Awas Bias, 7 Hal Toksik Ini Kerap Muncul dari Perkara Baik

Segala sesuatu pasti memiliki sisi baik dan buruk. Bahkan, perkara yang lazimnya dianggap sebagai kebaikan pun pada suatu titik dapat menjelma hal buruk nan toksik.
Nah, hal-hal toksik yang muncul dari perkara baik ini perlu diwaspadai. Jangan sampai kita terjerumus ke dalamnya gara-gara bias menganggap hal tersebut (masih) baik.
Apa saja, sih, hal toksik yang sering menjelma dari sesuatu yang baik? Berikut kami paparkan tujuh di antaranya!
1. Toxic Positivity
Pertama, ada toxic positivity (positivitas toksik) yang sering digaungkan dewasa ini. Toxic positivity merupakan kondisi seseorang yang selalu beranggapan bahwa semua masalah harus selalu dilewati dengan berpikir positif.
Orang yang memiliki perilaku ini biasanya akan terus mendorong orang lain yang sedang bermasalah untuk melihat sisi baik dari kehidupan, tanpa mempertimbangkan perasaan atau memberi kesempatan untuk meluapkan perasaannya, dan justru menolak mentah-mentah emosi negatif.
Kalimat-kalimat yang mengandung toxic positivity antara lain: jangan menyerah, kamu pasti bisa; kamu harus bersyukur; positive thinking, semua pasti akan baik-baik saja."