Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Cara Interupsi Saat Diskusi, Gak Mengganggu Alur Pembicaraan!

ilustrasi interupsi saat diskusi (freepik.com/pressfoto)
Intinya sih...
  • Memilih waktu yang tepat untuk interupsi agar tidak mengganggu alur pembicaraan.
  • Bahasa tubuh dan isyarat non verbal membantu melakukan interupsi secara sopan.
  • Memulai interupsi dengan frasa yang menunjukkan penghargaan terhadap pembicara.

Dalam sebuah diskusi, penyampaian gagasan yang jelas dan tepat waktu menjadi faktor penting dalam menjaga dinamika percakapan yang produktif. Namun, tidak jarang muncul situasi di mana perlu untuk menyampaikan pendapat atau memberikan klarifikasi di tengah pembicaraan orang lain. Interupsi yang tidak tepat dapat mengganggu alur diskusi dan menimbulkan kesan tidak sopan.

Kemampuan untuk menyela dengan tepat menunjukkan tingkat keterampilan komunikasi yang baik dan pemahaman akan etika berbicara. Setiap pembicara memiliki ritme dan pola dalam menyampaikan pikirannya, sehingga memahami waktu yang tepat untuk berbicara menjadi hal yang esensial.

Supaya keadaan tetap kondusif, langsung saja intip ketujuh tips interupsi saat diskusi tanpa mengganggu alur pembicaraan berikut ini. Keep scrolling!

1. Menunggu jeda yang tepat

ilustrasi pria menginterupsi (freepik.com/8photo)

Memilih waktu yang tepat untuk menyela sangat penting agar interupsi tidak mengganggu pemaparan pemikiran pembicara. Jeda alami dalam percakapan, seperti setelah seseorang menyelesaikan satu pemikiran atau saat ada momen hening singkat, merupakan kesempatan yang baik untuk menyampaikan interupsi. Dengan menunggu jeda yang tepat, interupsi menjadi lebih alami dan tidak terkesan memotong pembicaraan secara tiba-tiba.

Selain itu, memahami pola berbicara lawan diskusi juga dapat membantu dalam menentukan kapan waktu yang paling sesuai untuk menyela. Beberapa orang berbicara dengan tempo cepat dan cenderung memberikan banyak informasi dalam satu kali penyampaian, sementara yang lain lebih sering berhenti sejenak untuk berpikir. Memanfaatkan momen-momen jeda ini menunjukkan rasa hormat terhadap pembicara sekaligus memberikan ruang bagi interupsi yang lebih halus.

2. Gunakan isyarat nonverbal

ilustrasi pria menginterupsi (freepik.com/8photo)

Bahasa tubuh memiliki peran besar dalam komunikasi, termasuk dalam melakukan interupsi secara sopan. Mengangkat tangan sedikit, mengangguk dengan ekspresi yang menunjukkan keinginan untuk berbicara, atau melakukan kontak mata dengan pembicara dapat menjadi sinyal bahwa ada sesuatu yang ingin disampaikan. Cara ini lebih halus dibandingkan langsung memotong pembicaraan secara verbal, sehingga mengurangi risiko gangguan terhadap jalannya diskusi.

Penggunaan isyarat nonverbal juga membantu dalam mengomunikasikan niat tanpa harus menggunakan kata-kata. Ketika pembicara menangkap sinyal tersebut, mereka cenderung lebih terbuka untuk memberikan kesempatan berbicara. Dengan begitu, interupsi dapat terjadi secara alami tanpa mengubah dinamika diskusi secara drastis.

3. Mulai dengan frasa yang menghargai

ilustrasi pria menginterupsi (freepik.com/stockking)

Memulai interupsi dengan frasa yang menunjukkan penghargaan terhadap pembicara dapat membantu menjaga suasana diskusi tetap kondusif. Menggunakan ungkapan seperti "Maaf, boleh menambahkan sesuatu?" atau "Saya setuju, dan ingin menambahkan sedikit pandangan" dapat membuat interupsi terasa lebih sopan. Dengan pendekatan ini, pembicara tidak akan merasa tersinggung karena tetap diberikan ruang untuk berbicara lebih lanjut.

Selain itu, penggunaan frasa yang sopan membantu memperkuat kesan bahwa interupsi dilakukan bukan untuk mengalihkan pembicaraan secara sepihak, melainkan untuk memperkaya diskusi. Sikap ini menunjukkan profesionalisme dalam berkomunikasi dan mencegah terjadinya kesalahpahaman di antara peserta diskusi.

4. Pastikan interupsi memiliki tujuan yang jelas

ilustrasi pria menginterupsi (freepik.com/8photo)

Interupsi yang tidak memiliki tujuan jelas berisiko mengganggu alur diskusi tanpa memberikan manfaat bagi percakapan. Sebelum menyela, penting untuk memastikan bahwa interupsi yang dilakukan bertujuan untuk memberikan tambahan informasi, meluruskan kesalahpahaman, atau menyampaikan pandangan yang relevan. Menghindari interupsi yang bersifat sekadar ingin berbicara tanpa alasan yang kuat dapat membantu menjaga kelancaran diskusi.

Dengan memiliki tujuan yang jelas, interupsi akan lebih mudah diterima oleh peserta diskusi lainnya. Ketika lawan bicara menyadari bahwa interupsi tersebut memberikan nilai tambah bagi percakapan, mereka lebih cenderung memberikan ruang untuk mendengarkan. Hal ini menciptakan dinamika komunikasi yang lebih produktif dan menghindari terjadinya percakapan yang terputus secara tidak perlu.

5. Gunakan nada suara yang tenang

ilustrasi pria menginterupsi (freepik.com/stockking)

Nada suara yang digunakan saat melakukan interupsi sangat memengaruhi bagaimana lawan bicara akan merespons. Menggunakan nada suara yang tenang dan tidak bernada tinggi akan membuat interupsi terasa lebih sopan serta tidak menimbulkan kesan mengintimidasi. Selain itu, berbicara dengan ritme yang tidak tergesa-gesa dapat membantu lawan bicara untuk memahami maksud dari interupsi tersebut.

Nada suara yang terlalu keras atau berlebihan dapat menyebabkan diskusi berubah menjadi perdebatan yang kurang sehat. Sebaliknya, dengan mempertahankan nada suara yang tenang, interupsi dapat diterima dengan lebih baik dan tidak menciptakan suasana tegang. Pendekatan ini juga menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan emosi selama berkomunikasi.

6. Hindari memotong pembicaraan di tengah kalimat

ilustrasi pria menginterupsi (freepik.com/KamranAydinov)

Salah satu kesalahan yang sering terjadi saat melakukan interupsi adalah memotong pembicaraan ketika lawan bicara belum menyelesaikan satu kalimat penuh. Tindakan ini dapat menimbulkan kesan tidak sabar dan kurang menghargai pendapat orang lain. Memberikan kesempatan kepada pembicara untuk menyelesaikan kalimatnya sebelum menyela dapat mencerminkan sikap yang lebih menghormati dinamika diskusi.

Selain itu, mendengarkan hingga akhir kalimat memungkinkan pemahaman yang lebih baik terhadap isi pembicaraan. Dengan begitu, interupsi yang dilakukan menjadi lebih relevan dan sesuai dengan konteks diskusi. Sikap ini juga membantu membangun hubungan komunikasi yang lebih baik dan mengurangi risiko kesalahpahaman antara peserta diskusi.

7. Sesuaikan dengan konteks diskusi

ilustrasi pria menginterupsi (freepik.com/8photo)

Setiap diskusi memiliki dinamika yang berbeda, sehingga penting untuk menyesuaikan cara melakukan interupsi dengan situasi yang ada. Dalam diskusi yang bersifat formal, interupsi harus dilakukan dengan lebih hati-hati dan menggunakan bahasa yang lebih sopan. Sebaliknya, dalam diskusi yang lebih santai, interupsi dapat dilakukan dengan cara yang lebih fleksibel tanpa mengurangi rasa hormat terhadap lawan bicara.

Memahami konteks diskusi juga membantu dalam menentukan tingkat urgensi dari interupsi yang dilakukan. Jika topik yang sedang dibahas bersifat sensitif atau memerlukan pemikiran mendalam, interupsi sebaiknya dilakukan dengan pertimbangan yang matang. Dengan menyesuaikan cara menyela sesuai dengan situasi, komunikasi dapat berjalan lebih lancar dan tetap harmonis.

Melakukan interupsi dalam diskusi bukanlah hal yang dilarang, tetapi perlu dilakukan dengan cara yang tepat agar tidak mengganggu alur pembicaraan. Meningkatkan keterampilan dalam menyela secara sopan tidak hanya bermanfaat dalam komunikasi sehari-hari, tetapi juga dalam lingkungan profesional yang memerlukan koordinasi dan kerja sama yang baik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us