TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Selaras Art Space, Ruang Seni Virtual yang Gandeng Seniman Muda

Bisa menikmati seni tanpa ada rasa canggung

Konferensi Pers Peluncuran Selaras Art Space (dok. Selaras Art Space)

Desainer Didiet Maulana dan Dhitya Widjanarko baru saja meluncurkan Selaras Art Space pada Senin (11/4/2022). Selaras Art Space akan menambah khazanah ruang pamer di Indonesia yang berbeda dari lainnya karena mengusung konsep virtual.

Dalam momen ini, Selaras Art Space juga menghelat pameran online bertema ‘Titik Berangkat’. Tentunya dengan menggandeng dua seniman muda Indonesia,  Widi Wardani Purnama dan Sandy Tisa. Ingin tahu kisah seru di balik terbentuknya Selaras Art Space dan karya dua perupa ini?

1. Selaras Art Space merupakan destinasi ruang seni untuk penikmat seni bisa melihat karya secara privat

Konferensi Pers Peluncuran Selaras Art Space (dok. Selaras Art Space)

Dhitya Widjanarko selaku inisiator Selaras Art Space mengatakan bahwa destinasi ruang seni virtual ini muncul dari pengalaman pribadi. Sebagai pribadi yang suka dengan hal-hal berbau seni, Dhitya kerap merasa kikuk apabila harus datang ke galeri. Berangkat dari pemikiran tersebut, akhirnya ia menggagas Selaras Art Space bersama Didiet Maulana.

“Saya merasa bukan anak seni, cuma suka lihat lukisan atau benda seni dan belum ada niatan pengen beli. Kepikiran kalau lukisan atau benda seni ini bisa dilihat tanpa kita harus hadir, tapi tetep bisa merasakan seakan kalau kita ada di sana. Apalagi kalau kita bisa melihat langsung kalau dibuat oleh senimannya langsung,” ujarnya.

Didiet Maulana juga mengatakan bahwa Selaras Art Space memang tercipta sebagai ruang privat. Penikmat seni bisa menikmati karya dengan nyaman dan gak perlu takut untuk bertanya. Wadah ini pun membuka peluang bagi semua orang untuk menghabiskan waktu mereka dengan memilih karya, dan mendengarkan cerita atau makna di balik karya tersebut.

2. Ruang virtual ini juga digagas untuk membangun konektivitas antara seniman dan karyanya

Konferensi Pers Peluncuran Selaras Art Space (dok. Selaras Art Space)

Pandemik nyatanya membantu meningkatkan kualitas hidup Didiet Maulana dengan ragam karya seni yang ia temui. Hal ini menyadarkannya bahwa suatu karya bisa memberikan semangat, energi, dan optimisme baru dalam menjalani hidup. 

Berkat pandemik pula, Didiet mulai mudah terkoneksi dengan banyak seniman muda. Akhirnya, ia terdorong untuk membuka platform baru untuk memperkenalkan para emerging artist atau seniman muda baru dengan karya-karya terbaik mereka.

"Kami ingin memperkenalkan karya dari seniman muda kepada penikmat seni Indonseia. Kami juga ingin menggandeng seniman muda yang memang butuh platform untuk memperkenalkan karyanya melalui proses kurasi juga untuk mengetahui konsistensi mereka dalam berkarya," imbuhnya.

Baca Juga: Diklaim Malaysia, Seniman Reog di Surabaya Ngamuk

3. Presentasi karya online pertama ini mengangkat tema "Titik Berangkat"

Konferensi Pers Peluncuran Selaras Art Space (dok. Selaras Art Space)

Tema ini mewakiliki setiap perjalanan manusia. Dhitya Widjanarko melihat bahwa manusia pasti dihadapkan dengan titik ini. Entah ketika seseorang dilahirkan, merasa terlahir kembali, atau merujuk pada periode kehidupan.

"Titik berangkat juga bisa diartikan sebagai titik bangkit dari keterpurukan. Ini penanda semangat atau penanda manusia bisa memulai awal yang baru," jelas Dhitya.

4. Menampilkan total 37 karya dari dua seniman asal Bandung

Konferensi Pers Peluncuran Selaras Art Space (dok. Selaras Art Space)

Menandai peluncuran Selaras Art Space, pameran daring bertema "Titik Berangkat" ini menggandeng Widi Wardani dan Sandy Tisa. Keduanya merupakan seniman muda asal Bandung yang berhasil mencurahkan cerita perjalanan hidup mereka ke dalam karya.

Widi memaknai "Titik Berangkat" sebagai kisah hidup manusia yang merepresentasikan kelahiran baru, menghadapi penjajahan, tetapi berjuang meraih kebebasan. Ada 17 karya yang terbagi menjadi 6 tema besar.

“Pembebasan dari penjajahan sebetulnya adalah representasi dari kelahiran baru," ungkap Widi.

Sementara Sandy Tisa melihat bahwa seni itu memberikan hidup dan perubahan. Menurutnya, "Titik Berangkat" merupakan gambaran proses perjalanan manusia melewati rintangan dan mendapatkan motivasi kembali. 20 karyanya terbagi menjadi 3 tema besar dengan satu benang merah, titik refleksi manusia dengan Sang Pencipta.

"Saya menerjemahkan perjalanan hidup saya bahwa pada hakikatnya hidup itu seumpama pepohonan. Ia mencabang menjalar ke beragam arah, dinamis, namun ada dalam satu keutuhan," kata Sandy.

Baca Juga: Berkarya Lagi, Seniman Muda Semarang Ekspresikan Ikon Warak Ngendog

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya