Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Tanda Teman lagi Bokek, Tunjukkan Pengertian dan Jangan Diejek

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Siapa , sih, yang gak pernah merasakan bokek alias kehabisan uang? Kalaupun masih ada sedikit uang, pemakaiannya harus benar-benar dihemat. Dalam pergaulan, kamu kudu peka dengan situasi keuangan teman-teman. Jika dirimu tidak sensitif kalau teman lagi bokek, pasti ada tindakanmu yang bikin mereka malu hingga malas berteman denganmu.

Sebaiknya kamu gak menanyakan secara langsung kondisi finansial kawan. Boleh jadi ini terasa sangat memalukan baginya. Seseorang juga bisa tersinggung atas dugaanmu sekalipun sebetulnya itu benar. Ada yang lebih penting ketimbang memastikan teman sungguh-sungguh lagi gak punya uang, yaitu tetaplah menjadi kawan yang pengertian.

Bila dirimu dapat bersikap tepat, suatu saat nanti barangkali ia sendiri yang menceritakan momen-momen kesulitan finansialnya. Dia bersyukur ketika itu kamu tetap bersikap baik padanya. Orang yang lagi kekurangan uang akan menunjukkan enam tanda berikut. Dirimu sangat boleh membantu jika mampu dan ia dirasa tepat buat menerimanya.

1. Masih mau jalan bareng, tapi jajan sedikit atau gak sama sekali

ilustrasi pertemanan (pexels.com/cottonbro studio)

Kalian sering jalan bareng. Maka jika hanya dilihat dari frekuensi kalian pergi bersama dalam sebulan gak akan terlihat dia sedang bokek atau tidak. Ini baru ketahuan apabila dirimu memperhatikan perubahan dalam kebiasaannya jajan selama jalan bareng. Misalnya, dia biasanya makan besar bersamamu.

Belum lagi ia membeli makanan ringan. Akan tetapi, beberapa hari ini dia cuma membeli minuman. Itu pun harganya lebih murah daripada yang biasa dipesannya. Padahal, kamu tahu kawanmu tak sedang berdiet. Sebelum kalian jalan bareng, ia pun tidak terlihat baru makan sesuatu.

Jangan bertanya, apakah dia lagi berhemat? Kalau kamu punya cukup uang, sesekali traktir temanmu. Atau, dirimu memesan porsi menu yang lebih besar dan ajak ia untuk makan bersama. Katakan saja porsinya melebihi bayanganmu. Daripada kamu tak habis, minta dia membantumu menyantapnya.

Di kesempatan lain, dirimu yang mengikutinya buat gak jajan banyak. Jika dia heran dan bertanya karena biasanya kamu membeli ini itu, katakan saja lagi tidak lapar. Dirimu dapat makan dulu di rumah supaya di tengah acara jalan nanti, perutmu tak tiba-tiba berbunyi dan ketahuan berbohong.

2. Sering menolak ajakan bepergian, katanya mau di rumah saja

ilustrasi pertemanan (pexels.com/RDNE Stock project)

Jika keuangan teman sudah benar-benar tipis, kamu bakal dibuat heran dengan perubahan sikapnya. Tadinya ia suka main dan gak pernah menolak ajakanmu. Namun, akhir-akhir ini dia bilang mau bersantai di rumah saja. Sosoknya yang biasanya bersemangat sekali buat jalan bareng, kini menjadi terasa membosankan.

Hati-hati, jangan sampai kamu keliru mengartikan penolakannya sebagai sikap permusuhan. Seolah-olah di antara kalian lagi ada masalah dan dia kesal padamu. Memang kemungkinan itu ada. Akan tetapi, apabila di luar urusan main sikapnya masih biasa saja, artinya kekhawatiranmu tak beralasan.

Jalan bareng sedikit banyak memerlukan ongkos. Bahkan bila dia pergi dan pulang menebeng padamu, kalian mungkin perlu beli tiket bioskop atau minimal minuman. Walaupun bagimu harga segelas minuman tidak seberapa, orang yang bokek parah tetap tak bisa sembarangan membelanjakan sisa uangnya. Berhemat 5 sampai 10 ribu dikalikan sekian hari dalam sepekan membantunya bertahan hidup.

3. Beralih ke makanan dan minuman instan yang murah

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Katya Wolf)

Tanda ini baru akan terlihat jika kalian tinggal bersama. Dia yang semula sering membeli kopi mahal sekarang menyeduh kopi saset yang dibeli di warung atau minimarket. Meski sebenarnya banyak kopi saset yang tak kalah enak, selisih harganya jauh sekali.

Ketika temanmu mau mengubah pilihannya sampai seekstrem ini, pasti alasannya bukan sekadar rasa yang hampir sama. Dia sedang mengalahkan gengsinya demi menekan pengeluaran. Ia sadar bahwa sumber pengeluarannya yang cukup besar dan masih dapat diakali ialah beralih dari kopi mahal ke kopi saset yang dijual lebih murah.

Namun, ada pula peralihan yang kurang baik untuk kesehatannya. Misalnya, tadinya dia selalu memperhatikan isi piringnya. Harus ada karbohidrat, protein nabati dan hewani, lemak, serta vitamin dan mineral. Akan tetapi, kini kamu sering melihatnya hanya makan mi instan tanpa tambahan apa pun seperti telur dan sayur.

Sama seperti kopi, ada selisih harga yang lumayan banyak dari pilihan menu utamanya. Lantaran pengorbanannya bukan lagi sebatas gengsi melainkan sampai ke kesehatan, dirimu dapat bersikap murah hati tanpa membuatnya tersinggung. Misalnya, dengan kamu membeli beberapa bahan makanan sehat dan menaruhnya di kulkas kos-kosan. Beri tulisan silakan mengambil secukupnya.

4. Kalau ada iuran minta bayarnya bulan depan saja

ilustrasi pertemanan (pexels.com/George Pak)

Negosiasi terkait uang menjadi ciri berikutnya. Padahal biasanya dia langsung saja membayar iuran apa pun. Namun, kondisi bokek memaksanya buat meminta kelonggaran waktu pembayaran. Ia tak sekadar mengatakan besok atau lusa, melainkan sampai bulan depan.

Bulan depan dipilihnya karena bulan ini isi dompetnya benar-benar telah tipis. Di awal bulan nanti dia akan memperoleh uang saku lagi atau gaji apabila sudah bekerja. Jika kamu yang bertugas memungut iuran, bersikaplah bijaksana dengan tidak memaksanya. Ada beberapa kebijakan yang dapat diambil.

Pertama, masa pembayaran diperpanjang sampai bulan depan. Kedua, jumlah uang itu dapat dibayar tunai atau dicicil. Ketiga, kamu atau kawan lainnya memberikan dana talangan dengan atau tanpa sepengetahuannya. Cara terakhir cocok dipilih bila hasil iuran akan digunakan sebelum ganti bulan.

5. Pinjam uang

ilustrasi pertemanan (pexels.com/RDNE Stock project)

Tidak semua orang yang meminjam uang benar-benar bokek. Ada beberapa orang yang sebenarnya cukup berpunya, tetapi tetap saja suka meminjam uang. Mereka cuma enggan memakai uangnya sendiri dan berharap orang lain akhirnya membayar sesuatu untuknya.

Sebagai temannya, kamu tentu tahu dia termasuk tipe yang seperti itu atau baru kali ini hendak meminjam uang padamu. Kalau ia tak punya rekam jejak hobi berutang, artinya saat ini situasi betul-betul memaksanya. Bahkan dia memberanikan diri buat meminjam jumlah uang yang tidak seberapa saking bokeknya.

Untuk keadaan seperti ini, dirimu amat boleh memberikan pinjaman uang padanya. Meski tak sedikit orang punya pengalaman buruk ketika meminjamkan uang, kamu jangan bersikap terlalu kejam. Kasihan apabila kawan yang betul-betul perlu bantuan malah dicueki. Tolonglah dengan memberinya pinjaman semampumu.

6. Menawarkan barangnya untuk dibeli

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Julio Lopez)

Tidak semua orang nyaman untuk meminjam uang sekalipun pada teman dekat. Kalau kawanmu sampai menawarkan satu atau beberapa barangnya padamu, mungkin dia lagi bokek. Terlebih barang tersebut masih kerap dipakainya. Artinya, dia sebenarnya membutuhkannya tetapi ada hal lain yang lebih mendesak.

Misalnya, ia menawarkan smartphone-nya yang mahal. Padahal kamu tidak melihat dia mempunyai dua perangkat. Saat dirimu menanyakannya, ia cuma bilang ingin ganti HP. Bila kamu membelinya, betul temanmu langsung beli smartphone lagi. Namun, ternyata perangkat penggantinya jauh lebih murah.

Bisa dipastikan ia memang sengaja mencari selisih harga jual gadget lama vs harga beli gawai baru biar ada sisa uang tunai. Dengan sisa uang ini dia menutup kebutuhan-kebutuhan hariannya. Caranya sama sekali gak salah dan justru bagus. Kawanmu menyelesaikan masalah keuangannya dengan cerdas sehingga tidak perlu sampai berutang. 

Siapa pun bisa bokek, termasuk kamu. Oleh sebab itu, kalau ada teman lagi bokek, jangan diejek. Masih bagus dia berusaha untuk tetap mandiri. Dirimu perlu bersikap pengertian atas kondisinya. Jangan menonjolkan keuanganmu yang jauh lebih baik karena akan membuatnya insecure.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us