Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/August de Richelieu)
ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/August de Richelieu)

Tidak bisa memercayai orang lain sedikit saja tentu hanya akan menyusahkan diri. Semua hal ingin disimpan sendiri sampai-sampai mendelegasikan tugas pada rekan kerja pun gak bisa. Akibatnya, kita bakal selalu kerepotan dan tidak punya teman untuk berbagi cerita.

Namun, asal memercayai orang juga berbahaya. Apa-apa yang dipercayakan padanya boleh jadi bakal disalahgunakan bahkan dijadikan senjata untuk menjatuhkan nama baik kita. Sudah kenal lama pun tak menjamin seseorang dapat sangat dipercaya.

Kita mesti mempelajari karakternya biar gak salah dalam memilih orang kepercayaan. Berhati-hati lebih baik ketimbang sering merasa dikecewakan. Enam tips di bawah ini bisa kamu coba terapkan, agar tak salah dalam percaya kepada orang lain.

1. Jangan terlalu cepat menaruh rasa percaya

ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/Edmond Dantès)

Menemukan teman di lingkungan yang baru sekalipun tidak sesulit mendapatkan kawan yang benar-benar dapat dipercaya. Daripada sering merasa kecewa apalagi sampai membahayakan diri, lebih baik jangan terlalu cepat percaya pada siapa pun. Bahkan, jika seseorang mendesakmu untuk memercayainya saja, kamu malah perlu makin mewaspadainya.

Kalaupun pekerjaan selalu mempertemukanmu dengan orang baru, kamu cukup saling bertukar informasi terkait pekerjaan yang diperlukan. Hindari membiarkan orang baru terlalu memasuki kehidupan pribadimu di awal perkenalan. Toh, baik kamu maupun dia sesungguhnya gak saling memerlukan informasi yang terlalu mendalam tentang kehidupan masing-masing.

Tidak ada patokan waktu untuk kamu lebih memercayai orang lain. Tergantung dari seberapa sering kamu bertemu, pengenalan akan karakternya, serta rasa nyamanmu dengannya. Kalau bertemu saja jarang, hanya mengenal permukaan dirinya, dan ada rasa kurang nyaman ketika bersama, boleh jadi itu sudah tanda bahwa ia bukan orang yang tepat untuk mendapatkan kepercayaan lebih darimu.

2. Apakah dia suka menggunjingkan orang lain?

ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/SHVETS production)

Orang yang suka menggunjingkan siapa pun di depanmu kemungkinan besar juga gak bisa menjaga rahasiamu. Kegemarannya bergunjing memang membuatnya tampak antusias ketika kamu menceritakan apa pun. Namun, tidak ada jaminan bahwa cerita-cerita itu cuma berhenti pada dirinya.

Selain menyebarkannya, orang dengan hobi bergunjing juga akan membahas apa-apa yang telah kamu sampaikan padanya secara negatif. Dia tidak menanyakan hal-hal yang ingin diketahuinya langsung padamu. Ia lebih suka mengembangkan berbagai prasangka saat bergunjing bersama orang lain.

Jangan kira orang yang gak bisa loyal pada orang lain dapat dengan mudah bersikap setia kawan padamu. Kalau tidak berhati-hati, nanti kamu cuma sakit hati lantaran teman yang seakan-akan selalu bersikap pro padamu ternyata mengkhianati. Cegah kekecewaan seperti itu dengan tidak menjadikan orang yang gemar bergunjing sebagai kawan terpercaya.

3. Kenali ambisi-ambisinya

ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/MART PRODUCTION)

Sebetulnya, ambisi merupakan ranah pribadi setiap orang. Kamu semua boleh punya ambisi dalam hal apa pun. Akan tetapi, beberapa orang bisa berbuat apa saja demi tercapainya ambisi. 

Ini yang harus diwaspadai, karena ketika kamu berkawan dengan niat tulus, boleh jadi ia punya maksud tertentu. Semua yang kamu katakan padanya dapat digunakan menjadi jalan untuk memuluskan ambisinya. Tak masalah apabila caranya sama sekali gak merugikanmu. 

Namun, sering kali kerugian di pihakmu tidak terelakkan. Seorang yang ambisius bisa merelakan rusaknya pertemanan asalkan keinginannya tercapai. Bukan berarti kamu harus menghindari semua orang yang punya ambisi, tetapi berhati-hatilah pada orang yang ambisinya dapat membahayakanmu. 

4. Ceritakan hal-hal yang umum dulu

ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/MART PRODUCTION)

Topik umum yang dimaksud adalah apa pun yang seandainya tersebar ke banyak orang tidak membahayakanmu. Contohnya, kamu dapat menceritakan tentang saudara-saudaramu padanya. Informasinya bersifat umum, seperti jumlah saudara dan jenis kelaminnya.

Lihat apakah informasi ini bertahan cukup lama hanya untuknya atau dengan cepat tersebar ke orang-orang yang bahkan terasa asing bagimu. Bila informasi sesederhana ini saja dengan mudah tersebar ke mana-mana, sebaiknya kamu tidak menceritakan lebih banyak hal yang bersifat pribadi.

Memang bisa saja ia tahu ada hal-hal yang gak boleh diberitahukan pada orang lain. Namun, sebagian orang yang mudah menyebarkan cerita biasa bakal lebih bersemangat dalam menyiarkan rahasia. Lebih baik kamu mengantisipasinya ketimbang sejak awal dirimu telah was-was, tetapi terlalu berusaha berpikir positif sehingga menjadi naif.

5. Lihat hubungan dan keperluan di antara dirimu dengannya

ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/Felicity Tai)

Ada hubungan yang bersifat dangkal serta mendalam. Hubungan yang dangkal sekalipun terjalin dalam waktu lama, tidak pernah membuatmu sangat akrab dengan seseorang. Misalnya, kamu dapat saja berkawan dengan sesama karyawan selama bertahun-tahun.

Namun, urusanmu dengannya cuma berkutat tentang pekerjaan. Sikapmu yang tepat ialah gak banyak menceritakan kehidupan pribadi. Jangan berharap cerita-cerita itu bakal mengakrabkan dirimu dengannya.

Boleh jadi keinginan itu tak pernah terwujud. Lamanya perkenalanmu dengannya tidak membuat kamu mengenal karakternya dengan baik. Bila kamu memercayakan berbagai hal di luar keperluan pekerjaan, dapat saja ia merasa tak punya kewajiban untuk menjaganya bahkan peduli pun tidak.

6. Rahasia terbesar tetap disimpan buat diri sendiri

ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/Gustavo Fring)

Sebesar apa pun rasa percayamu pada seseorang, jangan menjadikannya seperti diri sendiri. Maknanya, kamu tidak boleh memberitahukan seluruh rahasia padanya. Kamu tidak wajib menceritakan segalanya pada saudara sekalipun.

Rahasia terbesar dapat tentang apa saja. Setiap orang mungkin punya rahasia besar yang berbeda. Tidak selalu tentang aib karena sisi sulit dari usahamu dalam mencari nafkah pun bisa terasa sebagai rahasia besar bila kamu gak mau dikasihani.

Tantangan dari menjaga rahasia besar kerap kali justru diri sendiri. Lama-kelamaan kamu dapat tidak tahan buat memberi tahu orang lain. Perubahan pandangan pribadi atas rahasia itu boleh saja, asalkan kamu paham mengenai waktu, orang, serta alasan yang sungguh-sungguh tepat.

Kepercayaan bisa tumbuh seiring lamanya kamu mengenal seseorang. Akan tetapi, kadang kamu tetap gak bisa memercayai seseorang karena karakternya. Jangan memaksakan diri buat memercayainya, kecuali dalam perkara-perkara yang memang harus diketahuinya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team