ilustrasi perayaan tahun baru Imlek (pexels.com/RDNE Stock Project)
Tahun Baru Imlek memiliki makna yang mendalam sebagai tradisi Tionghoa, menggabungkan unsur-unsur spiritual, budaya, dan keberuntungan untuk menyambut awal tahun baru dalam kalender lunar. Dilansir Asia For Educators, bagi orang Tionghoa di Tiongkok dan komunitas etnis di seluruh dunia, tahun baru Lunar merupakan perayaan paling signifikan dan meriah sepanjang tahun.
Seiring dengan tradisi agraris Tiongkok yang telah berlangsung berabad-abad, periode ini menjadi waktu istirahat bagi para petani dari pekerjaan ladang mereka. Di samping itu, hujan yang dianggap sebagai lambang keberuntungan pada perayaan Imlek memiliki akar dalam sejarah etnis Tionghoa yang sebagian besar menekuni profesi sebagai petani.
Kehidupan mereka sangat tergantung pada pertanian, sehingga hujan dianggap sebagai anugerah yang membawa keberkahan. Diceritakan bahwa perayaan Imlek berasal dari cara petani Tiongkok menyambut musim semi. Perayaan ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur karena mereka merasa diberkahi, mulai dari hasil panen yang melimpah hingga keindahan musim semi.
Tidak hanya disebut sebagai Tahun Baru Imlek, perayaan ini juga sering disebut sebagai Festival Musim Semi. Sampai saat ini, Tahun Baru Imlek yang identik dengan hujan tidak hanya dianggap sebagai perayaan keagamaan, tetapi juga diwariskan sebagai tradisi dan budaya dari generasi ke generasi.
Hujan dianggap sebagai simbol berkah dan keberuntungan, menambahkan nuansa kehangatan dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Dengan demikian, Imlek yang selalu terkait dengan musim hujan bukan hanya sebuah perayaan keagamaan, melainkan sebuah cerminan kebijaksanaan budaya dan spiritual yang terus berkembang dalam sejarah panjang dan kaya budaya Tionghoa.