Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Alasan Kehidupan Masa Dewasa Sering Kali Berat untuk Dijalani

ilustrasi merenung (pexels.com/Liza Summer)
ilustrasi merenung (pexels.com/Liza Summer)

Ketika masih anak-anak dulu, mungkin banyak dari kita yang merasa ingin cepat besar alias tumbuh dan berkembang menjadi orang dewasa. Salah satu alasannya adalah karena orang dewasa punya uang sendiri dan bebas beli apa pun yang mereka mau. Nah, sekarang saat mimpi itu sudah terwujud, rasanya kok tidak selalu sesuai dengan ekspektasi, ya?

Begitu sudah benar-benar menjadi sosok dewasa, kamu baru menyadari betapa fase ini tidaklah seindah yang terlihat saat masih kecil dulu. Pasalnya, menjalani kehidupan sebagai orang dewasa ternyata sangat melelahkan dan tidak jarang membuat pikiran mudah stres. Lantas, apa yang menyebabkan terjadinya situasi semacam itu, ya? Simak beberapa alasannya di bawah ini, yuk!

1. Kamu dituntut untuk menjalankan berbagai peran

ilustrasi keluarga kecil (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi keluarga kecil (pexels.com/Gustavo Fring)

Tumbuh dewasa bukan hanya soal usia dan kematangan emosional. Pasalnya, ternyata ada hal tidak kalah penting yang hampir selalu sukses menimbulkan perasaan kewalahan bila tidak disikapi dengan bijak, yaitu masalah menjalankan beragam peran. Apa maksudnya, sih?

Ketika kamu sudah resmi memasuki usia dewasa, sering kali yang terjadi bukan lagi memikirkan tentang diri sendiri. Kamu juga akan menjalani peran lain, contohnya sebagai pekerja, pasangan, suami atau istri, orangtua, dan mungkin ada peran-peran yang lebih banyak lagi.

Kendati hal semacam itu lumrah karena memang sudah fasenya, tetapi tidak bisa dimungkiri bahwa tetap ada perasaan lelah karena harus mampu mengatur emosi sedemikian rupa, sesuai dengan peran yang sedang dijalani. Padahal, situasi tentu tidak selalu berjalan lancar dan perasaan pun tidak selalu bahagia saat harus berganti peran. Inilah mengapa kehidupan dewasa begitu menantang.

2. Ada tanggung jawab membangun masa depan yang layak

ilustrasi seseorang yang sedang sibuk bekerja (pexels.com/ThisIsEngineering)
ilustrasi seseorang yang sedang sibuk bekerja (pexels.com/ThisIsEngineering)

Waktu masih kecil dulu, kehidupan terasa begitu menyenangkan. Pasalnya, ada orangtua atau keluarga terdekat yang bertanggung jawab memikirkan segala kebutuhanmu. Kamu bebas menggunakan waktu untuk bermain dan belajar tanpa punya beban untuk memikul tanggung jawab yang berat. Pokoknya, worry-free, deh!

Kini setelah tumbuh dewasa, kamu tidak lagi memandang hidup dengan cara yang sama. Bagaimana tidak, kamu sekarang harus menghadapi kenyataan bahwa punya tanggung jawab besar untuk bekerja keras demi membangun masa depan yang layak. Sekali pun memilih untuk tidak menikah dan hanya punya tanggungan terhadap diri sendiri, kamu tidak bisa lepas dari hal tersebut. Tidak dapat dimungkiri, memang rasanya melelahkan sekali, ya?

3. Sadar bahwa tidak selalu bisa lari dari realita tanpa adanya konsekuensi nyata

ilustrasi seorang pria yang sedang lelah bekerja (pexels.com/Edward Jenner)
ilustrasi seorang pria yang sedang lelah bekerja (pexels.com/Edward Jenner)

Menjalani peran sebagai manusia dewasa tidak jauh-jauh dari urusan keluarga dan pekerjaan. Kendati sadar betul akan segala tanggung jawab tersebut, bukan lantas bebas dari rasa kewalahan yang terkadang sulit untuk dikendalikan. Kalau sudah lelah secara fisik dan mental begini, tentu hanya ingin "menghilang" dulu demi bisa menenangkan diri, entah dengan melakukan me time, pergi liburan, atau cara-cara lainnya.

Sayangnya, lari dari realita seperti itu tidak bisa dilakukan sesuka hati tanpa adanya konsekuensi nyata. Sejenak meninggalkan rutinitas dan mencari suasana baru memang berhasil membuat pikiran segar dan hati nyaman. Namun, kalau terlalu lama, pasti banyak terjadi kekacauan, seperti pekerjaan yang menumpuk, dan sebagainya. Ya, suka atau tidak, pada kenyataannya kamu memang tidak lagi bisa jalani hidup yang bebas kalau sudah dewasa.

Kehidupan di masa dewasa memang sering kali berat untuk dijalani. Kendati begitu, bukan berarti kamu harus terus merasa sengsara. Selagi mau, kamu tetap berkesempatan untuk menciptakan kebahagiaan di sela-sela tuntutan hidup, kok. Jadi, bersemangatlah dan selalu optimis, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ananda Zaura
EditorAnanda Zaura
Follow Us