Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi perempuan muda (Unsplash.com/sean Kong)
ilustrasi perempuan muda (Unsplash.com/sean Kong)

Kebahagiaan hidup seringkali menjadi tujuan yang ingin dicapai semua orang. Gak melulu tentang hidup bergelimang harta atau pencapaian karier yang luar biasa, orang justru kerap menargetkan kebahagiaan dalam versi yang lebih sederhana, yaitu menemukan ketenangan batin agar hidup penuh dengan kedamaian. 

Seringkali tujuan ini didukung oleh kalimat reminder yang mampu jadi 'mantra' ajaib untuk memotivasi diri. Kalau ingin rasakan damainya hidup, ingat baik-baik kalimat reminder berikut ini, ya.

1. Hidup terlalu singkat untuk terjebak dalam ketidakbahagiaan

ilustrasi bersedih (Unsplash.com/Elia Pellegrini)

Hidup memang gak selalu dikelilingi dengan kebahagiaan setiap saat. Namun, bukan berarti hari-harimu bisa dibiarkan begitu saja dalam ketidakbahagiaan. Hidup akan terasa terlalu singkat jika rasa tidak bahagia itu terus tercipta selama lima hari seminggu dengan dua hari jeda libur.

Bahagia itu tetap bisa diciptakan setiap waktu meski akan selalu ada hal-hal tak terduga yang mampu membuyarkan fokus kita. Andai ada kekecewaan atau kesedihan yang dirasakan, kita bisa memilih untuk segera mengatasinya agar tidak terus terpuruk di dalamnya.

Jangan sia-siakan hidup hanya untuk terus terjebak perasaan tidak bahagia. Kamu bisa memilih untuk bangkit kalau ada niat dan mau berusaha. Pilihan selalu ada di tanganmu sendiri.

2. Kamu gak akan terlihat baik dengan memperlihatkan keburukan orang lain

ilustrasi gosip (Unsplash.com/Ben White)

Hampir sebagian besar orang selalu ingin tampak lebih baik dan unggul dibanding orang lain. Bukan hanya dalam hal pendidikan dan karier, urusan hubungan hingga pasangan pun kerap dijadikan bahan adu nasib agar orang tahu dirinya jauh lebih baik dari orang lain.

Sayangnya, ada saja segelintir orang yang memilih memperlihatkan keburukan orang lain demi dianggap lebih baik. Padahal, sikap semacam ini justru memberi hasil yang sebaliknya. Semakin berusaha menunjukkan keburukan orang lain, kamu justru seperti merendahkan diri hingga akan dinilai lebih buruk.

3. Kalau kamu mudah diprovokasi, siap-siap saja masuk dalam kendali orang lain

ilustrasi persahabatan toksik (unsplash.com/Afif Kusuma)

Gak bisa dimungkiri kalau di sekitar kita akan selalu ada orang yang hobi memprovokasi teman bahkan kerabatnya sendiri. Apa pun tujuannya, provokasi ini mampu memberi dampak negatif pada mental seseorang saat gak bisa lepas dari jeratannya.

Parahnya lagi, saat kamu terjebak provokasi, maka hidupmu jadi mudah dikendalikan orang lain. Mereka yang punya tujuan tertentu dan memakai cara-cara provokatif, akan menggiringmu dalam 'skenario' yang sudah dipersiapkan. Itulah kenapa kita gak boleh mudah termakan provokasi demi tetap memegang penuh kendali diri.

4. Masa-masa sulit akan mampu membentuk diri makin berkualitas

ilustrasi perempuan muda (Unsplash.com/sean Kong)

Gak ada jalan yang selalu mulus tanpa hambatan atau masalah sebab semua adalah cobaan dan ujian kehidupan. Saat sedang banyak masalah, hambatan karier, hingga merasakan perjuangan yang berat, kita mungkin merasa sedang terjebak dalam masa-masa sulit yang hampir membuat diri ingin menyerah.

Namun, saat terus berjuang menghadapi dan mampu melewatinya, justru kualitas pribadi kita yang akan meningkat. Itulah sekolah kehidupan yang akan kita ikuti demi upgrade kualitas diri. Masa-masa sulit itu justru jadi cara alam untuk membentuk diri sebagai pribadi yang makin tangguh.

5. Jangan marah dengan sikap tidak hormat orang lain padamu

ilustrasi menatap teman berbicara (Unsplash.com/Tim Gouw)

Setiap orang memang bisa berbeda satu dengan yang lain, jadi gak heran kalau sifatnya pun bisa berlainan. Terkadang kita akan bertemu dengan sosok yang sulit menghargai dan menghormati orang lain. Kondisi ini pun tak pelak menimbulkan rasa tidak suka kita pada sosok tersebut.

Andai sosok ini enggan menaruh hormat padamu, gak perlu marah apalagi sampai membalas. Biarkan saja dia dengan cara hidupnya dan tetaplah fokus pada tujuan hidupmu serta prinsip-prinsip kehidupan yang kamu jalani. Jika mampu, balas dengan rasa hormat yang akan jadi bukti kalau kamu adalah pribadi yang lebih baik.

6. Berhenti mengharap kejujuran dari orang yang membohongi dirinya sendiri

ilustrasi perempuan muda (Unsplash.com/Priscilla Du Preez)

Mengharapkan semua orang di sekitar kita bersikap jujur tentu bukan hal yang buruk. Hanya saja saat harapan akan kejujuran itu dihadapkan pada sosok yang gemar menciptakan kebohongan, kekecewaan bisa saja muncul hingga merenggut kedamaian dan ketenangan hidup kita sendiri.

Parahnya lagi, kita akan makin terluka jika mengharap kejujuran dari orang yang terbiasa membohongi dirinya sendiri. Berhentilah berharap pada orang semacam ini. Jalani hidup dengan prinsip kejujuran yang sudah kamu anut selama ini tanpa menaruh harapan terlalu besar pada orang lain untuk bertindak hal serupa.

7. Simpan penjelasan hanya untuk mereka yang mau memahamimu

ilustrasi menolak bicara (unsplash.com/Obie Fernandez)

Sudah jadi rahasia umum kalau orang yang menyukaimu akan selalu membela dan berada di pihakmu, sedangkan orang yang membencimu gak akan sudi mendengar pembelaanmu hingga memilih terus menyalahkan meski kamu di pihak yang benar. Kondisi ini nyata terjadi dan bisa dialami siapa saja.

Jadi, jangan buang-buang waktu dan tenagamu untuk klarifikasi apa yang sudah terjadi sebenarnya. Mereka yang membencimu gak akan mau mendengar. Simpan saja penjelasanmu hanya untuk mereka yang mau memahamimu dan abaikan mereka yang terus menyerang kesalahanmu.

Hidup memang dipenuhi dengan dinamika yang gak bisa kita duga arah dan hasil akhirnya. Namun, lewat ketujuh reminder tadi, setidaknya kita jadi lebih mampu memotivasi diri untuk terus fokus meraih hidup yang lebih menenangkan dan penuh dengan kedamaian. Yuk, bangkit dan ciptakan bahagiamu sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorT y a s