Apa itu Stockholm Syndrome? Ini 5 Fakta Menariknya

Kerap dikaitkan dengan Lesti Kejora usai cabut laporan KDRT

Pedangdut Lesti Kejora dikabarkan telah mencabut laporan KDRT dan memilih untuk memaafkan pelaku. Istilah stockholm syndrome ini mulai mencuat ketika warganet menghubungkannya dengan kasus yang dialami artis tersebut.

Alih-alih membenci pelaku kekerasan atau peculikan, korban justru semakin simpati. Namun, bagaimana sebenarnya fenomena psikologi ini bisa terjadi? Simak ulasan seputar asal istilah stockholm syndrome, gejala, hingga penyebabnya berikut ini.

1. Apa itu stockholm syndrome?

Apa itu Stockholm Syndrome? Ini 5 Fakta MenariknyaIlustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/@keira-burton)

Stockholm syndrome merupakan fenomena psikologis yang kerap terjadi pada korban penculikan atau penyanderaan. Dilansir Cleveland Clinic, stockholm syndrome merupakan respons psikologis yang muncul ketika korban berada dalam situasi yang sulit. Fenomena ini juga disebut bentuk pertahanan diri korban terhadap tindak kekerasan karena merasa lemah dan tidak berdaya dalam situasi tersebut.

Hal ini memungkinkan korban memiliki perasaan yang positif terhadap pelaku. Ada perubahan sikap yang melunak dan malah bersimpati kepada pelaku yang sudah melakukan tindak kejahatan. Kondisi ini bisa saja terjadi pada kasus kekerasan terhadap anak, pelatih dan atlet, hingga kekerasan dalam suatu hubungan.

2. Istilah stockholm syndrome sudah ada sejak tahun 1973

Apa itu Stockholm Syndrome? Ini 5 Fakta MenariknyaIlustrasi kekerasan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Istilah stockholm syndrome sudah ada sejak tahun 1973. Berawal dari kejadian perampokan di salah satu bank di Stockholm, Swedia. Dikutip Medical News Today, Jan Erik Olsson dan rekan narapidanya lainnnya melakukan perampokan serta menyekap empat pegawai bank. Mereka menyandera keempat orang tersebut di salah satu ruang brankas selama enam hari.

Menariknya, keempat korban itu justru punya hubungan emosional positif yang kuat dengan kedua pelaku. Setelah korban dibebaskan, mereka tidak ingin bersaksi di pengadilan. Bahkan, korban berupaya mengumpulkan dana untuk membela pelaku. Kriminologis dan psikiatris Nils Bejerot lantas mengungkapkan istilah stockholm syndrome sebagai respons psikologis yang muncul setelah kejadian penyekapan itu.

3. Gejala stockholm syndrome

Apa itu Stockholm Syndrome? Ini 5 Fakta Menariknyailustrasi kekerasan seksual (unsplash.com/ohshoothannah)

Sebagaimana gangguan psikologis lainnya, stockholm syndrome juga memiliki beberapa gejala yang harus diperhatikan, diantaranya:

dm-player
  • Terdapat perasaan positif yang berkembang terhadap pelaku kekerasan
  • Korban bersimpati terhadap perilaku yang dilakukan oleh pelaku
  • Muncul perasaan negatif terhadap orang-orang yang berusaha menyelamatkan korban, seperti polisi, keluarga, maupun pihak berwenang lainnnya

Cleveland Clinic menyebutkan bahwa ada beberapa gejala lain yang serupa dengan gejala Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), diantaranya:

  • Korban mudah merasa cemas, sensitif
  • Korban selalu mengenang masa lalu
  • Korban gak bisa menikmati hal-hal yang biasanya ia lakukan
  • Susah berkonsentrasi

Baca Juga: Mengenal Duck Syndrome, Gangguan Psikologis yang Jarang Disadari

4. Penyebab terjadinya stockholm syndrome

Apa itu Stockholm Syndrome? Ini 5 Fakta MenariknyaIlustrasi kekerasan fisik (pexels.com/Karolina Grabowska)

Umumnya, korban mungkin akan merasa takut ketika berhadapan dengan pelaku penculikan, penyanderaan, atau pelaku kekerasan. Kebalikannya, fenomena stockholm syndrome ini justru menunjukkan perasaan positif korban kepada pelaku. Dilansir Simply Psychology, hal ini bisa saja terjadi karena beberapa faktor, sebagai berikut:

  • Pelaku dan korban berada dalam situasi dan kesulitan yang sama, misalnya berada di tempat sempit dan kekurangan makanan.
  • Pelaku menunjukkan beberapa hal baik seperti mengurungkan niat untuk menyakiti para korban.
  • Korban mungkin merasa takut karena diancam tetapi juga bergantung pada pelaku untuk bisa bertahan hidup.

5. Apa yang bisa dilakukan untuk menolong orang yang mengalami stockholm syndrome?

Apa itu Stockholm Syndrome? Ini 5 Fakta Menariknyailustrasi kekerasan (unsplash.com/@fairytailphotography)

Simply Psychology memaparkan beberapa cara untuk bisa menolong seseorang yang mungkin saja mengalami stockholm syndrome. Berikut beberapa hal yang harus kamu lakukan untuk menyikapi kondisi ini:

  • Coba dengarkan korban tanpa menghakimi. Korban sedang berusaha untuk memproses apa yang sedang terjadi pada dirinya.
  • Lebih baik hindari keinginan untuk meyakinkan korban bahwa tindakan pelaku itu jahat. Hal ini memungkinkan korban semakin membela pelaku.
  • Korban yang mengalami hubungan manipulatif bisa mengalami disonansi kognitif, yang mana korban akan bingung dengan apa yang sedang terjadi. Itu sebabnya, kamu bisa perlahan membantu korban untuk mendukung apa yang benar.
  • Ajak korban untuk mengonsultasikan kondisi ini kepada ahli, seperti psikolog atau psikiater.

Demikian ulasan singkat seputar stockholm syndrome. Fenomena ini bisa terjadi dalam hubungan kekerasan hingga perdagangan seks. Hati-hati, ya!

Baca Juga: 5 Tanda Seseorang Mengalami Denial Syndrome, Menyangkal Fakta yang Ada

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya