7 Alasan Tak Berambisi Cepat Kaya, Pilih Berproses Sewajarnya

Ingin kaya tentu gak salah. Dengan kekayaan, kamu bisa hidup lebih leluasa. Kamu tak perlu lagi terlalu pusing memikirkan berbagai kebutuhan karena pasti sudah terpenuhi dengan baik. Dirimu juga bisa sering-sering refreshing dengan berbagai pilihan kegiatan yang menyenangkan.
Tidak hanya dari sisi senang-senangnya, kekayaan kalau dimanfaatkan dengan bijak juga memberi dampak besar bagi sesama. Kamu dapat lebih rutin berdonasi tanpa perlu berhitung akan mengganggu pemenuhan kebutuhan atau gak. Namun, berambisi untuk cepat kaya berarti menargetkan kekayaan yang besar dalam waktu singkat.
Meski tak menolak untuk menjadi orang kaya, kamu secara sadar tidak mau memiliki ambisi seperti di atas. Dirimu ingin kaya melalui proses yang sewajarnya saja meski lebih lama. Atau malah tak kaya raya juga gak apa-apa buatmu. Tujuh hal berikut dapat menjadi penyebab dirimu tidak berambisi untuk kaya dalam waktu singkat.
1. Jika ambisi besar tapi gak tahu caranya malah stres sendiri

Besarnya ambisi tentang apa pun seperti dorongan yang luar biasa dalam diri. Dorongan ini harus disalurkan dalam cara-cara yang mempercepat terwujudnya keinginan. Ambisi segera kaya bermakna kamu tidak bisa bekerja seperti biasa. Karena bekerja sesuai rutinitasmu selama ini terbukti tak juga membuatmu menjadi orang kaya.
Namun, apa cara lain yang bisa kamu tempuh untuk mendapatkan kekayaan sebesar-besarnya dalam waktu singkat? Bila dirimu gak punya ide yang cemerlang, ambisi lekas kaya malah menekan mentalmu tanpa ampun.
Kamu tidak kunjung kaya, tetapi sudah stres duluan sampai berisiko mengalami gangguan jiwa. Menyadari bahaya dari ambisi yang gak diimbangi dengan pengetahuan akan cara meraih kekayaan, dirimu memilih menikmati proses.
2. Tahu caranya tapi belum tentu baik atau kuat menjalani

Andai pun kamu tahu sejumlah cara buat mengumpulkan lebih banyak kekayaan dalam waktu singkat, belum tentu semuanya baik. Kebanyakan caranya boleh jadi malah buruk seperti korupsi dana kantor, menipu orang, dan sebagainya. Jarang sekali kekayaan terkumpul dalam waktu amat singkat dengan jalan yang baik.
Dengan ambisi yang besar, dirimu gak akan bisa hanya mengandalkan keberuntungan seperti mendadak menang undian dan mendapatkan hadiah utama. Kalaupun ada beberapa cara halal untuk meraup kekayaan lebih banyak dan cepat, mungkin kamu yang tidak kuat dalam menjalaninya.
Seperti bekerja sampingan terlalu banyak sampai dirimu cuma tidur 3 jam sehari. Kamu berusaha menjaga diri dari berbagai keburukan dengan tak berambisi kaya cepat.
3. Punya pengalaman buruk dengan kekayaan

Kekayaan ternyata tidak hanya bisa memberikan pengalaman yang positif. Kamu termasuk yang mendapatkan pengalaman hidup negatif berkaitan dengan banyak harta. Misalnya, keluargamu hancur justru saat kekayaan orangtuamu mencapai puncaknya. Entah salah satu orangtua berselingkuh dan menyenangkan selingkuhannya dengan kekayaan itu atau ternyata harta keluarga hasil dari penggelapan uang.
Pengalaman seburuk ini membawamu pada kesimpulan bahwa mending tidak hidup kaya raya asalkan segala sesuatunya berjalan baik-baik saja. Hartamu dipastikan diperoleh dari sumber dan cara yang baik. Kehidupan pribadimu bersama keluarga kecil juga tak mengalami guncangan yang berarti karena berbagai kasus.
4. Tak sedikit penjahat mengincar orang yang ingin cepat kaya

Ambisi pribadimu apalagi terkait uang pasti mencuri perhatian orang. Sekalipun kamu merasa tidak mengumbar ambisi tersebut, keinginan yang begitu besar akan tampak dari perkataanmu. Sedikit banyak ucapanmu yang berkaitan dengan kesuksesan finansial terdengar begitu muluk dibandingkan kondisimu hari ini.
Kamu juga bekerja begitu keras yang diartikan orang sebagai adanya tujuan tertentu. Tidak mungkin hanya sekadar karena dirimu menyukainya. Kalau kamu bertemu orang baik, mereka memberikan dukungan untukmu.
Namun, apabila ada satu saja orang jahat di sekitarmu, kamu berada dalam bahaya besar. Dia bisa mengiming-imingimu dengan investasi bodong. Untung dirimu menyadari bahaya seperti ini sehingga mampu mengelola ambisi.
5. Takut kekayaannya hanya bertahan sekejap

Kamu tidak berambisi cepat kaya karena terpenting bagimu adalah kekayaan dapat dipertahankan dalam waktu selama mungkin bahkan ditingkatkan terus. Akan tetapi, hasil pengamatanmu menunjukkan bahwa orang yang kaya secara instan lebih mudah jatuh miskin lagi. Barangkali keadaannya saat terpuruk memang masih lebih baik daripada zaman mereka masih sengsara dulu.
Namun, tetap saja terjadi penurunan drastis dalam jumlah kekayaan mereka. Penyebabnya bisa macam-macam dan kamu gak mau berspekulasi terlalu jauh. Tapi bagimu ini cukup sebagai isyarat bahwa sekadar ingin cepat kaya malah bisa berbahaya.
Mending menambah kekayaan perlahan-lahan tetapi grafiknya bisa terus naik atau setidaknya stabil di titik tertentu. Jangan sampai kekayaanmu terjun bebas secepat kilat.
6. Merasa begini saja sudah bahagia

Buatmu yang mengutamakan kebahagiaan dalam hidup, uang hanya salah satu faktor pendukungnya. Dirimu gak munafik bahwa kekurangan uang akan merampas kebahagiaanmu. Tapi keadaanmu sekarang sudah tidak kekurangan. Walaupun belum kaya, kamu merasa telah bahagia berada di titik ini.
Tak ada yang tahu seandainya dirimu jauh lebih kaya daripada sekarang, apakah kamu tambah bahagia atau malah punya banyak masalah? Tidak mau mempertaruhkan kebahagiaanmu saat ini, dirimu memilih mencari aman dengan menikmati saja posisimu. Usaha untuk meningkatkan kekayaan tentu ada, tetapi kamu gak mau ngoyo dan ambisius.
7. Berasal dari keluarga menengah

Orang yang berasal dari keluarga miskin lebih mungkin termotivasi untuk membalik keadaan dengan mengejar kekayaan. Hidup kekurangan sangat tidak menyenangkan. Kalau nasib mereka lebih cepat berubah tentu terasa lebih baik. Kebutuhan aman, keinginan bisa diwujudkan tanpa banyak pikir, dan tak ada lagi hinaan dari sebagian orang.
Begitu pula orang yang berasal dari keluarga kaya cenderung akan lebih bersemangat untuk terus menambah asetnya. Mereka sudah dididik dengan cara-cara tertentu yang memperkuat keyakinan bahwa kekayaan amatlah berharga.
Sementara itu, kamu yang besar dalam keluarga menengah seakan-akan terjebak dalam zona nyaman terpenting hidup cukup. Mendapatkan lebih banyak kekayaan seiring perjalanan akan disyukuri, tapi hidup biasa-biasa saja seperti orangtuamu juga terasa memuaskan.
Tidak berambisi untuk menjadi sultan dalam tempo sesingkat-singkatnya bukan artinya kamu pemalas dan gak punya keinginan buat berkembang. Setiap hari dirimu akan tetap bekerja, menabung, dan merencanakan investasi tanpa terobsesi pada kekayaan. Kamu secara sadar membatasi diri agar pikiran dan tujuan hidupmu bukan semata-mata tentang harta.