TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Kebiasaan Marah yang Baik menurut Aristoteles, Logis Banget

Kebiasaan marah ini tak mudah untuk dilakukan 

ilustrasi kesal (pexels.com/Karolina Grabowska)

Marah merupakan salah satu emosi yang secara natural dapat dirasakan oleh semua manusia. Emosi negatif ini biasanya timbul jika ada pemicu, seperti merasa direndahkan, diserang, diperlakukan tidak adil, dan lain sebagainya.

Ketika marah, manusia cenderung kehilangan kendali diri dan melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan penyesalan di masa yang akan datang. Jenis marah seperti inilah yang paling umum dan terasa mudah sebab kita hanya perlu mengikuti emosi sesaat yang menggebu-gebu.

Dalam buku The Nicomachean Ethics, filsuf Yunani, Aristoteles menulis sebuah ungkapan yang berbunyi, “Siapa pun bisa marah. Marah itu mudah, tetapi marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik, bukanlah hal yang mudah.”.

Ungkapan tersebut memunculkan perspektif baru terkait kebiasaan marah yang baik yang hendaknya bisa diamalkan oleh semua orang. Dengan begitu, hal-hal yang seharusnya tidak terjadi pun dapat dihindari. Berikut ini adalah penjabaran lebih lanjut mengenai pernyataan Aristoteles tersebut.

1. Marah pada orang yang tepat 

ilustrasi menasihati seseorang (pexels.com/Sora Shimazaki)

Kamu hendaknya selalu mengingat apa atau siapa yang memicu amarah. Jangan sampai orang yang tidak mengetahui apa-apa menjadi sasaran pelampiasan emosimu.

Misalnya, kamu mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari rekan kerjamu. Maka, orang yang seharusnya mendapat teguran adalah si rekan kerja tersebut. Jangan sampai permasalahan di tempat kerja terbawa-bawa ke rumah hingga pasangan dan anak-anak pun terkena imbasnya.

Baca Juga: 5 Alasan Kamu Tidak Perlu Marah-marah saat Orang Lain Merendahkanmu

2. Marah dengan kadar yang sesuai

ilustrasi menegur seseorang (pexels.com/RODNAE Productions)

Marah dengan cara yang baik selanjutnya adalah marah dengan kadar yang sesuai. Tidak perlu melebih-lebihkan amarah hingga menyulut permasalahan baru.

Misalnya, bawahanmu di kantor tidak melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Kamu hanya perlu memberi peringatan padanya, tanpa perlu menyebarluaskan permasalahan tersebut, apalagi sampai ke luar kantor.

3. Marah di waktu yang tepat 

ilustrasi dua orang berdiskusi (unsplash.com/LinkedIn Sales Solutions)

Marah yang baik memang sangat sulit dilakukan, khususnya marah di waktu yang tepat. Waktu yang tepat untuk marah bukan saat kamu sedang merasa marah. Akan tetapi, luapkanlah emosi negatifmu itu ketika ia sudah mereda.

Artinya, mulailah marah ketika dirimu merasa bahagia. Dengan begitu, kamu akan menggunakan cara yang bijak dan pemilihan kata yang lebih baik.

4. Marah dengan tujuan yang benar 

ilustrasi menenangkan diri (pexels.com/Liza Summer)

Marah seharusnya punya tujuan. Jangan hanya sekadar menuruti hawa nafsu. Ketika marah, kamu harus yakin bahwa hal tersebut akan menyelesaikan permasalahan.

Sebelum marah, kamu perlu mengidentifikasi penyebab atau alasan kemarahanmu. Kemudian pertimbangkan apakah marah dapat menjadi satu-satunya solusi.

Baca Juga: 5 Alasan Konyol Pacar Marah-marah ke Kamu, Dewasa Butuh Proses

Verified Writer

Addini Safitri

Hope what I share can be useful for you. Be my friend on Instagram: @addini_sft

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya