Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi orang belanja (pexels.com/Anna Tarazevich)
ilustrasi orang belanja (pexels.com/Anna Tarazevich)

Intinya sih...

  • Belanja grosir gak efektif saat punya banyak kebutuhan lainAlih-alih belanja satu barang secara grosir biar dapat harga lebih murah, nyatanya keterbasan dana bikin pemenuhan kebutuhan lain jadi terhambat.

  • Belanja grosir gak efektif saat hanya untuk kebutuhan satu orangNyatanya, saat hanya untuk satu orang justru lebih hemat dan efektif saat beli saja makanan jadi. Tinggal duduk manis, gak perlu keluar tenaga buat masak.

  • Sebelum pakai metode belanja grosir, harus punya dana darurat duluLogikanya, dana darurat bisa dipakai belanja kapan pun saat memang butuh. Jangan sampai uang terlanjur habis di awal bu

Bagi kamu yang masuk kategori kemampuan ekonomi menengah ke bawah, tentu punya banyak strategi supaya pemenuhan kebutuhan bisa jauh lebih efektif. Salah satunya, yakni belaja kebutuhan secara grosir atau dalam jumlah yang banyak biar harganya jauh lebih murah.

Padahal, meski harganya lebih hemat, belanja dengan kuantitas tinggi dalam satu waktu itu belum tentu efektif, lho. Bisa jadi secara siklus keuangan justru lebih produktif beli beli eceran. Sebagai bahan pertimbangan, langsung simak ulasan selengkapnya di bawah ini.

1. Belanja grosir gak efektif saat punya banyak kebutuhan lain

ilustrasi orang belanja (pexels.com/RDNE Stock project)

Alih-alih belanja satu barang secara grosir biar dapat harga lebih murah, nyatanya keterbasan dana bikin pemenuhan kebutuhan lain jadi terhambat. Dengan kata lain, belanja kebutuhan secara grosir itu hanya efektif ketika punya modal besar di awal. Sehingga tidak mengganggu jatah belanja kebutuhan pokok lainnya.

Belanja kebutuhan secara grosir itu kurang cocok untuk kalangan ekonomi menengah ke bawah dengan banyak tanggunggan anggota, lengkap dengan kebutuhannya yang variatif. Jika gaji masih terasa pas-pasan, gak ada salahnya untuk belanja eceran asal semua jenis kebutuhan pokok bisa terpenuhi dengan baik, ya.

2. Belanja grosir gak efektif saat hanya untuk kebutuhan satu orang

ilustrasi orang belanja (pexels.com/Mike Jones)

Misalnya saja dalam konteks kebutuhan pangan. Masak sendiri dengan belanja mingguan atau bulanan secara langsung gak cuma hemat secara biaya, tapi juga efektif jika memang untuk keluarga besar.

Tapi, berbeda halnya jika kamu misal tengah merantau sendirian. Bisa jadi, masak sendiri dengan punya stok bahan makanan justru bikin rugi dalam banyak aspek. Seperti porsimu yang kecil bikin sisa bahan sekali pakai jadi terbuang sia-sia.

Alih-alih belanja bahan masak secara grosir untuk sebulan. Nyatanya, saat hanya untuk satu orang justru lebih hemat dan efektif saat beli saja makanan jadi. Tinggal duduk manis, gak perlu keluar tenaga buat masak.

3. Belanja grosir berpeluang mubazir

ilustrasi kegiatan belanja (pexels.com/Jack Sparrow)

Secara lebih kompleks, belanja grosir dalam kuantitas yang cukup banyak juga berpeluang mubazir. Mulai dari salah atau kurangnya penghitungan sehingga stok barang yang melimpah itu belum habis padahal sudah masuk masa kedaluwarsa.

Mungkin juga satu jenis barang saat ini terasa cocok, beli grosir biar lebih hemat. Ternyata, di tengah jalan sudah gak cocok lagi, ada barang sejenis yang kualitasnya lebih baik lagi, dan sebagainya. Tentu, dalam hal ini menjadi kerugian tersendiri lantaran barang terkait berpotensi terbuang sia-sia.

4. Sebelum pakai metode belanja grosir, harus punya dana darurat dulu

ilustrasi pengelolaan keuangan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Belanja grosir memang gak ada salahnya lantaran punya benefit harga yang lebih terjangkau. Tapi, dana darurat gak kalah penting untuk kamu siapkan dengan menyishkan gaji bulananmu.

Logikanya, dana darurat bisa dipakai belanja kapan pun saat memang butuh. Sebaliknya, apakah barang belanjaan secara grosir bisa berubah jadi uang tunai saat kamu di tengah masalah dan butuh pembiayaan? Pikirkan baik-baik. Jangan sampai uang terlanjur habis di awal buat belanja, dan di saat itu juga dadakan butuh biaya.

Apalagi, jika kamu masuk kategori ekonomi menengah ke bawah. Alangkah baiknya jika gaji gak habis dalam satu waktu untuk belanja grosir tanpa punya dana saat terhimpit di situasi dan kondisi darurat.

Nah, itu tadi sederet ulasan pertimbangan sebelum memilih belanja kebutuhan secara grosir. Tentunya, mau belanja eceran maupun grosir punya kelebihan dan kekurangan, ya. Jadi, bijaklah dalam memilih metode belanja kebutuhan versi kamu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAgsa Tian