Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Berbelanja baik offline maupun online memang sangat menyenangkan. Apalagi jika ada diskon hingga promo, rasanya semua barang ingin dibeli saja. Alih-alih berhemat, banyaknya keuntungan yang menggiurkan justru lebih sering membuat kita kalap sendiri. Bisa-bisa kalian malah terjebak pada compulsive buying yang akan merugikanmu dalam berbagai aspek.
Sudahkah kalian mengenal tentang compulsive buying? Jika belum, yuk, simak penjelasan lebih mendalam di bawah ini!
1. Apa itu compulsive buying?
ilustrasi banyak membeli barang (pexels.com/Angelina Roma) Dilansir Psychology Today, compulsive buying merupakan keasyikan berlebihan atau kontrol impuls yang buruk dengan belanja. Perilaku kompulsif mengacu pada pengulangan terus-menerus dari suatu perilaku walaupun ada konsekuensi yang merugikan.
Kecanduan belanja ini membuat hasrat membeli secara berlebihan jadi tidak terkendali. Hal inilah yang membuat kita sering kalap saat berbelanja baik offline maupun online. Segera sadari, ya.
2. Tanda kamu mengalami compulsive buying
ilustrasi tertawa bahagia (pexels.com/Tim Douglas) Para pembeli kompulsif cenderung mengalami gelombang kebahagiaan saat membeli. Euforia ini bukanlah dari memiliki barangnya, namun dari tindakan membelinya. Belanja kompulsif dijadikan sebagai sarana mengisi kekosongan emosional hingga pengalihan emosi negatif.
Obsesi untuk terus membeli membuat barang semakin lama semakin menumpuk. Bahkan banyak yang hanya dibeli tanpa dipakai sama sekali. Setelah menyadari dan merasa bersalah telah melakukan hal itu, di lain waktu kamu tetap akan mengulanginya lagi. Apakah kalian termasuk juga?
Baca Juga: 5 Tips agar Kamu Gak Kalap saat Belanja Online, biar Gak Boros Juga
3. Dampak yang ditimbulkan
ilustrasi depresi (pexels.com/Andrea Piacquadio) Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Tak hanya berdampak pada finansial, compulsive buying ternyata juga berdampak mental kita. Pengeluaran kompulsif akhirnya membuat kita cemas hingga depresi. Perasaan bersalah yang ditimbulkan setelah membeli memicu timbulnya perasaan negatif.
Dalam jangka panjang, compulsive buying bisa memicu konflik-konflik lain seperti masalah keuangan hingga masalah keluarga. Mengingat banyaknya konsekuensi yang merugikan, sebaiknya mulai kontrol diri dan bijak dalam mengelola keuangan, ya.
4. Cara mengatasi
Ilustrasi mengelola keuangan (Pexels.com/Karolina Grabowska) Setiap masalah pasti ada solusinya. Begitu juga dengan problematika ini. Langkah awal yang bisa kamu lakukan adalah coba melacak pemicu mengapa akhirnya kamu kompulsif saat berbelanja. Apakah karena konflik keluarga, stres, kesepian, atau emosi negatif lain.
Setelah mengetahui pemicunya barulah kamu bisa melakukan kiat-kiat preventif lain. Seperti membuat daftar kebutuhan, membatasi penggunaan uang, menyibukkan diri dengan kegiatan produktif, hingga meminta bantuan orang lain.
Baca Juga: 5 Tips agar Gak Mudah Tergoda Belanja, Hindari Boros, nih!