap merasa asing dan sendiri. Tanpa teman sefrekuensi untuk sahur atau berbuka bersama, rasa kesendirian bisa makin terasa. Apalagi jika lingkungan sekitar tidak menjalankan ibadah puasa.
Menyambut bulan Ramadan di tanah rantau ternyata memiliki suka duka tersendiri. Bahkan banyak orang terjebak kebosanan atas situasi tersebut. Meskipun sedang berada di keramaian, namun tetap merasa asing dan sendiri. Untuk kamu yang sedang menyambut bulan Ramadan di tanah rantau, apakah merasakan situasi demikian?