Uang mungkin bisa membantu kamu untuk memenuhi berbagai kebutuhan, seperti untuk makan, tinggal, dan berpakaian. Namun, kamu mungkin sudah gak asing lagi dengan kata-kata, “uang gak menjamin kebahagiaan”.
Lantas, apakah hal tersebut benar adanya? Nah, berikut merupakan beberapa alasan mengapa uang sebenarnya gak bisa membeli kebahagiaan. Yuk, simak!
Dikutip Arrest Your Debt, Courtney Luke, seorang Financial Coach menyebutkan bahwa kebahagiaan seseorang itu muncul dari dalam, bukan dari luar. Kebahagiaan adalah mengenai sudut pandang atau sikap terhadap sesuatu.
Maka dari itu, membeli barang mahal mungkin akan membuat kamu bahagia, namun kebahagiaan tersebut bukan berasal dari “barang mahal” melainkan esensi atau rasa syukur yang kamu miliki. Jika kamu mampu membeli ribuan barang mahal tersebut dengan mudah, maka rasanya tidak akan sama lagi seperti ketika kamu harus berusaha keras untuk mendapatkannya.
Jika berbicara terkait uang dan kepuasan, maka gak akan pernah ada habisnya. Courtney Luke memaparkan studi terhadap lima penelitian terkait 1.6 juta orang di 162 negara yang mengungkapkan, memiliki lebih banyak uang terkadang gak mengarah pada perasaan puas dari waktu ke waktu atau biasa disebut juga “treadmill hedonis”.
Perilaku tersebut mengarah pada gagasan bahwa seseorang gak pernah benar-benar bahagia atas tingkat konsumsinya dan kerap kali memikirkan apa yang gak dimilikinya. Bahkan, hal tersebut bisa membuat orang merasa jengkel, kesal, dan gak puas atau dirinya sendiri yang tentu saja akan berpengaruh pada psikologisnya.
Manusia sebagai makhluk sosial gak bisa hidup tanpa orang lain, begitu pula untuk mendapatkan kebahagiaannya. Keluarga harmonis merupakan salah satu contoh yang gak bisa dibeli oleh uang.
Courtney Luke mengatakan, hubungan memang bukan satu-satunya sumber kebahagiaan dalam hidup, tetapi hubungan yang baik sering kali ada korelasinya dengan kebahagiaan. Sehingga, penting bagi kamu untuk membangun hubungan baik dengan orang lain.
Sebagai manusia, terkadang kita memang harus selalu berjalan maju untuk mencapai kesejahteraan secara finansial. Meskipun demikian, jangan sampai kamu bekerja hanya sekadar untuk menghasilkan banyak uang.
Dilansir Psychology today, Gary Bernhard, Ed.D. and Kalman Glantz, Ph.D. menyebutkan bahwa ketika kamu berpikir untuk menghasilkan lebih banyak uang. Maka, jangan lupa juga untuk memikirkan sisi kesejahteraan.
Kesejahteraan tersebut bisa berasal dari banyak hal seperti memiliki waktu bersama keluarga, teman, dan sebagainya. Kebahagiaan itu bisa berasal dari hal-hal sederhana seperti mengerjakan proyek bersama teman, merawat hewan peliharaan, dan sebagainya.
Setiap orang pasti memiliki kecemasannya tersendiri, seperti cemas apakah besok ada uang untuk makan dan sebagainya. Sehingga, kamu pasti akan berpikir bahwa jika memiliki banyak uang maka kamu akan terbebas dari rasa cemas.
Padahal, ketika kamu memiliki uang yang banyak, kecemasan tetap muncul juga. Dikutip Money Tamer, Stefa Mantilla seorang Financial Education Instructor menyebutkan bahwa dengan memiliki banyak uang kamu bisa membeli apa pun, tetapi gak bisa membeli kepuasan.
Banyak yang berpikir bahwa jumlah uang yang dimiliki akan cukup untuk hidup dalam kondisi tenang. Padahal, jika konsep itu terus berlanjut akan menjadi keserakahan dan membuat orang merasa gak tenang dengan pikirannya.
Orang yang cenderung merasa kurang akan mengalami perasaan frustrasi dan selalu membutuhkan lebih banyak uang lagi. Sehingga, nantinya akan membuat seseorang memiliki kecemasan atau ketakutan tertentu.
Kunci kebahagiaan seseorang bukanlah dari seberapa banyak materi yang dimilikinya, melainkan dari perasaan cukup dan hati yang tenang. Namun, itu bukan berarti kamu bisa malas-malasan bekerja dan gak mau belajar lebih baik lagi, ya!