ilustrasi seorang pria (pexels.com/Steshka Willems)
Bertanding tanpa persiapan sama dengan bersiap buat kalah. Meski masih ada waktu, jika terlalu mepet rasanya percuma. Terlebih pesaingnya terkenal tangguh. Persiapannya seharusnya sejak jauh-jauh waktu dan gak bisa mendadak.
Sekalipun pengalamannya juga sudah banyak, bukan berarti ia dapat bertanding kapan saja. Setiap lawan memiliki kekuatan dan kelemahan yang mesti dipelajari. Dengan begitu, dia mampu memanfaatkannya sebagai keuntungan diri.
Belum lagi terkait hal yang dipertandingkan itu sendiri. Seperti kemampuan berdebat atau hal-hal lain yang setiapnya butuh persiapan tersendiri. Tiadanya waktu yang cukup untuk persiapan membuatnya gak berani mengikuti pertandingan daripada pulang dengan tangan kosong.
Jika hanya asal bertanding tanpa memedulikan hasil serta akibatnya pada hubungan serta prioritas yang lain tentu mudah dilakukan. Namun, pertandingan seperti itu cenderung membuang-buang waktu, pikiran, serta tenaga.
Nanti seseorang yang sifatnya hanya meramaikan acara, FOMO, dan terlalu takut dianggap gak bernyali, bila mengabaikan tantangan dari lawan. Menolak bertanding dapat menjadi keputusan bijak, jika sudah melalui pertimbangan yang matang dan bukan sekadar takut gagal.